Pov Author.Matahari sudah mulai meninggi saat Anisa membuka matanya, beberapa kali ia mengerjap, karena sinar matahari yang menembus jendela kaca kamarnya. Ia menoleh di sebelahnya sang suami masih tertidur lelap karena kelelahan usai melakukan aktivitas panas selepas subuh tadi.Perlahan Anisa mulai beringsut turun dari ranjang, untuk menggeser tubuhnya saja ia terlihat begitu kepayahan. Ya, usia kandungannya kini memasuki sembilan bulan, hanya tinggal menghitung hari, ia akan berjumpa dengan buah hati yang sudah di tunggunya sejak lama.Pelan ia mulai melangkah ke kamar mandi, satu tangannya memegang pinggangnya yang terasa sakit.Selesai mandi ia berniat membangunkan Raffi lalu turun untuk sarapan pagi."Mas bangun, yuk." Anisa menggoyangkan tubuh Raffi yang masih bergelung selimut. Jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi.Laki-laki itu pun menggeliat, perlahan membuka matanya, mendapati istrinya sudah cantik dengan rambut tergerai yang masih basah, duduk disebelahnya."Kamu uda
Secepat kilat cepat tubuhnya di seret hingg ke tempat yang sepi. Di tariknya kerah bajunya hingga membuatnya pasrah, karena tiba-tiba kepalanya pusing mendapat pukulan tiba-tiba."Brengsek! Masih berani Lu datang kemari! Hah?!" Rendi menatap laki-laki di depannya dengan tatapan berkunang-kunang."Adrian.""Ya! Ini Gue! Masih ingat Lu sama Gua Hah! Gara-gara Lu semuanya jadi begini, Brengsek! Sudah lama Gua menunggu saat ini, saat untuk menghajar laki-laki pengecut seperti Elu!"Bugh!Lagi sebuah pukulan mendarat di wajahnya."Hidup Gua hancur gara-gara Lu! Tau nggak! Hah?!""Lu emang pantas mendapatkan ini!"Bugh!Lagi-lagi Adrian memukul Rendi membabi buta. Suasana kawasan itu yang kebetulan sepi, tak ada yang mampu melerai. Rendi pasrah jika ia harus mati di tangan Adrian saat ini juga."Sabar Bung! Sabar! Sabar!" Pengendara motor berboncengan dengan temennya yang kebetulan lewat melihat Adrian kalap, itu pun langsung berhenti dan berniat melerai keduanya.Akhirnya mereka bisa dipis
Satu tahun kemudian ...."Adrian, saya nggak mau tahu, sesuai dengan janji kamu, kamu harus berhasil membujuk Dania untuk bercerai dengan suaminya, dan menikah dengan Ilyas!" Bu Helena menatap tajam Adrian. Sore itu Bu Helena tetangga dekat rumahnya mengundangnya ke rumah, untuk membicarakan masalah dua tahun lalu.Dua tahu lalu di saat Adrian terlilit hutang dengan Wahyu sang rentenir, Helena lah yang menawarkan bantuan, meminjamkan uang pada Adrian unyuk menutupi semua hutang itu, tapi bukan tanpa alasan Helena merelakan uang lima puluh juta miliknya untuk Adrian.Helena mau menggelontorkan uang segitu besar dengan harapan Dania mau menjadi menantunya. Sejak dulu, sejak Dania kecil, entah mengapa hati wanita itu begitu sangat menyukai Dania, dirinya yang memiliki tiga anak laki-laki rasanya senang ketika melihat celoteh Dania kecil. Sampai Dania tumbuh dewasa, Dania kini menjelma menjadi gadis yang cantik jelita, tentu membuat Helena makin suka melihat Dania.Rangga dan Riyu kedua
"Assalamualaikum Tante Helena. Apa kabar?" tanya Adrian begitu memasuki rumah Helena. Kali ini ia tak datang sendiri, ia datang bersama Yeni. Perempuan berusia 28 tahun yang bekerja sebagai karyawan sebuah minimarket di dekat proyek tempatnya bekerja.Sehari-hari Adrian bertemu dengan Yeni, gadis dengan wajah khas perempuan sunda, kulitnya putih bersih. Melihat Paras Yeni yang cantik, Adrian jadi berpikir, barangkali Yeni berjodoh dengan Ilyas."Wa'alaikumusalam." Helena menyambut Adrian dan Yeni, mereka duduk bersama di ruang tamu rumah Helena. Sejenak netra Helena menatap Yeni dari ujung rambut hingga ke ujung kaki, membuat Yeni merasa tak nyaman."Tante Helena, perkenalkan ini Yeni." Yeni pun langsung mengangguk tersenyum dan mengulurkan tangan pada Helena mereka berjabat tangan.Yeni dan Adrian memang sudah kenal lama, mereka akrab, dan sering kali Yeni berkata sambil bercanda meminta untuk dikenalkan dengan temannya Adrian mungkin ada yang masih jomblo, mengingat usianya sudah dew
"Apa? Kau memilih menyerah?" Adrian kaget bukan kepalang saat pagi-pagi ia menemui Yeni dan menanyakan tentang bagaimana pertemuannya tadi malam dengan Ilyas.Tapi jawaban Yeni membuatnya kaget, sekaligus lunglai. Itu artinya Helena akan kembali mendesak dirinya agar Dania bercerai dengan suaminya, dan menikah dengan Ilyas.Bukan tanpa alasan Helena begitu kuat memaksa Adrian demi untuk menjadikan Dania menantunya. Ada alasan yang mendasar dalam pikiran wanita paruh baya itu.Walaupun Ilyas sangat arogan, tapi ketika dengan Dania, ia bisa bersikap lembut, sikapnya berbeda, walau masih terlihat kaku dan dingin, tapi Helena bisa melihat tatapan mata Ilyas yang berbeda.Pancaran matanya Ilyas seperti menemukan kembali cahayanya."Kamu yakin? Dia ganteng loh!" Adrian masih tak percaya kalau Yeni mengambil keputusan untuk mundur, tak ingin mengenal lebih jauh seperti apa Ilyas, ya walaupun ganteng, tapi untuk apa jika sikapnya sama sekali tak menghargai perempuan, begitu menurut pemikiran Y
"sudah sore, ayo kita pulang. Sebentar lagi suamimu pulang."Dania mengangguk lalu berdiri mengikuti langkah kaki sang kakak. Tak lupa sebelum sampai rumah Adrian sempatkan untuk mampir ke kedai martabak, makanan kesukaan adiknya."Makasih ya Mas." Adrian mengangguk tersenyum, lalu mengelus rambut adiknya."Mas, mau nggak aku cariin jodoh temanku?" "Nggak usah neko-neko, bagi Mas sekarang kebahagiaan kamu.""Aku mulu, kebahagiaan buat Mas kapan?""Aku akan bahagia ketika melihatmu bahagia, Dek."Dania merasa Adrian kini benar-benar sudah berubah, setelah keluar dari penjara Adrian benar-benar menjelma menjadi kakak yang baik, ternyata kehidupan keras dibalik jeruji besi mampu mengubah kehidupan serta cara pandang seorang Adrian."Mas, sudah pulang? Maaf ya, tadi aku keluar sebentar beli ini sama Mas Adrian," ucap Dania begitu sampai di rumah ternyata sudah ada Faris yang menunggu."Oh, iya nggak apa-apa Sayang." Faris tersenyum lembut menatap istrinya."Aku bikinin kopi dulu ya."Dan
Sore itu Adrian kembali mengajak Dania untuk keluar, agar bisa leluasa bicara empat mata dengan Dania."Sebelum Faris pulang," bisik Adrian dalam hati."Jangan bilang kamu mau bahas yang masalah anak lagi, Mas. Aku capek Mas! Aku capek!" sentak Dania yang memang merasa lelah dengan kemauan kakaknya yang dianggapnya tak masuk akal itu.Adrian tetap memaksa Dania untuk ikut dengannya."Pokoknya Mas minta kamu minta pisah sama Faris, dan menikah dengan Ilyas!"Netra Dania membola mendengar ucapan kakaknya di pinggir jalan taman."Gil* kamu Mas! Aku sama Mas Faris saling menyayangi Mas, lalu atas dasar apa aku minta cerai dari dia!" Dania menggeleng tak percaya dengan kata-kata Adrian."Sebenarnya ada apa sih, sampai kamu memaksa aku untuk nikah sama Ilyas? Ada apa sebenarnya? Aku yakin ada yang kamu sembunyikan dari aku Mas? Apa?" Dania bicara sangat menggebu-gebu.Perempuan dua puluh lima tahun itu benar-benar tak habis pikir dengan pemikiran sang kakak. "Jawab Mas!" sentaknya lagi. A
Faris menghela napas panjang, setelah mendengar penuturan dari Dania, Dania membuka semua keresahan yang beberapa hari mengusik ketenangan hatinya."Kamu nggak usah khawatir Sayang, Mas akan tetap di sini, kita akan selalu sama-sama. Sekarang jawab Mas, kamu sayang kan sama Mas?" Dania mengangguk sembari menatap dalam tatapan mata Faris, tergambar lautan cinta yang begitu luas di sana, Dania bisa merasakan itu.Lembut jemari Faris menyentuh tangan istrinya."Kamu percaya kan sama Mas?" Kembali Dania mengangguk."Oke, kita akan hadapi ini sama-sama. Kita akan menjadi kuat jika bersama."Bibir ranum Dania perlahan mengukur senyuman. Meski masih terlihat kaku.Mereka pun berpelukan, saling menguatkan."Biar nanti malam Mas bicara sama Mas Adrian."Dania buru-buru melerai pelukan saat mendengar ucapan Faris."Jangan Mas." Dahi Faris mengerut."Mas akan bicara sama dia sebagai sesama laki-laki, jadi kamu cukup diam di dalam kamar, biar Mas yang akan selesaikan masalah ini.""Aku takut M