"Ini bukan mimpi kan? Aku akan jadi seorang Ayah?" tanya Mas Raffi aku mengangguk.Mas Raffi tersenyum, dan merebahkan tubuhku di pembaringan, ia sendiri duduk di sisiku. Kembali ia menciumi wajahku, kemudian wajahnya turun ke bawah, menyingkap baju atasan yang kukenakan, lalu mencium lembut perutku, sampai akhirnya aku tertawa karena rasa geli yang menggelitik."Sehat-sehat di dalam sini ya anak Ayah, jangan nakal, kasihan Mama," ucapnya sambil mengelus perutku. Aku tertawa geli melihatnya."Aku maunya dipanggil Bunda, Mas!" rajukku."Kenapa?""Nggak apa-apa, pengin aja." Ia pun mengangguk tersenyum dan kembali berkata di dekat perutku."Jangan nakal di dalam sini ya Nak, kasihan Bunda, kalau muntah-muntah terus, oke!"Kembali aku tergelak mendengar ucapannya, seakan ngomong sendiri."Aku mandi dulu, abis Maghrib kita ke dokter kandungan, untuk cek, biar pasti, oke!"Mas Raffi pun berjalan ke kamar mandi, aku menyiapkan baju gantinya.*"Ini adalah rahim ya Bu, dan ini adalah janinn
Read more