All Chapters of Gairah Cinta Om Mafia: Chapter 181 - Chapter 190

254 Chapters

Bab 180 # Hadiah Manis

Pria berbadan besar dengan jambang tebal berwarna kecokelatan itu tiba-tiba menghentikan pembicaraan di ruangan yang penuh dengan gemerlap lampu. Dengan langkah yang penuh keyakinan, ia menarik perhatian semua orang di sekitarnya. Pria tersebut, seolah-olah adalah penguasa yang selalu mendapatkan lampu sorot di setiap gerakannya. Leon menatapnya dengan pandangan curiga. “Anda–” “Halo,” sapanya sambil menggenggam tangan Leon yang sudah berdiri untuk menyambut seseorang itu–secara reflek. Pria itu mengenakan setelan mengkilap berwarna hitam yang membuatnya tampak begitu elegan dan berwibawa. Dasinya yang berwarna merah hati kontras dengan pakaian hitamnya, memberikan sentuhan kebangsawanan pada penampilannya. Setiap gerakannya dipenuhi dengan keanggunan seorang raja, seolah-olah ia terbiasa dengan perhatian dari seluruh ruangan. Tatapannya yang tajam memancarkan aura kepemimpinan yang tak terbantahkan. “Raja Charlie von Rocky.” “Leonard Connor.” “Ayah!” Putri Lesel hanya mering
Read more

Bab 181 # Pelecehan Seksual

Anak kecil yang disebutkan tertabrak itu tampak meringis dan memegangi lututnya di pinggir jalan. “Hei!” panggil Leon, setelah menenangkan diri akibat keterkejutan yang luar biasa. Anak itu tampak menangis dengan terisak. Leon segera mendekat ke arahnya. “Apakah kau terluka?” tanyanya penuh perhatian. Leon–pria kasar itu–kini adalah seorang calon ayah. Melihat ketakutan dan kepedihan yang dirasakan si gadis kecil itu membuat sudut hatinya terluka. Entah mengapa, Leon tiba-tiba merasakan bahwa bisa jadi yang terluka itu adalah putrinya sendiri. “Huhu … hiks …” Gadis itu menangis, masih belum berbicara. Sopir Leon yang merasa bersalah hadir di belakang sang majikan dengan membawa kotak obat. “Kita obati dulu, lalu bawa dia ke rumah sakit, Tuan.” Ia memberi saran. Leon segera mengangguk setuju, tanpa ragu. Ia ingin memastikan bahwa anak kecil itu mendapatkan pertolongan secepat mungkin. Dengan hati yang berdebar, Leon membantu anak kecil itu untuk duduk di tepi jalan dan mengambil k
Read more

Bab 182 # Rumah si Bajingan (1)

“Di sebelah rumahku,” sahut Ava polos. Gadis cilik bermata jernih itu mendongak ke arah Leon karena tingginya hanya setinggi lutut pria itu. “Dokter. Saya harus menitipkan Ava sebentar,” ucap Leon dengan sorot mata tajam. Wajahnya merah padam, meski menyunggingkan sedikit senyuman hanya untuk mengelabui Ava. Leon tidak ingin bocah semakin ketakutan atau menderita. Hasil visum telah keluar. Bukti itu sudah cukup untuk menjebloskan paman tetangga Ava ke penjara. Namun, Leon memiliki rencana lain di luar tatanan hukum yang ada: pria bajingan seperti paman tetangga itu, sudah selayaknya dilemparkan ke kandang buaya. “A–anda ingin berbuat apa, Tuan?” Dokter itu tampak gelisah, sebelum menyanggupi permintaan Leon untuk menjaga Ava. Firasatnya mengatakan, akan terjadi hal buruk di luar dugaan. Sang dokter baru mengetahui identitas Leon yang sesungguhnya–menantu dari keluarga Rossie. Sudah tentu kualifikasinya tidak main-main. Ia khawatir, Leon akan melakukan tindakan main hakim sendiri d
Read more

Bab 183 # Rumah si Bajingan (2)

Leon tampak marah dengan jawaban konyol dari si pemilik rumah. Mana mungkin hantu bisa menjawab jika bukan si empunya rumah? “Buka atau kudobrak pintunya!” Leon mengancam. Suaranya tegas dan dalam dengan wajah merah padam yang tak dapat disembunyikan. Beberapa saat kemudian, terdengar suara klik kecil yang menandakan knop pintu telah berputar. Seseorang menarik daun pintu itu hingga membentur rantai kecil sebagai pengaman–mengira Leon adalah pria kasar yang ingin menagih hutang. “Siapa kau?” hardik seorang lelaki tambun dengan bau asap rokok dan alkohol yang bercampur, memuakkan. Sorot matanya sayu, dominan merah, dengan gurat-gurat halus yang mengindikasikan kelelahan. Pria itu bahkan hanya menjulurkan separuh kepalanya, tanpa membuka penuh daun pintu yang dirantai itu. Ia merasa tidak suka dengan kedatangan Leon yang mendadak dan penuh ancaman. Pria itu harus menilai situasi, sebelum membiarkan tamu tak diundang itu untuk memasuki unit rumahnya. “Apakah kau kenal Ava?” Leon ber
Read more

Bab 184 # Orang Hilang

Polisi telah meringkus paman tetangga Ava yang bernama Jose Guacan. Pria itu sebenarnya adalah mantan rekan kerja orang tua Ava yang baru-baru ini ditinggal mati oleh istrinya. Perangai Jose yang pemarah dan suka mabuk-mabukan, membuat para tetangga enggan berurusan dengannya. Kondisi pemukiman yang kumuh, turut memberi celah ketidakpedulian sehingga tak ada satu orang pun yang mengetahui perihal kasus pemerkosaan terhadap Ava. Ayah dan Ibu Ava telah lama menghilang, seolah, mereka memang berniat meninggalkan Ava tanpa penjagaan. Setelah mengikuti program pelatihan di sebuah instansi pencarian kerja, ayah dan ibu Ava tidak lagi menampakkan batang hidungnya. Ava terpaksa menjadi anak angkat Jose yang kemudian disalahartikan sebagai tawanan pemuas nafsu, di usia sekecil itu. “Sepertinya dia tewas,” gumam petugas polisi yang mendobrak gudang yang berada di samping rumah Jose. Pria itu ditemukan tergeletak tanpa nyawa, dengan anoes berdarah yang sepertinya bekas siksaan—entah oleh si
Read more

Bab 185 # Dukungan Istri

Ava tertidur, ketika mobil melintasi jalanan aspal yang mulus. Esme telah memberikan alamat rumahnya, untuk sementara, Ava akan tinggal di sana. “Aku telah mengurus kepindahan kalian ke sebuah rumah di pusat kota. Besok, kalian bisa pindah,” ucap Leon yang mengusahakan hal terbaik bagi Ava dan Esme agar segera bangkit dari keterpurukan. Leon rela mengeluarkan uang pribadinya untuk memberli tempat tinggal bagi Ava dan Esme, sampai orang tua gadis itu ditemukan. Setelahnya, mungkin mereka bisa memiliki dua rumah yang berdekatan karena Esme mungkin juga akan berkeluarga. Siapa yang mengira? Perwakilan dari kepolisian telah meneruskan dokumen terkait klaim sokongan dana untuk penyintas pelecehan dari dinas terkait. Leon menolaknya. Ia merasa dapat menyelesaikan persoalan ini sendiri, meski tak memutus komunikasi dari instansi pemerintah yang memantau perkembangan fisik dan psikis Ava dari waktu ke waktu. “Kalian harus berkemas. Besok, Sopir akan mengantar ke kediaman baru di pusat ko
Read more

Bab 186 # Leon dan Clark

Arren memandang Leon dengan tatapan mendalam, sambil mengelus perutnya. Entah mengapa, hormon kehamilan ini membuat gairahnhya meredup, tidak seperti sebelumnya. “Goda aku,” ucapnya sambil melingkarkan lengan ke leher sang suami. Leon memajukan wajahnya, mendekat ke hidung Arren. Kini, keduanya sedang bersitatap dengan penuh rasa cinta. Gairah Leon telah berubah, ia tak lagi ingin menyerang Arren secara membabi-buta seperti dulu. Leon ingin melakukannya secara perlahan dan dengan irama manis yang dapat dikenang. Sebuah ciuman kini didaratkan dengan lembut dan intens. Arren menyambutnya dengan hisapan yang perlahan dan memabukkan. Ciuman itu segera menjadi adegan adu ranjang yang cukup panas. “Sh! Leon! Pelan-pelan,” Arren mengingatkan karena sekarang ada janin yang sedang tumbuh dan berkembang di dalam tubuhnya. Leon mengangguk, meski tidak menghentikan gerakan tangannya yang kini melepaskan gaun Arren dan membuat wanita itu tampak polos tanpa sehelai benang pun yang menutupi tubuh
Read more

Bab 187 # Perjanjian Rahasia

“Kenapa?” Nyonya besar mengernyit. Ia tak memahami dengan respon Leon yang seakan sangat terkejut dengan perkataannya.“Tidak. Saya tidak perlu rekan,” tegas Leon tanpa ingin dibantah. Wajahnya mengeras, seperti sedang menahan sesuatu.“Kau yakin?” Nyonya besar masih menyangsikan sikap Leon. “Clark pasti akan banyak membantu. Dia–”“Tidak. Terima kasih.”Nyonya besar berhenti bicara. Ia merasa ada yang tidak beres dengan cucunya. Matanya yang bijak mengamati Leon yang duduk di seberangnya. "Leon, apa yang sedang mengganggumu?" tanyanya dengan penuh kepedulian.Leon menghela nafas dalam-dalam sebelum menjawab. Sebenarnya, ia tidak ingin membicarakan hal ini. "Nenek, saya tidak ingin melibatkan Clark dalam misi ini. Saya merasa lebih baik jika saya menangani ini sendiri."Nyonya besar mengernyit, mencoba memahami alasan di balik keputusan cucunya. "Kenapa? Clark adalah bagian dari tim keamanan keluarga ini, dan dia telah membuktikan kemampuannya. Apakah kau tidak yakin dengan kemampuanny
Read more

Bab 188 # Berburu Harta Karun

Keesokan harinya, matahari kembali menyapa bumi dengan sinarnya yang hangat. Di gang yang sama, sesuai dengan janji, rombongan Raja Charlie dan kelompok pedagang informasi berkumpul pada waktu yang telah ditentukan. Sebuah anggukan kecil menjadi kode rahasia bahwa kedua kubu telah bersatu di titik pertemuan yang tersembunyi dan kini sidang bersiap untuk melancarkan misi mereka. “Selamat datang, Tuan,” sapa pria tua yang kemarin mabuk itu. Sekarang, sepertinya ia telah sadar dan tidak lagi teler seperti ketika pertama kali bertemu. Raja Charlie mengangkat sebelah alisnya, menyadari bahwa pria yang sama tampak begitu berbeda. Kumis lebatnya telah dicukur dan kini penampilan sedikit lebih rapi dan bercahaya. “Ya. Mari berangkat,” ucap sang raja tanpa ingin membuang waktu lebih lama lagi. Mereka harus segera bergerak sebelum matahari semakin meninggi. “Baik. Mari, ikuti saya,” Pria tua itu segera menuju ke arah mobil yang sudah cukup tua, dengan kelima anak buahnya–pria kemarin ya
Read more

Bab 189 # Tambang Siksaan

Keringat dingin mulai membasahi dahi sang raja. Ia diam seribu bahasa. Entah mengapa, pertanyaan dari Hamz mengintimidasinya. Hamz menatap Raja Charlie dengan tajam, matanya seperti menembus kedalaman pikirannya. Udara di sekitar mereka terasa semakin tegang, seolah-olah seluruh alam merasakan ketegangan yang menggelayuti sang raja. “Si–al,” raja mendecih. Mengapa ia harus merasa kikuk seperti ini? “Apa yang kau bicarakan? Siapa yang panik?” Raja Charlie berkilah. Ia kembali menjadi dirinya sendiri. Sang raja tidak boleh memberi celah kecurigaan agar Hamz tidak semakin mencecarnya dengan pertanyaan lain yang dapat membahayakan. “Hm ….” Hamz terdiam. Ia sadar bahwa ia telah bersikap tidak sopan kepada kliennya. “Maafkan saya, Tuan,” ucap Hamz. “Panggil aku ‘Yang Mulia’ jika tidak ada orang lain!” “Baik, Yang Mulia,” Hamz memutar bola matanya. Melayani raja labil seperti ini cukup melelahkan. Raja Charlie akhirnya dapat tersenyum kembali. Ia tidak lagi menekuk wajahnya atau menata
Read more
PREV
1
...
1718192021
...
26
DMCA.com Protection Status