All Chapters of Istri yang Kau Selingkuhi Ternyata Anak Pewaris: Chapter 191 - Chapter 200

230 Chapters

Bab 191. Vivi telah pergi

Waktu terus berjalan, tak terasa setahun sudah pernikahanku dengan Mas Raffi tapi belum juga ada tanda-tanda aku hamil, haidku lancar, teratur setiap bulan, cek ke dokter pun sudah, hasilnya kami berdua sama-sama sehat, tak ada masalah yang berarti dalam diriku ataupun Mas Raffi."Kenapa aku belum juga hamil ya Mas? Aku takut Mama sama Papa kecewa sama aku karena belum bisa memberikan cucu pada mereka," ucapku pada Mas Raffi malam ini."Kamu tenang Sayang, baru juga setahun, dulu Mama sama Papa juga menunggu aku hadir di tengah-tengah mereka setelah pernikahan mereka menginjak tiga tahun," sahut Mas Raffi membuatku langsung menoleh ke arahnya."Iyakah Mas?""Iya, dan kamu tahu, perjuangan mereka dari cara tradisional, urut sana sini, minum jamu ini dan itu, sampai ke cara modern, promil ke dokter, semua mereka lakukan."Aku tercengang. "Kita kan baru setahun, ya anggap aja ini adalah bonus untuk kita pacaran dulu, kan kita nggak ada pacaran sebelum nikah, jadi ya pacarannya setelah n
Read more

Bab 192. Selepas kepergian Vivi

Tante Ranti masih sangat terpukul atas kepergian Vivi, sedangkan Om Edwin lebih banyak diam, tatapannya kosong.Mas Raffi langsung kembali ke kantor usai mengantar jenazah Vivi ke pemakaman, sedangkan aku hari ini memilih untuk tetap di sini menemani Tante Ranti, dan seperti biasa meminta Damar untuk meng-handle semua urusan kantor."Arka, sini Sayang," panggilku pada bocah laki-laki itu. Perawakannya lebih kecil dari anak seusianya. Kulitnya putih, matanya sipit, jika di lihat seksama memang dia begitu mirip dengan Rendi."Kamu mau makan?"Ia menggeleng, terlihat netranya memancarkan kesedihan. Sejak bayi di tinggal oleh Vivi, dan bertemu kembali saat dia berusia lima tahun, membuatnya tidak begitu dekat dengan Vivi–ibunya.Arka lebih pendiam dibandingkan dengan anak sepantaran dengannya, dimana usia segitu akan lebih aktif bertanya tentang banyak hal. Tapi Arka berbeda. Mungkinkah ia merasa terabaikan menjadikan dirinya pribadi yang pendiam?"Tante ambilkan nasi ya, Tante suapin mau
Read more

Bab 193. Keinginan tak biasa

Selesai acara tahlil, kami pamit untuk pulang ke rumah, lumayan jauh dari rumah Tante Ranti ke rumahku, bisa satu jam lebih kalau keadaan macet."Kamu kenapa Sayang?" tanya Mas Raffi saat kami sudah berada di dalam mobil, aku melihat keluar jendela, menikmati perjalanan malam ini, yang di temani rintik hujan.Titik-titik air membekas di kaca jendela, kemudian meninggalkan embun."Hm, nggak apa-apa Mas. Aku ... Nggak nyangka aja, Vivi pergi secepat itu.""Itu sudah kehendak Allah Sayang. Insya Allah ini yang terbaik untuk dia. Semua yang sudah terjadi biar jadi pembelajaran buat kita." Aku mengangguk."Gimana kerjaan kamu di kantor Mas?""Ya biasa, nggak ada yang spesial, semuanya berjalan sesuai dengan yang seharusnya."Ehm, oh ya, aku penasaran sama Mariana, apa sekarang dia masih sering menggodamu?" tanyaku. Tiba-tiba saja aku teringat pada perempuan itu, sekretarisnya Mas Raffi."Biasa aja. Kenapa memangnya? Tumben kamu nanyain dia?" tanya Mas Raffi yang mungkin heran dengan pertan
Read more

Bab 194. Hamil

Mobil yang di kendarai Mas Raffi memasuki halaman rumah. Aku sendiri sudah tak tahan ingin cepat masuk ke dalam rumah. "Kamu kenapa Sayang?" Aku hanya menggeleng, dalam hati tak sabar menunggu Mas Raffi membuka pintu mobil yang terkunci.Begitu terdengar klek. Aku langsung membuka pintu mobil, dan berjalan secepatnya masuk ke dalam rumah, tempat pertama yang kutuju adalah kamar mandi. Aku langsung masuk ke kamar mandi dan mengeluarkan isi perutku yang sejak di dalam mobil tadi sudah bergejolak."Sayang, kamu nggak apa-apa kan?" Mas Raffi mengetuk pelan pintu kamar mandi, tapi aku tak mampu menyahutinya. Aku masih terus mengeluarkan makanan yang tadi kumakan dari dalam perutku.Kepalaku pusing, perutku sangat tak nyaman.Setelah dirasa cukup lebih baik setelah muntah, aku berkumur dan mencuci muka. Sejenak aku terdiam menatap diri dari pantulan cermin."Sayang! Kamu nggak kenapa-napa?" Kembali terdengar suara Mas Raffi di luar."Aku nggak apa-apa Mas!" sahutku.Mungkin aku masuk angi
Read more

Bab 195. Menangis Haru

"Mbak! Mbak Putri! Mbak nggak apa-apa?" seru Bik Jum dari balik pintu kamar mandi, sedangkan aku masih menatap tespek garis dua itu dengan tangan bergetar."Mbak kenapa Mbak? Mbak nangis?" tanyanya lagi, terdengar begitu khawatir padaku."Aku nggak apa-apa Bik," sahutku pelan."Bener Mbak nggak apa-apa?""Ya!""Ya sudah, ini sarapannya Bibik taruh di meja ya?!""Ya Bik! Makasih ya, aku nggak apa-apa kok." Aku menyahut dari dalam, dengan suara parau. Dalam hati aku masih belum percaya kalau ini benar-benar nyata. "Ya Allah akhirnya aku akan jadi seorang ibu," gumamku pelan. Ingin menghubungi Mas Raffi dan memberitahukan kabar bahagia ini, tapi rasanya kurang seru kalau langsung memberitahunya. Tiba-tiba muncul ide di kepalaku. Aku tersenyum membayangkan reaksi Mas Raffi nanti.Aku kembali ke kamar mendapati sarapan pagiku di atas nampan, dengan segelas susu jahe.Meski rasanya perutku masih enek dan kurang nyaman, mengingat ada janin di dalam sini, aku harus makan."Alhamdulillah, y
Read more

Bab 196. Kabar bahagia

"Ini bukan mimpi kan? Aku akan jadi seorang Ayah?" tanya Mas Raffi aku mengangguk.Mas Raffi tersenyum, dan merebahkan tubuhku di pembaringan, ia sendiri duduk di sisiku. Kembali ia menciumi wajahku, kemudian wajahnya turun ke bawah, menyingkap baju atasan yang kukenakan, lalu mencium lembut perutku, sampai akhirnya aku tertawa karena rasa geli yang menggelitik."Sehat-sehat di dalam sini ya anak Ayah, jangan nakal, kasihan Mama," ucapnya sambil mengelus perutku. Aku tertawa geli melihatnya."Aku maunya dipanggil Bunda, Mas!" rajukku."Kenapa?""Nggak apa-apa, pengin aja." Ia pun mengangguk tersenyum dan kembali berkata di dekat perutku."Jangan nakal di dalam sini ya Nak, kasihan Bunda, kalau muntah-muntah terus, oke!"Kembali aku tergelak mendengar ucapannya, seakan ngomong sendiri."Aku mandi dulu, abis Maghrib kita ke dokter kandungan, untuk cek, biar pasti, oke!"Mas Raffi pun berjalan ke kamar mandi, aku menyiapkan baju gantinya.*"Ini adalah rahim ya Bu, dan ini adalah janinn
Read more

BB 197. Drama Bumil

Mama dan Papa menatap haru disertai lengkungan menghiasi bibirnya."Alhamdulillah, terimakasih Sayang, akhirnya kita benar-benar mau jadi Nenek dan Kakek Pa!" ucap Mama dengan berbinar menatap Papa yang masih fokus melihat lembaran print out hasil usg."Mama doain biar Dedek di dalam sini sehat ya Ma," ucapku di dalam pelukan Mama."Iya Sayang, itu pasti. Mama dan Papa selalu doain kalian, dan sekarang Alhamdulillah doa Mama terkabul, kamu mengandung cucu mama." Mama terus saja bicara tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya."Pokoknya kamu nggak boleh kecapekan ya Sayang. Kamu jaga baik-baik ini." Aku mengangguk tersenyum."Mual-mual nggak kamu Put?" tanyanya lagi."Ya mual parah Ma, abis makan keluar lagi, kemarin aja sampai lemas banget, tapi ini udah mending sih, setelah minum obat mual dari dokter, ya walaupun masih ada mual juga tapi mendingan, nggak kayak kemarin," jelasku."Nggak apa-apa itu wajar hamil muda memang begitu, Mama juga dulu hamil Raffi begitu, sama.""Iyakah Ma?"
Read more

Bab 198. Belanja keperluan Bayi

[Siapa yang beliin?!][Ada 'lah orang baik.][Siapa?]Tak berapa lama ponselku berdering, Mas Raffi menelpon."Hallo assalamualaikum, Mas.""Hem, wa'alaikumusalam. Siapa yang beliin?" tanyanya serius."Ehm, siapa ya?""Siapa?!""Nggak. Nggak ada yang beliin, aku beli sendiri.""Dimana?""Di orang yang jual Tutut 'lah!""Kamu pergi sendiri? Nggak percaya aku.""Eh, nggak percaya ya sudah. Aku mau makan lagi Tututnya, ini enak banget. Udah lama banget aku nggak makan ini. Udah ya. Daaah, Assalamualaikum!""Wa'alaikumusalam."Panggilan berakhir.Aku kembali menyantap semangkuk Tutut pedas.Aku rela merogoh kocek lebih dalam, untuk membayar ongkir karena yang jual lokasinya jauh, bahkan di luar Jakarta, lokasinya di Bekasi. Tak mengapa harga ongkos kirim lebih mahal dari harga Tututnya. Tak apa, demi keinginan. Dan demi si utun tentunya.Selesai makan aku berisitirahat. Hari ini aku nggak ngantor lagi, Insya Allah besok kalau kondisinya lebih baik, aku akan kembali aktif di kantor, beber
Read more

Bab 199. Siapa?

Pov Author.Matahari sudah mulai meninggi saat Anisa membuka matanya, beberapa kali ia mengerjap, karena sinar matahari yang menembus jendela kaca kamarnya. Ia menoleh di sebelahnya sang suami masih tertidur lelap karena kelelahan usai melakukan aktivitas panas selepas subuh tadi.Perlahan Anisa mulai beringsut turun dari ranjang, untuk menggeser tubuhnya saja ia terlihat begitu kepayahan. Ya, usia kandungannya kini memasuki sembilan bulan, hanya tinggal menghitung hari, ia akan berjumpa dengan buah hati yang sudah di tunggunya sejak lama.Pelan ia mulai melangkah ke kamar mandi, satu tangannya memegang pinggangnya yang terasa sakit.Selesai mandi ia berniat membangunkan Raffi lalu turun untuk sarapan pagi."Mas bangun, yuk." Anisa menggoyangkan tubuh Raffi yang masih bergelung selimut. Jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi.Laki-laki itu pun menggeliat, perlahan membuka matanya, mendapati istrinya sudah cantik dengan rambut tergerai yang masih basah, duduk disebelahnya."Kamu uda
Read more

Bab 200. Ending

Secepat kilat cepat tubuhnya di seret hingg ke tempat yang sepi. Di tariknya kerah bajunya hingga membuatnya pasrah, karena tiba-tiba kepalanya pusing mendapat pukulan tiba-tiba."Brengsek! Masih berani Lu datang kemari! Hah?!" Rendi menatap laki-laki di depannya dengan tatapan berkunang-kunang."Adrian.""Ya! Ini Gue! Masih ingat Lu sama Gua Hah! Gara-gara Lu semuanya jadi begini, Brengsek! Sudah lama Gua menunggu saat ini, saat untuk menghajar laki-laki pengecut seperti Elu!"Bugh!Lagi sebuah pukulan mendarat di wajahnya."Hidup Gua hancur gara-gara Lu! Tau nggak! Hah?!""Lu emang pantas mendapatkan ini!"Bugh!Lagi-lagi Adrian memukul Rendi membabi buta. Suasana kawasan itu yang kebetulan sepi, tak ada yang mampu melerai. Rendi pasrah jika ia harus mati di tangan Adrian saat ini juga."Sabar Bung! Sabar! Sabar!" Pengendara motor berboncengan dengan temennya yang kebetulan lewat melihat Adrian kalap, itu pun langsung berhenti dan berniat melerai keduanya.Akhirnya mereka bisa dipis
Read more
PREV
1
...
181920212223
DMCA.com Protection Status