Sore itu Adrian kembali mengajak Dania untuk keluar, agar bisa leluasa bicara empat mata dengan Dania."Sebelum Faris pulang," bisik Adrian dalam hati."Jangan bilang kamu mau bahas yang masalah anak lagi, Mas. Aku capek Mas! Aku capek!" sentak Dania yang memang merasa lelah dengan kemauan kakaknya yang dianggapnya tak masuk akal itu.Adrian tetap memaksa Dania untuk ikut dengannya."Pokoknya Mas minta kamu minta pisah sama Faris, dan menikah dengan Ilyas!"Netra Dania membola mendengar ucapan kakaknya di pinggir jalan taman."Gil* kamu Mas! Aku sama Mas Faris saling menyayangi Mas, lalu atas dasar apa aku minta cerai dari dia!" Dania menggeleng tak percaya dengan kata-kata Adrian."Sebenarnya ada apa sih, sampai kamu memaksa aku untuk nikah sama Ilyas? Ada apa sebenarnya? Aku yakin ada yang kamu sembunyikan dari aku Mas? Apa?" Dania bicara sangat menggebu-gebu.Perempuan dua puluh lima tahun itu benar-benar tak habis pikir dengan pemikiran sang kakak. "Jawab Mas!" sentaknya lagi. A
Faris menghela napas panjang, setelah mendengar penuturan dari Dania, Dania membuka semua keresahan yang beberapa hari mengusik ketenangan hatinya."Kamu nggak usah khawatir Sayang, Mas akan tetap di sini, kita akan selalu sama-sama. Sekarang jawab Mas, kamu sayang kan sama Mas?" Dania mengangguk sembari menatap dalam tatapan mata Faris, tergambar lautan cinta yang begitu luas di sana, Dania bisa merasakan itu.Lembut jemari Faris menyentuh tangan istrinya."Kamu percaya kan sama Mas?" Kembali Dania mengangguk."Oke, kita akan hadapi ini sama-sama. Kita akan menjadi kuat jika bersama."Bibir ranum Dania perlahan mengukur senyuman. Meski masih terlihat kaku.Mereka pun berpelukan, saling menguatkan."Biar nanti malam Mas bicara sama Mas Adrian."Dania buru-buru melerai pelukan saat mendengar ucapan Faris."Jangan Mas." Dahi Faris mengerut."Mas akan bicara sama dia sebagai sesama laki-laki, jadi kamu cukup diam di dalam kamar, biar Mas yang akan selesaikan masalah ini.""Aku takut M
Faris tak jadi masuk ke kamar, ia justru berbalik kembali ke ruang tamu, dimana Adrian masih berdiri di sana dengan wajah pucat."Perjanjian apa itu Mas?" tanya Faris dengan serius.Adrian gelagapan seperti di hadapkan dengan posisi yang sulit, jika mundur ketemu lawan, pilih maju ada jurang di depannya. Ia tak bisa lari kemana-mana sekarang, Faris menuntut kejelasan."Dulu saat rumah ini hendak diambil oleh Pak Wahyu karena hutang-hutangku, Bu Helena menawarkan bantuan, ia meminjamkan uang sebesar hutang yang dipinjam itu untuk melunasi semuanya, agar rumah ini tak sampai diambil oleh mereka." Adrian menjeda ucapannya.Sedangkan Faris masih diam menunggu kelanjutan cerita dari kakak iparnya itu."Aku yang sudah kebingungan apalagi waktu itu ibu baru saja meninggal karena kecerobohanku itu. Tanah pusara ibu bahkan masih basah. Aku tak bisa berpikir jernih saat itu, melihat Dania yang begitu hancur akan kepergian ibu, juga kekecewaannya padaku saat itu."Adrian kembali menarik napas d
"Sudah tak perlu di teruskan Adrian! Saya sudah tahu kemana arah pembicaraan kamu!" Helena langsung melontarkan kata-kata demikian, saat melihat gelagat Adrian yang sangat kentara sekali.Adrian hanya membuang napas kasar."Sudah kuduga ini akan terjadi." Helena berkata sinis sambil melirik ke arah Adrian dan Faris bergantian.Sedangkan Dania, dalam hati wanita cantik itu, terbersit rasa kesal yang luar biasa, melihat ekspresi wajah Helena."Modelan begini akan menjadi mertua untukku, haduh enggak banget." Dania berbisik hatinya."Maaf Bu Helena yang, saya rasa Ibu tidak punya hak untuk mengatur-atur kehidupan rumah tangga saya, apalagi sampai menginginkan Dania untuk meminta cerai dariku suaminya. Sampai kapanpun itu tak akan pernah terjadi." Faris berkata tegas.Helena hanya berdecih melihat Faris."Asal kamu tahu, sebelum kamu menjadikan dia istrimu, dia sudah ada ikatan perjanjian untuk dijadikan istri bagi anak saya!""Kalau saya tidak mau, Ibu bisa apa?" Tiba-tiba Dania bersuara
"Mas tak perlu khawatir, Aku adalah seorang istri, bukankah wajib bagiku mengikuti langkah kaki suamiku," ucap Dania meyakinkan Adrian yang tampak meragu."Iya Mas, saya janji akan menjaga Dania dengan baik, memenuhi segala kebutuhan lahir dan batinnya, aku akan berusaha semampuku untuk membahagiakan dia." Faris berkata dengan sungguh-sungguh."Aku bukannya tak percaya denganmu, aku percaya, hanya saja ... Aku akan merasa kesepian di rumah ini." Adrian berkata sambil tersenyum."Huuh, makanya cepat cari istri, biar ada yang nemenin, mulailah menata kembali hidupmu menjadi lebih berarti, menjadi lebih berwarna Mas. Aku yakin ada banyak wanita yang baik yang mau denganmu asalkan kamu bisa benar-benar berubah jadi pribadi yang lebih baik, dan satu hal, jangan pernah kamu ulangi kesalahanmu di masa lalu. Atau aku–"Faris dan Adrian seketika menatap lekat ke arah Dania yang tak meneruskan kata-katanya."Atau aku akan benar-benar marah dan tak ingin menganggapmu sebagai kakakku lagi," ucap
"Hay, Yulia, sendirian saja?" Adrian bertanya pada perempuan cantik tinggi semampai 165 cm, dengan rambut tergerai berwarna kecoklatan. Yulia berbalik badan mendengar seseorang menyebut namanya."Darimana kau tahu aku di sini?" tanyanya. Sejenak Yulia tertegun melihat sosok yang berdiri di depannya. Laki-laki gagah yang memasuki usia tiga lima tahun itu memang terlihat matang, dan ... Sangat tampan menurut Yulia."Kemanapun Kau melangkah, aku akan mampu mengendus harum wangimu," kelakar Adrian membuat Yulia tersenyum, kedua pipinya merona, karena tersipu-sipu."Aku sedang cari udara segar aja tadi, lagi pula pekerjaanku di sini sudah selesai, tinggal nunggu urusan Pak Hakim selesai kemudian langsung balik ke kantor."Adrian mengangguk.Selama beberapa hampir sebulan ini memang Yulia kerap kali datang ke proyek karena mendampingi Pak Hakim selaku kepala pimpinan perusahaan kontraktor dimana Adrian bernaung.Saat ini memang sedang jam makan siang, seperti biasa usai makan siang Yulia a
Setelah hari itu Yulia jadi malas bertemu Adrian, meski Adrian selalu berusaha menjalin hubungan baik dengan Yulia.[Yulia, aku minta maaf, aku tak ada maksud apa-apa, aku hanya ingin lihat kamu bahagia bersama orang yang tepat.]Sebuah pesan masuk di ponsel Yulia malam ini. Wanita berkulit putih itu hanya mendesah kesal, dilemparnya benda pipih itu ke sampingnya, lalu ia menarik selimut hingga setinggi dada, mencoba untuk memejamkan matanya, berharap rasa kantuk itu datang, kemudian ia bisa melupakan masalah Adrian dengan ide konyolnya itu.Hah! Lagi-lagi ia membuang napas kasar. Matanya tak juga terpejam. Pikirannya jauh berkelana.Kembali diraihnya ponsel miliknya. Sekedar mengintip apa ada notifikasi pesan dari Adrian lagi atau tidak.Nihil. Tak ada pesan apapun dari laki-laki itu, selain pesan terakhirnya tadi.Yulia hendak mengetik sesuatu untuk membalas pesan Adrian, tapi ia ragu, baru beberapa kata di ketiknya, kemudian di hapus lagi, hingga beberapa kali begitu. Sedangkan di
"Sekali lagi maaf ya.""Ya, ya ya! Lupakan saja," jawab Yulia."Apa malam Minggu besok Kau ada acara?" tanya Adrian seraya menatap mata bening Yulia.Mesin motornya kembali dimatikan oleh Adrian."Nggak ada sih, kenapa emang?" Yulia merasa heran, tumben Adrian mengajaknya keluar malam minggu."Aku pengin ngajak kamu keluar.""Kemana?" "Ada lah pokoknya. Bisa kan?""Oke.""Sip, abis magrib aku jemput ya."Yulia mengangguk, lalu Adrian pun melajukan motornya."Adrian mau mengajakku kemana ya?" Yulia bertanya pada dirinya sendiri.'Ah aku harus dandan yang cantik, untuk malam minggu besok' Yulia bergumam sendiri. Sedangkan di sudut lain, kini Adrian menemui Ilyas, dan mengajaknya bertemu malam minggu besok."Ke Taman Merpati, ngapain?" tanya Ilyas."Nongkrong aja biasa. Lo kan jomblo, jadi mending nongkrong bareng Gue!""Gue mencium bau-bau tak enak nih," tebak Ilyas."Ah suudzon mulu Lo ah! Udah datang aja ke taman merpati malam Minggu besok ya!"Senyum Adrian mengembang melihat Ilyas
Dua bulan sudah terhitung sejak Adrian mulai datang hampir setiap hari ke rumah Yulia untuk membantu segala sesuatu kebutuhan Anita.Merawat orang lumpuh ternyata tidak semudah yang ia bayangkan. Tanpa rasa sungkan Adrian membantu mengangkat tubuh Anita jika hendak ke kamar mandi. Barulah setelah di bawa ke kamar mandi urusan mandi atau buang air akan di bantu oleh Yulia atau Sumi.Adrian duduk termenung di ruang tamu menunggu Anita yang sedang dimandikan oleh Yulia di dalam.Sebenarnya ia tak masalah membantu sampai sejauh ini, Adrian ikhlas. Hanya saja kalau Anita tetap tak merestui hubungan mereka, apa semua yang sudah ia lakukan ini akan sia-sia belaka?"Kenapa? Kok ngelamun? Kamu capek? Bantu Aku dan Mama?" Adrian terkejut tiba-tiba Yulia ada di sebelahnya."Oh, nggak aku lagi menikmati pemandangan bunga-bunga di halaman aja." Adrian berkilah."Oh. Kalau di rasa sudah tak sanggup membantu, katakan saja, aku nggak apa-apa."Adrian terdiam. Baginya cinta yang sudah terlanjur tumbuh
"Selamat pagi Tante," sapa Adrian hari Minggu pagi ini ia datang ke rumah Yulia. Kini Yulia sedang membawa ibunya yang duduk di kursi roda, bermaksud untuk menjemurnya di bawah sinar matahari pagi. Sebuah rutinitas yang tak pernah terlewatkan setiap pagi, agar tubuhnya Anita lebih segar.Adrian datang dengan membawa buah dan kue red Velvet kesukaan Anita.Anita diam, dari raut wajahnya masih memperlihatkan ketidaksukaannya pada Adrian, meski ia tahu Adrian adalah orang yang menolong nyawanya ketika waktu ia butuh transfusi darah. Anita tetap keras kepala, sekali tak suka maka sampai kapanpun ia tetap tak suka.Adrian tersenyum, ia paham dirinya masih belum diterima oleh Anita."Mulai sekarang Saya akan sering datang untuk menemui Tante. Jadi kalau ada apa-apa yang dibutuhkan, jangan sungkan untuk menghubungi saya, Tante."Anita mendelik mendengar ucapan Adrian."Memangnya kamu siapa?! Nggak! Nggak perlu kamu datang kemari sering-sering! Bikin mata sepet aja!" sentak Anita.Sedangkan Y
Semenjak hari itu Yulia benar-benar sulit ditemui, bahkan di kantornya, Adrian tak dapat menemuinya. Gadis itu benar-benar serius dengan ucapannya, yaitu ingin instrospeksi diri juga berpikir lebih jernih mengenai hubungan mereka ke depan.Jangan tanya bagaimana suasana hati Adrian. Tidak bisa mendengar suara Yulia, tak bisa melihat senyumannya, tentu rasanya sangat menyiksa.Ternyata sesakit diabaikan. Apa kabar dengan hati Yulia yang menunggu selama berbulan-bulan, menyembunyikan perasaannya sampai pada akhirnya Adrian menyambut cinta itu.Adrian tak pernah menyerah, ia kembali mencoba menghubungi Yulia melalui sambungan telepon.Namun tetap sama, tidak diangkat.Hingga lebih dari dua minggu kondisi ini berlalu. Adrian menyerah tak lagi mengubungi gadisnya. Ia sudah pasrah. Jika memang mereka ditakdirkan bersama maka insya Allah nanti mereka akan bersama-sama. Tapi jika memang takdir tak menyatukan mereka maka Adrian akan berusaha ikhlas.Ikhlas adalah titik terdalam sebuah perasaa
Mendadak wajah Adrian pucat, ia terlihat gugup menatap Yulia yang menatapnya tajam."Ehm, Li, aku akan jelasin ke kamu semuanya, dan kamu jangan dulu salah paham, oke." Yulia masih terdiam menunggu penjelasan seperti apa yang akan Adrian katakan.Setelah keduanya sama-sama diam untuk beberapa saat, Adrian meneguk jus alpukat miliknya."Aku khilaf telah bermain api di belakang Anisa," ucap Adrian jujur. Sebenarnya ia tak tahu lagi dari mana ia harus memulai bercerita, kata-kata seperti apa yang harus ia rangkai dan ia katakan pada Yulia.Ia tak ingin Yulia jadi salah tangkap dan jadi membencinya, Adrian tak sanggup jika harus kehilangan Yulia. Baginya Anisa sudah menjadi masa lalu, dan sekarang ia ingin menggapai masa depan bersama gadis manis yang tengah merajuk ini."Khilaf sampai berselingkuh dengan sepupunya istrimu, Yan?!" Yulia menggeleng tak percaya.Adrian tercekat, ia tak mampu membantah karena memang itu faktanya."Aku nggak nyangka kamu ternyata setega itu Yan. Apa kehadiran
"Aku pamit pulang ya Kak, kasihan Mama, pasti sudah menungguku pulang." Jari sudah hampir gelap, Yulia pun pamit untuk pulang.Putri mengantar Yulia hingga ke depan pintu gerbang, saat sebuah taksi mobil yang dipesan Yulia tiba di depan rumah Putri, Yulia langsung naik dan berlalu pulang ke rumahnya.Sepanjang perjalanan, perasaan Yulia gampang, antara tetap melanjutkan atau memilih mundur pada hubungannya dengan Adrian. Sesungguhnya jauh di lubuk hatinya, Yulia sangat mencintai laki-laki itu, sejauh ini, walaupun mamanya menentang keras hubungan mereka, selama ini ia tetap berdiri tegak, teguh pada pendiriannya, yaitu memperjuangkan cinta.Tapi menilik akan kisah masa lalunya Adrian, apakah laki-laki itu benar-benar bisa tulus mencintainya sepanjang hidup mereka? Seperti cintanya pada Adrian.Bagaimana kalau tiba-tiba Adrian mengulangi kesalahan yang pernah ia lakukan pada Anisa? Tentu saja hati Yulia akan hancur.Orang bilang sekali saja laki-laki berselingkuh maka tak menutup kemu
Mendadak raut wajah Putri berubah. Ia merasa kurang nyaman membahas lagi tentang masa lalunya."Ehm maaf Kak, maaf banget. Aku bukan bermaksud untuk mengingatkan Kak Putri tentang masa lalu Kakak, tapi aku sangat butuh informasi tentang Adrian." Yulia berkata dengan sungguh-sungguh.Ia tak ada maksud apapun, ia hanya ingin tahu tentang Adrian. Ia tak ingin salah dalam melangkah.Putri menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Kemudian ia meraih cangkir teh-nya, menyesapnya pelan, berharap ia bisa merasa lebih rileks sebelum memulai bercerita tentang mantan suaminya."Ehm, memangnya Yulia kenal Adrian dimana?" tanyanya yang merasa heran bagaimana bisa sosok Yulia yang terlahir dari keluarga terhormat, tumbuh menjadi gadis cantik, berpendidikan tinggi, dan kini memiliki karir yang bagus di perusahaan tempatnya bekerja, tiba-tiba saja kenal dengan Adrian yang notabenenya hanya laki-laki biasa.Yulia tersenyum kecil."Mas Adrian ... Dia calon suami Yulia Kak," jawabnya.Seketi
"Yulia, boleh Tante ngobrol sebentar?" tanya Maya setelah Adrian pamit pulang."Ada apa Tante?" Yulia mendaratkan bobotnya di sebelah Maya.Maya mengulas senyum lembut pada gadis disebelahnya. Yulia memang cantik, dia juga sangat penurut."Gimana kerjaan kamu? Lancar?" tanya Maya sekedar basa-basi."Alhamdulillah lancar Tante." Yulia menatap lekat wajah Maya, ia seakan bisa membaca gurat ekspresi tantenya yang terlihat sepertinya ada yang ingin beliau sampaikan."Ada apa Tante? Ada yang ingin Tante katakan sama Yulia?" tanya Yulia langsung pada intinya. Maya pun kembali mengulas senyum."Iya ada sedikit yang ingin Tante tanyakan." Yulia menegakkan tubuhnya seakan ia telah siap untuk mendengarkan apa yang hendak Maya tanyakan."Kamu serius sama laki-laki itu? Siapa itu tadi namanya, ehm ....""Adrian Tante.""Ah ya, Adrian. Apa kamu benar-benar serius dengan hubungan kalian?" "Iya Tante. Yulia sama dia sih serius, tapi masalahnya ada sama Mama, Mama nggak merestui hubungan kami, padaha
Semenjak hari itu Anita lebih banyak diam, tak lagi membahas tentang perjodohan pada Yulia.Sampai pada hari ini rumah Anita kedatangan sepupunya, yang tak lain adalah Maya–ibunya Raffi.Beberapa kali Maya datang ke rumah, dan dua kali menjenguk di rumah sakit. Melihat kondisi sepupunya yang kini terbaring di tempat tidur membuat Maya sedih, karena biasanya saat ada acara kumpul keluarga, Anita selalu menyempatkan diri untuk hadir di tengah-tengah mereka. Tapi kini semenjak ia mengalami kecelakaan, Anita seakan tersisih dari keluarga besarnya."Gimana keadaan kamu sekarang Mbak?" tanya Maya. Ia datang sendiri dengan di temani supir."Ya beginilah May, tak ada perubahan apapun, aku cuma wanita tua yang lumpuh, dan merepotkan," ketus Anita.Maya yang memang sudah sangat mengerti karakter Anita pun biasa saja."Sabar Mbak, namanya juga ujian. Alhamdulillah Yulia gadis yang baik, aku lihat dia merawatmu dengan baik."Anita hanya menghela napas. Putrinya memang gadis yang baik, cantik, ta
"Makan dulu Ma." Yulia menyuapi bubur untuk Anita. Namun Anita masih diam tak bergeming."Ma, makanlah sedikit," pinta Yulia lagi, pasalnya semenjak sadar dari komanya mamanya lebih banyak diam, tak mau makan.Akibat kecelakaan yang menimpanya dan masalah pada saraf otaknya, menyebabkan kedua kaki Anita tak bisa digerakkan. Lumpuh.Segala sesuatunya harus di bantu. Yulia jadi sering ijin tak masuk kantor, untungnya pihak kantor berbaik hati memberikan dispensasi karena selama mengabdi pada perusahaan kinerja Yulia bagus."Kamu nggak masuk kerja lagi?" tanya Anita.Beruntung meski kakinya lumpuh, dalam berbicara Anita masih lancar, tak ada masalah."Nggak usah pikirkan tentang kerjaanku Ma, yang penting sekarang Mama harus makan biar cepat sembuh," sahut Yulia."Assalamualaikum, selamat pagi." Tiba-tiba pintu ruang rawat Anita terbuka, menampakkan sosok Adrian.Melihat kehadiran Adrian, Anita langsung membuang muka."Ini aku bawakan buah-buahan dan brownies untuk Tante Anita." Adrian m