“Maaf Bu, Pak Devan sedang tidak ada di tempat. Beliau sedang keluar kantor saat ini, Bu,” ucap Dewi melarang Irene masuk ke dalam ruang kerja Devan.“Kalo gtu biar saya tunggu dia di dalam aja,” jawab Irene yang tetap memaksa ingin masuk ke ruang kerja Devan.“Maaf, Bu. Kalau pengen nunggu Pak Devan, silakan tunggu di ruang tamu aja.”“Apa kamu bilang ? Kamu suruh saya untuk tunggu di ruang tamu . Apa kamu nggak tahu siapa saya?” tanya Irene pada Dewi dengan nada congkak.“Yang saya tahu Ibu ini adalah tamunya Pak Devan. Dan saya tetap melaksanakan prosedur yang berlaku di perusahaan ini, Bu.”“Saya ini calon istrinya atasan kamu itu. Jadi apa kamu pikir saya masih pantas untuk nunggu di ruang tamu, hah!”“Apa?! Calon istrinya Pak Devan?” Dewi kaget mendengar pernyataan dari Irene sampai matanya membulat lebar.Sekretaris Devan itu langsung melihat Irene dari atas ke bawah. Pandangan matanya berhenti di perut Irene yang sudah sangat membesar itu.Ada rasa keragu-raguan dalam ha
“Ngapain kamu ke sini, hah!” tanya Devan dengan sangat tegas dan menatap tajam ke arah Irene.“Mas, sabar dulu, Mas. Nggak usah marah-marah,” ucap Sandra mencoba untuk meredam amarah suaminya agar tidak meledak.Devan menoleh ke arah istrinya, “Orang kayak dia nggak perlu dikasih hati. Dia bisanya cuma mancing emosi orang aja. Gimana aku bisa sabar kalau ngadepin orang kayak gitu.”“Mau apa kamu ke sini, hah!” tanya Devan sebenarnya malas untuk bicara dengan Irene.“Aku cuma pengen mampir aja. Kan aku udah lama banget nggak main ke sini. Jadi boleh dong kalau aku mampir ke sini sambil nyapa kamu,” jawab Irene dengan sikap sok manis pada Devan.“Ren, kita nggak punya waktu banyak buat ngeladenin kamu. Mendingan sekarang kamu bilang tujuan kamu ke sini apa. Kalau kamu cuma mau main doang, mendingan kamu pulang sekarang. Aku sama Mas Devan masih ada urusan penting,” tegas Sandra sekaligus ingin segera mengusir Irene pergi secara halus.Irene menatap tajam ke arah Sandra, “Kamu ngus
“SANDRA!”Devan berteriak memanggil Sandra ketika ibu dari anaknya itu tiba-tiba lemas dan hampir jatuh di hadapannya. Untung saja Devan masih bisa secara cepat memegang badan Sandra yang sejak tadi berdiri di sampingnya.Devan terlalu kaget melihat keadaan Sandra yang sejak tadi tidak memperlihatkan keanehan apa pun, namun tiba-tiba saja wanita yang dia cintai itu pingsan di hadapannya. Devan terus berteriak memanggil Raka dan Dewi, berharap para asistennya itu bisa segera masuk ke ruangannya. Sayang, bangun, Sayang. Kamu kenapa?” tanya Devan yang kini sudah duduk di lantai sambil menahan tubuh Sandra.“Raka! Dewi!” Devan memanggil semua anak buahnya yang ada di luar ruang kerjanya.“Sayang, bangun, Sayang,” ucap Devan yang semakin panik sambil sedikit menepuk-nepuk pipi istrinya.Sandra yang sudah tergeletak di lantai masih bisa mendengar sayup-sayup suara Devan. Namun dia tidak mampu menggerakkan tubuhnya karena tubuhnya seperti sudah kehilangan organ penggeraknya. Sandra lemas
“Eeh ... liat deh Bu Sandra. Kayaknya kabar yang bilang kalo Bu Sandra pingsan di ruangan Pak Devan tadi beneran deh. Waah ... jangan-jangan kabar tadi bener ya?”“Iya bener, tadi aku juga denger katanya Bu Sandra pingsan ya. Masa sih Bu Sandra pingsan gara-gara kedatangan ibu-ibu hamil tadi.”“Iya bener, tadi aku dengar ibu hamil itu bilang ke anak yang di dalam perutnya itu, kalau dia bakal dapat tunjangan dari Papanya. Masa sih Pak Devan selingkuh.”“Waah ... kok gitu ya. Padahal mereka udah jadi goal couple loh di sini. Waah ... kok bisa gitu ya, gak nyangka banget.”“Iya ... aku juga bener.”Ada banyak selentingan yang dilontarkan oleh para karyawan perusahaan. Mereka kaget dengan kabar yang mengagetkan itu. Mereka tidak sengaja bertemu dengan Irene yang datang tiba-tiba ke kantor Devan.Irene memang sengaja membuat sedikit kehebohan di kantor Devan. Tentu saja hal itu dia sengaja karena dia ingin sedikit membuat Devan terganggu dengan kabar itu. Dia ingin sedikit menekan Dev
Hari kepindahan tiba. Sandra dan Devan sudah di jemput oleh Pak Budi untuk pindah dari rumah kontrakan Sandra ke rumah baru mereka.Pagi tadi Nathan dan Siska sudah membagikan beberapa bingkisan yang semalam di siapkan oleh Sandra. Kini beberapa tetangga yang rumahnya berdekatan dengan rumah Sandra pun sudah berdatangan untuk mengantar kepindahan Sandra.“Waah ... bentar lagi Nathan gak bisa jajan ciloknya Mang Edi lagi ya?” “Than, ntar yang betah ya di rumah baru.”“Bu Sandra, kalo ada waktu boleh loh main ke sini.”“Makasih banyak, Bu. Ntar kalo ada waktu pasti bakalan main. Udah krasan sebenernya di sini, tetangganya juga pada baik. Nathan juga banyak temen mainnya,” jawab Sandra.“Iya ... ntar kalo main ke sini bisa main ke rumah Ibu,” ucap tetangga depan rumah Sandra yang selalu akrab dengan Siska.“Makasih, Bu. Kalo gitu, kami permisi dulu ya. Maafkan kami kalo selama tinggal di sini ada kesalahan,” pamit Sandra “Iya sama-sama.”Sandra dan keluarganya segera berpamitan
Suasana rumah yang ditinggali Irene tampak sedang sibuk. Wanita hamil itu banyak memberikan perintah pada Mbok Darmi dan juga Wati tentang apa saja yang harus mereka lakukan demi kesuksesan pesta yang akan dia adakan.Beberapa kali juga Irene terlihat sedang menerima telepon dari teman-temannya atau bahkan dia menelepon sendiri temannya dengan maksud untuk mengundang mereka. Irene benar-benar ingin merayakan keberhasilannya merebut rumah milik Sandra ini.“Mbok, kok minumannya belum di sajikan semua sih. Oh ya, jangan lupa siapkan gelas wine juga ya,” pinta Irene.“Gelas wine? Bu Irene mau minum wine?” tanya Mbok Darmi yang merasa aneh dengan perintah Irene.“Bukan saya, tapi temen-temen saya. Mana enak kalo party trus gak ada minuman kayak gitu. Ini bukan restoran prasmanan dan pesta kampungan kayak yang biasanya majikan kamu lakukan itu, Mbok. Udah buruan sana siapin, lelet amat jadi orang.”Irene menggerutu karena sejak tadi Mbok Darmi banyak protes dan bertanya kepadanya. Mungki
“Tapi apa?” potong Diana.“Tan, mereka dateng ke sini buat nemenin Irene. Mereka mau ngehibur Irene,” ucap Irene beralasan.“Gak gini juga ceritanya. Pulang kalian semua. Pulang!” Diana memerintah semakin tegas.Irene sudah tidak berani lagi membantah ucapan Diana. Meski dia sangat kesal pada wanita paruh baya itu, tapi dia masih butuh dukungan Diana untuk melawan Devan dan Sandra. Irene pun akhirnya hanya bisa menyuruh teman-temannya pulang lebih awal. Sebenarnya, tanpa di suruh pun, para tamu Irene itu sudah akan pergi sendiri. Mereka takut melihat Diana yang terlihat sangat berkelas, jauh dibanding mereka.Kalau Irene dan para tamunya sedang kesal karena di usir oleh Diana, di bagian dapur ada dua orang yang saat ini tertawa dalam diam. Ternyata kedatangan Diana benar-benar untuk membubarkan pesta Irene. Tanpa di suruh pun, Mbok Darmi dan Wati segera membereskan sisa kekacauan yang di buat oleh Irene dan para tamunya.Flash back on.“Mas, ada pesan dari Mbok Darmi nih,” ucap San
“Selidiki keanehannya dan laporkan ke saya. Kalo gak ada yang aneh, saya bakalan kasih kami SP1!” ancam Raka.“Baik, Pak,” jawab Dewi yang kini sudah ditinggal oleh Raka sendirian setelah pria itu memberikan perintah.“Tadi aja ngomel pas ngelihat aku pegang handphone, tapi sekarang malah nyuruh aku nyari tahu. Dasar gak jelas nih orang. Makanya kalau ada apa-apa tuh nanya dulu, jangan asal nuduh aja,” gerutu Dewi pelan sambil melihat punggung Raka yang kini sudah menghilang masuk ke dalam ruang kerjanya.Dewi memundurkan kursi kerjanya lalu meluruskan kakinya sambil mencoba untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan grup chat kantor yang tiba-tiba menjadi sepi. Dewi mencoba untuk menghubungi teman-teman dekatnya secara pribadi untuk sekedar bertanya tentang keanehan yang dia rasakan beberapa hari ini berharap dia akan memiliki petunjuk.Namun sayangnya para teman dekat Dewi itu tidak ada yang menjawab dengan jelas apa yang ingin dia ketahui itu. Mereka memberikan jawaban
“Brengsek!” Lisa datang ke restoran tempat dia membuat janji dengan Irene. Dia tadinya memang akan bertemu dengan Irene dan beberapa teman mereka lainnya untuk sekedar makan bersama.Tapi mood Lisa rusak, saat dia bertemu dengan Devan dan Sandra tadi. Dia kembali merasa takut, karena sempat menculik Nathan atas perintah Irene tempo hari.“Kamu ini kenapa sih?! Dateng-dateng malah ngamuk. Ada apaan?” tanya salah satu teman Irene lainnya.“Iya, kamu kenapa sih, Lis? Ada masalah apaan?” Irene ikut penasaran.“Kalian tau gak, aku barusan ketemu sama siapa?” ucap Lisa memulai cerita.“Ketemu ama siapa emang?”“Devan. Aku ketemu Devan dan Sandra!” “Hah?! Seriusan? Trus gimana?” Irene ingin tahu kelanjutan cerita Lisa.“Sumpah, aku kaget banget. Ternyata anaknya ngenelin aku. Brengsek! Aku gak aman kalo sampe Nathan beneran ngenalin aku dan Devan nemuin bukti kalo aku beneran yang bawa anak mereka. Aku harus gimana, Ren?” Lisa khawatir akan keselamatannya.Irene terdiam mendengar cer
“Nathan, Nathan kenapa?” tanya Siska yang melihat cucunya menarik-narik tangannya.“Gak mau. Gak mau ke situ.” Nathan menarik tangan eyangnya kuat-kuat.“Ada apa, Bu?” tanya Sandra sambil menoleh ke belakang.“Gak mau. Gak mau ke sana,” ucap Nathan sambil mulai menarik kuat tangan eyangnya dan mulai mundur.“Sayang, ada apa?” Sandra mendekati putranya.“Nathan, sama Papa aja yuk.” Devan segera mengambil alih tangan Nathan dan menggandeng bocah kecilnya itu.Devan mengajak Nathan untuk duduk sebentar di sebuah bangku yang ada di dekat mereka. Dia ingin mengajak putranya itu berbincang untuk mengetahui kenapa putranya tiba-tiba merajuk.Devan menyuruh anggota keluarganya yang lain, pergi lebih dulu menuju ke toko yang akan mereka tuju tadi. Sandra pun segera mengondisikan para anggota keluarganya, agar mereka tidak khawatir tentang Nathan.“Nathan kenapa tadi? Nathan liat sesuatu?” tanya Devan penuh kelembutan.Nathan mengangguk, “Nathan liat Tante Maya. Nathan gak mau ke sana.” N
“Pak, video cctv-nya berhasil diperbaiki.” Raka datang sambil membawa iPad di tangannya.“Mana videonya,” pinta Devan yang ingin melihat sosok wanita yang sudah menculik anaknya kemarin.Raka langsung memberikan iPad yang ada di tangannya itu pada atasannya. Dia ingin atasannya itu juga melihat apa yang sudah ditemukan oleh Bayu setelah memperbaiki kualitas gambar dari CCTV Mall tersebut.Sandra yang juga ingin melihat video rekaman penculikan putranya, segera menggeser posisi duduknya mendekati sang suami. Dia ingin mencari sosok wanita yang berani mengaku sebagai Maya dan membuat seluruh keluarganya panik keseharian.“Mas, kok masih belum terlalu kelihatan ya,” ucap Sandra ketika dia melihat video yang kini sedang diputar suaminya itu.“Iya. Kualitas videonya emang udah bagus. tapi aku juga nggak gitu kenal sama orang itu. Kayaknya dia emang sengaja ngelakuin ini karena penyamarannya benar-benar full. Lihat aja itu mulai dari topi, masker, sampai rambutnya pun kayaknya juga palsu.
Kepala Devan rasanya mau pecah memikirkan siapa orang yang telah membawa putranya kemarin secara diam-diam. Setelah Nathan mengkonfirmasi kalau bukan Maya, asisten istrinya yang membawa dia kemarin, kini Devan semakin bingung dengan sosok wanita yang berani mencari masalah dengan dirinya itu.Devan masih duduk di sofa yang ada di teras belakang rumahnya sambil melihat ke arah putranya yang kini tengah berenang ditemani oleh Wati. Pria kecilnya itu sama sekali tidak menunjukkan gelagat yang aneh, meskipun ada Maya di sekitar sana bersama dengan istrinya.“Tampaknya emang bukan Maya pelakunya, Pak,” ucap Raka yang ikut memberi penilaian pada peristiwa ini.“Iya, kayaknya emang bukan Maya. Terus Maya yang mana ya? Kayaknya aku nggak pernah kenal lagi ada nama Maya lain yang dikenal sama Nathan. Siapa sebenarnya orang ini? Berani bener dia main-main sama aku,” gerutu Devan sambil mencoba memikirkan berbagai kemungkinan tentang orang yang dia curigai.“Apa mungkin orang itu Bu Irene, Pak
Sandra menatap ke arah suaminya. Dia seolah sedang meminta pertimbangan dari suaminya tentang apa yang harus dia lakukan saat ini.Devan meminta Sandra untuk menyiapkan pertemuan antara Maya dengan putra mereka. Sandra pun akhirnya menyuruh Maya untuk tetap menunggu di ruang kerjanya sementara dia akan menemui Nathan di rumah utama bersama dengan suaminya.“Mas, nanti kalau Nathan trauma gimana?” tanya Sandra sambil berjalan keluar dari ruang kerjanya bersama sang suami.“Semoga aja nggak. Ya udah yuk, kita coba dulu biar masalah ini cepat selesai,” jawab Devan penuh harap agar putranya bisa memberikan petunjuk.“Ya udah deh, kalau gitu aku kasih pengertian dulu ke Nathan ya. Nanti kalau aku rasa dia udah siap, Mas Devan suruh Raka bawa Maya ke sini ya.”“Oke, sayang. Kita santai aja dulu ya. Kamu juga jangan terlalu panik, ntar takutnya nyalur ke Nathan,” pesan Devan pada sang istri.“Iya, Mas.”Sandra segera berjalan menuju ke putranya yang saat ini tengah bermain bersama dengan
“Maya, saya mau bicara sama kamu,” ucap Devan yang baru saja masuk bersama dengan Raka.Maya melihat ke arah Sandra lalu ke arah Devan lagi, “Ada apa ya, Pak?” “Mas,” panggil Sandra sambil melihat ke arah suaminya.Devan tidak menjawab panggilan istrinya dan hanya memilih untuk mengangguk saja pada istrinya itu. Dia kemudian menyuruh sang istri untuk berpindah tempat duduk karena dia ingin duduk berhadapan dengan Maya.Devan ingin melihat ekspresi Maya ketika nanti dia mengintrogasi wanita itu. Devan yang kini sudah didampingi oleh Sandra dan Raka, siap untuk mencari tahu kebenaran tentang kejadian kemarin.Maya menoleh ke arah Sandra. Suasana di ruang kerja Sandra kali ini tampak sangat berbeda, karena wajah ketiga orang yang sedang bersamanya kali ini tampak sangat serius. Sepertinya ada sesuatu yang penting yang ingin dibicarakan oleh suami dari atasannya tersebut.“Maaf, ada apa ini ya, Bu?” tanya Maya yang kini sedang bingung.“Maya, saya mau tanya ke kamu. Tapi saya minta ka
“Mas, Maya udah datang,” ucap Sandra sambil menepuk paha suaminya.Devan ikut menoleh ke arah luar. Dia melihat ada sebuah mobil baru saja berhenti di depan rumahnya.Tidak lama kemudian seorang wanita keluar sambil membawa tas rangsel dan juga tas jinjing besar yang berisi kertas gambar yang menjadi pekerjaannya. Tampak Maya saat ini tengah melihat ke arah rumah Devan yang pagi ini sedikit ramai.Maya agak sedikit ragu untuk masuk ke dalam rumah atasannya, karena di dalam rumah tampak sedang ada banyak orang. Namun karena ada lambaian tangan dari Sandra, maka Maya berani untuk melangkah masuk ke dalam rumah Sandra.Sandra menoleh ke arah suaminya, “Gimana ini, Mas?” tanya Sandra ingin meminta pendapat Devan. Temuin dulu di ruangan kamu,” jawab Devan sambil menyuruh istrinya agar bisa segera masuk ke ruang kerjanya sendiri.“Ya udah, aku masuk dulu. Ayo masuk, May,” panggil yang kemudian segera beranjak masuk ke ruang kerjanya sendiri yang berada di samping ruang kerja dewan.Maya
Ting.Ponsel Devan berbunyi. Pria yang tadinya sedang sibuk memeriksa berkas yang dibawa oleh asisten pribadinya itu, kini mengalihkan perhatiannya pada benda pipih yang ada di sampingnya. Devan melihat ada notifikasi pesan dari Bayu, orang yang selama ini selalu dia percaya untuk melakukan penyelidikan di luar.“Raka, Bayu udah kirim kabar,” ucap Devan memanggil asisten pribadinya.“Video CCTV ya, Pak?” ucap Raka yang kemudian segera beranjak menuju ke meja kerja atasannya lagi.“Kita lihat dulu.”Raka yang sudah di tadi bekerja di sofa tamu yang ada di ruangan kerja Devan, segera berpindah menuju ke kursi yang ada di depan meja kerja atasannya itu. Dia ingin tahu video CCTV yang dikirimkan oleh Bayu, karena dia juga penasaran siapa sebenarnya orang yang sudah mencoba untuk membuat masalah dengan keluarga ini.Sebelum membuka pesan dari Bayu, Devan langsung mentransfer video kiriman Bayu itu pada ipad-nya. Dia ingin tampilan yang lebih besar agar bisa dengan jelas melihat rekaman C
“Mama, Nathan nggak mau sama Tante Maya!” ucap Nathan memotong ucapan Sandra dengan suara yang sedikit keras.Sandra dan Devan sama-sama kaget mendengar ucapan dari putra mereka. Mereka berdua pun saling berpandangan dengan pemikiran yang sama saat ini.Nathan tidak pernah bereaksi seperti itu terhadap orang lain selama ini. Namun entah mengapa tiba-tiba Nathan mengatakan kalau dia tidak mau bertemu dengan Maya.“Mas,” panggil Sandra pelan.Devan menggenggam tangan istrinya, “Nathan ... Nathan pernah ketemu sama Tante Maya?” tanya Devan berharap akan mendapatkan jawaban tentang siapa yang sudah membawa putranya pergi kemarin.“Nathan nggak mau ketemu sama Tante Maya. Tante Maya enggak mau anterin Nathan pulang, tapi Nathan malah ditinggal pergi,” jawab tentang dengan nada kesal.Sandra dan Devan semakin kaget dengan cerita dari putra mereka itu. Kini mereka tahu siapa yang membawakan pergi hari itu.Devan langsung melihat ke arah istrinya, “Panggil Maya sekarang juga!” geram Devan p