Home / Pernikahan / Penyesalan Terdalam Suami Arogan / Kabanata 131 - Kabanata 140

Lahat ng Kabanata ng Penyesalan Terdalam Suami Arogan: Kabanata 131 - Kabanata 140

194 Kabanata

Rumah Sakit

Dor! “Sandra!” pekik Devan. “Bu Sandra!” sahut beberapa orang yang ada di sekitar Sandra. “Mas,” ucap Sandra pelan. Sandra yang tadi tampak bahagia dengan senyum lebarnya ketika menggunting pita tiba-tiba jatuh di pelukan Devan setelah dia mendengar suara kencang dari confetti yang sengaja ditembakkan untuk menandai kemeriahan pembukaan dari Supermall milik Devan itu. Tampaknya Sandra kaget hingga tubuhnya menjadi lemas dan jatuh lemas di samping Devan.“Pak, sebaiknya Bu Sandra di ajak istirahat aja dulu sebentar,” ucap Dewi berbisik pada Devan. “Iya, Pak. Kasihan Bu Sandra,” ucap salah satu direktur yang kebetulan ikut jongkok di samping Devan. “Ya udah, tolong kondisikan dulu ya, Pak,” pinta Devan pada bawahannya itu. “Sayang, kita istirahat bentar di kafe itu,” ajak Devan yang langsung mengajak istrinya masuk ke dalam mall terlebih dahulu. Devan segera memapah Sandra yang masih tampak lemas. Wajah Sandra juga mulai pucat karena memang sejak berangkat tadi, wanita itu sudah
Magbasa pa

Kabar Mengejutkan

“Pak, Bu Sandra sebaiknya menginap di sini dulu ya untuk beberapa hari,” ucap dokter sambil melepas stateskopnya.“Emangnya istri saya sakit apa, Dok?” tanya Devan dengan wajah tegang.“Dok, saya kenapa?” sahut Sandra yang juga menjadi takut dan tampak dari suaranya yang bergetar.Raut wajah Devan mendadak serius. Dia yang sejak tadi berdiri di dekat kaki Sandra, langsung memegang kaki Sandra untuk memberikan support. Dia sangat tahu kalau saat ini pasti istrinya sangat gugup setelah mendengar kata-kata Dokter tadi.“Bu Sandra nggak sakit apa-apa, Pak. Beliau tampaknya sedang hamil muda, tapi masih sangat kecil sekali. Tapi masalahnya sekarang itu tekanan darah Bu Sandra turun dan juga gula darahnya sedikit turun. Oleh sebab itu saya menyarankan agar Bu Sandra bisa istirahat di rumah sakit, agar kondisinya dipulihkan untuk menghadapi kehamilannya,” jawab dokter Rian menjelaskan keadaan Sandra saat ini.“Hamil? Istri saya hamil, Dok?” Rona kebahagiaan mulai muncul di wajah Devan sei
Magbasa pa

Cerewetnya Diana

“Sandra ... Sandra,” panggil Diana ketika dia masuk ke rumah putranya.“Oma. Oma ... datang,” sambut Nathan yang langsung berhambur ke depan rumah untuk menyambut kedatangan imanya.“Halo Nathan, mama mana?” tanya Diana sambil mengajak bocah kecil itu masuk kembali ke dalam rumahnya.“Mama masih mandi. Papa lagi di ruang kerja, Oma.”“Ma, Mama udah datang,” sapa Devan yang baru saja keluar dari ruang kerja.“Sar, bawa ini. Sebagian ambil di mobil ya.” Diana memberikan bungkusan yang dia bawa sebagai buah tangan yang sengaja dia bawa untuk keluarga Devan.“Sandra mana, Van? Beneran dia lagi hamil sekarang ya,” tanya Diana yang sudah tidak sabar untuk mendapat kepastian tentang keadaan menantunya itu.“Iya, Ma. Sandra hamil sekarang dia lagi mandi, soalnya tadi dia habis bantuin masak,” jawab Devan dengan bangga memamerkan kehamilan istrinya pada sang mama.“Sandra masak? Kok kamu suruh masak sih. Dia itu harusnya cuma duduk-duduk aja sambil istirahat, kok malah kamu suruh masak
Magbasa pa

Kesal Dan Khawatir

“Kamu kenapa, sayang? Kemaren kamu kenapa?” tanya Devan dengan wajah serius saat istrinya membahas tentang Irene, perusak rumah tangga mereka.“Anu Mas, kemaren pas aku belanja tuh gak sengaja aku ketemu sama dia,” jawab Sandra yang kini merasa tidak enak karena dia merasa seperti sudah menghancurkan suasana yang sedari tadi hangat.“Ketemu sama dia? Trus dia ngomong apa lagi sama kamu?” Diana ikut bertanya karena dia ingin tahu apa yang terjadi antara menantunya dengan wanita yang mengaku selingkuhan putranya.“Gak terjadi apa-apa sih. Sandra ketemu itu pas Sandra udah di dalem mobil dan Irene baru masuk supermarket. Jadi Sandra emang beneran cuma liat aja, gak sampe interaksi,” terang Sandra agar semua keluarganya tidak khawatir.“Ooh ... baguslah kalo cuma gitu doang.” Devan merasa lega.“Waktu aku ketemu sama dia itu, aku melihat perutnya udah gede banget. Dan waktu aku tanya sama Mbok Darmi, katanya Irene udah mulai sering ngerasain kontraksi. Kayaknya bentar lagi dia benar-
Magbasa pa

Meminta Bantuan

“Tumben kamu mau ketemu sama aku? Ada angin apa nih sampai kamu benar-benar maksa aku buat ketemuan,” tanya Bram sambil menarik kursi yang ada di depan Irene untuk dia duduki.“Aku mau kamu bantu aku bikin surat perjanjian tertulis dan berkekuatan hukum untuk Devan,” jawab Irene tanpa basa-basi.Bram kaget mendengar apa yang dikatakan oleh Irene. Pria itu kini menatap tajam Irene karena dia sangat tidak mengerti apa yang sebenarnya ada di dalam pikiran wanita yang pernah dia cintai itu.“Emangnya kamu mau apa lagi? Apa masih kurang kamu nyusahin mereka,” ucap Bram berusaha untuk menolak keinginan Irene.“Nggak usah ngatur-ngatur aku ya! Pokoknya sekarang juga kamu harus bikinkan aku surat perjanjian itu dan kamu harus bisa ngebuat Devan menandatangani itu sebelum aku melahirkan,” tegas Irene memaksakan kehendaknya pada Bram.Bram menyandarkan punggungnya di sandaran kursi, “Ren, udahlah. Kamu nggak usah terobsesi sama Devan. Dia udah nolak kamu dan apa kamu nggak malu ngelakuin sem
Magbasa pa

Kegalauan Sandra

“Dokter Indah. Panggil Dokter Indah,” perintah Irene saat dia berhasil dikeluarkan dari mobil.“Bu Irene,” panggil seorang perawat yang melihat Irene masuk sambil di dorong di kursi roda.Irene hanya sempat melihat ke orang yang tadi memanggilnya tanpa bisa menjawab. Dia langsung dibawa masuk untuk di periksa keadaannya.Bram menyuruh pelayan kafe itu untuk memarkir mobilnya dulu lalu datang kepadanya lagi. Dia tidak bisa meninggalkan UGD karena takut dia akan dicari oleh pihak rumah sakit karena dia akan bertanggung jawab pada Irene.“Pak, ini kunci mobilnya. Tadi saya parkir di sebelah sana, biar gak kepanasan,” ucap pelayan itu.“Wali dari Ibu Irene,” panggil seorang perawat yang keluar dari ruang UGD.“Saya, Sus. Gimana keadaan Irene?” tanya Irene.“Bu Irene harus operasi secepatnya, Pak. Air ketubannya udah hampir habis. Tolong isi formulir dan selesaikan administrasinya segera ya, Pak.” Tanpa menunggu jawaban dari Bram, suster itu segera masuk kembali ke dalam ruang UGD.“I
Magbasa pa

Kekhawatiran Siska

“Bu Irene,” panggil Wati yang masuk ke dalam ruang perawatan Irene.“Wati, kamu ke sini sama siapa?” tanya Irene dengan suara yang lemah.“Sama Bu Diana. Bu Irene kok nggak bilang kami sih kalau mau melahirkan? Gimana ceritanya kok Ibu bisa tiba-tiba di sini?” tanya Wati ingin tahu bagaimana ceritanya Irene bisa melahirkan secara mendadak.“Air ketubannya pecah waktu lagi di cafe sama saya. Itu juga kita ketemunya baru banget dan mungkin Irene udah ngerasakan kontraksi sebelum datang ke cafe,” celetuk Bram yang masih ada di sana menemani Irene.“Oh ... jadi Bu Irene lagi sama pak pengacara ya. Untung aja ada pak pengacara ya, coba kalau Bu Irene sendirian. Saya nggak bisa ngebayangin gimana nasib Bu Irene.”“Wati, Tante Diana mana? Kok kamu ke sini sendirian,” tanya Irene yang sedari tadi tidak melihat kehadiran calon mertuanya itu.“Anu Bu, tadi Bu Diana kebetulan ketemu ama temennya, terus saya disuruh ke sini dulu. Mungkin Bu Diana mau nemuin temennya dulu,” terang Wati.“Te
Magbasa pa

Waspada

Ibu gak percaya sama Devan?”Siska dan Sandra yang tadi sedang berbincang santai langsung kaget ketika mereka mendengar suara Devan dari arah belakang mereka duduk. Karena sedang asyik berbincang, mereka sampai tidak menyadari kedatangan Devan yang sepertinya mendengar ucapan terakhir dari Siska.“Maksud ibu nggak gitu, Van? Iya namanya kita waspada. Yang namanya khawatir kan tetap ada, Van. Tapi Ibu minta maaf kalau emang ucapan Ibu tadi salah,” ucap Siska meminta maaf pada menantunya yang kini sudah ikut bergabung duduk di sofa tengah.“Mas, kamu jangan salah sangka sama ibu. Ibu tuh nggak ada prasangka buruk sedikitpun sama kamu. Aku paham kok apa yang dibilang sama ibu tadi.” Sandra berusaha untuk menjelaskan agar Devan tidak terpancing emosinya.“Iya, aku ngerti kok maksud ibu kayak gimana. Tapi aku cuma pengen menjelaskan sekali lagi, kalau aku sangat yakin anak yang dilahirkan sama Irene itu emang bukan anak aku. Kalian berdua mau percaya atau enggak, itu hak kalian. Termasu
Magbasa pa

Surat Berharga

Hari ini Irene akan bersiap pulang kembali ke rumah bersama dengan bayinya. Meski badannya belum terlalu pulih, tapi Irene sudah ingin pulang karena dia tidak betah tinggal di rumah sakit.Meskipun Diana menyewakan Irene kamar yang terbaik di rumah sakit ini, namun tetap saja tinggal di rumah sakit itu tidak nyaman. Oleh sebab itu Irene lebih memilih untuk tidak menambah masa tinggalnya di rumah sakit dan melanjutkan pemulihannya di rumah saja.Wati sudah dibantu oleh sopir untuk mengemasi barang-barang Irene dan bayinya. Mereka harus mengepak barang pribadi Irene dan bayinya serta membawa beberapa buah tangan dari teman-teman Irene yang beberapa hari ini ramai datang menjenguk Iren. Meskipun Irene sifatnya tidak terlalu baik, namun ternyata masih ada berapa teman Irene yang peduli dengan ibu baru itu.“Bu, barangnya biar saya antar ke rumah dulu ya. Soalnya barangnya banyak banget dan mobilnya agak penuh,” ucap sopir meminta izin pada Irene.“Emangnya tadi nggak bawa mobil gede?” ta
Magbasa pa

Ayo Buruan Bereskan

“Biar saya yang simpan!” seru seseorang yang baru saja masuk ke dalam ruang perawatan Irene.Mendengar ada suara orang lain di antara Suster Vera dan juga Irene, otomatis kedua orang itu langsung melihat ke arah pintu masuk kamar perawatan Irene. Tampak di depan mereka, ada Wati yang baru saja masuk sambil menggendong putri Irene.“Apa maksud kamu bilang kayak gitu?” tanya Irene yang tidak suka dengan tingkah lancang Wati.“Saya disuruh Bu Diana untuk megang surat hasil tes DNA itu, Bu. Kata Bu Diana, nanti suratnya langsung dikasihkan ke Bu Diana aja,” jawab Wati menjelaskan.“Kenapa harus nyuruh kamu yang ngasihin surat ini ke Tante Diana? Emangnya Tante Diana nggak percaya sama saya?” Irene tidak suka dengan pilihan kata-kata Wati karena dia merasa seperti sedang tidak dipercaya di saat ini.“Ya kan saya cuma nyampein pesannya Bu Diana aja, Bu. Kalau Bu Irene mau protes ... ya langsung protes ke Bu Diana aja.”Irene tampak tidak suka dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Wati
Magbasa pa
PREV
1
...
1213141516
...
20
DMCA.com Protection Status