"Hay, Yulia, sendirian saja?" Adrian bertanya pada perempuan cantik tinggi semampai 165 cm, dengan rambut tergerai berwarna kecoklatan. Yulia berbalik badan mendengar seseorang menyebut namanya."Darimana kau tahu aku di sini?" tanyanya. Sejenak Yulia tertegun melihat sosok yang berdiri di depannya. Laki-laki gagah yang memasuki usia tiga lima tahun itu memang terlihat matang, dan ... Sangat tampan menurut Yulia."Kemanapun Kau melangkah, aku akan mampu mengendus harum wangimu," kelakar Adrian membuat Yulia tersenyum, kedua pipinya merona, karena tersipu-sipu."Aku sedang cari udara segar aja tadi, lagi pula pekerjaanku di sini sudah selesai, tinggal nunggu urusan Pak Hakim selesai kemudian langsung balik ke kantor."Adrian mengangguk.Selama beberapa hampir sebulan ini memang Yulia kerap kali datang ke proyek karena mendampingi Pak Hakim selaku kepala pimpinan perusahaan kontraktor dimana Adrian bernaung.Saat ini memang sedang jam makan siang, seperti biasa usai makan siang Yulia a
Setelah hari itu Yulia jadi malas bertemu Adrian, meski Adrian selalu berusaha menjalin hubungan baik dengan Yulia.[Yulia, aku minta maaf, aku tak ada maksud apa-apa, aku hanya ingin lihat kamu bahagia bersama orang yang tepat.]Sebuah pesan masuk di ponsel Yulia malam ini. Wanita berkulit putih itu hanya mendesah kesal, dilemparnya benda pipih itu ke sampingnya, lalu ia menarik selimut hingga setinggi dada, mencoba untuk memejamkan matanya, berharap rasa kantuk itu datang, kemudian ia bisa melupakan masalah Adrian dengan ide konyolnya itu.Hah! Lagi-lagi ia membuang napas kasar. Matanya tak juga terpejam. Pikirannya jauh berkelana.Kembali diraihnya ponsel miliknya. Sekedar mengintip apa ada notifikasi pesan dari Adrian lagi atau tidak.Nihil. Tak ada pesan apapun dari laki-laki itu, selain pesan terakhirnya tadi.Yulia hendak mengetik sesuatu untuk membalas pesan Adrian, tapi ia ragu, baru beberapa kata di ketiknya, kemudian di hapus lagi, hingga beberapa kali begitu. Sedangkan di
"Sekali lagi maaf ya.""Ya, ya ya! Lupakan saja," jawab Yulia."Apa malam Minggu besok Kau ada acara?" tanya Adrian seraya menatap mata bening Yulia.Mesin motornya kembali dimatikan oleh Adrian."Nggak ada sih, kenapa emang?" Yulia merasa heran, tumben Adrian mengajaknya keluar malam minggu."Aku pengin ngajak kamu keluar.""Kemana?" "Ada lah pokoknya. Bisa kan?""Oke.""Sip, abis magrib aku jemput ya."Yulia mengangguk, lalu Adrian pun melajukan motornya."Adrian mau mengajakku kemana ya?" Yulia bertanya pada dirinya sendiri.'Ah aku harus dandan yang cantik, untuk malam minggu besok' Yulia bergumam sendiri. Sedangkan di sudut lain, kini Adrian menemui Ilyas, dan mengajaknya bertemu malam minggu besok."Ke Taman Merpati, ngapain?" tanya Ilyas."Nongkrong aja biasa. Lo kan jomblo, jadi mending nongkrong bareng Gue!""Gue mencium bau-bau tak enak nih," tebak Ilyas."Ah suudzon mulu Lo ah! Udah datang aja ke taman merpati malam Minggu besok ya!"Senyum Adrian mengembang melihat Ilyas
"Hallo selamat pagi Li, maaf ya semalam aku terpaksa pulang duluan dan menitipkan kamu sama temanku. Aku benar-benar buru-buru," ucap Adrian pagi hari melalui sambungan telepon."Tau ah! Kamu nggak bertanggung jawab banget, benar-benar keterlaluan. Jangan bilang semalam itu adalah sengaja kamu lakukan biar aku pulang sama temanmu itu, siapa lah itu namanya," ketus Yulia. Perempuan itu masih kesal pada Adrian."Ilyas.""Ya itu Ilyas. Jangan bilang kamu itu sengaja biar aku deket sama dia." Yulia memutar bola matanya jengah."Eh kok suudzon gitu sih, ya enggak lah! Aku benar-benar buru-buru semalam, kamu denger sendiri kan Dania telpon aku.""Bisa aja kan itu rekayasa kamu. Denger ya Yan, aku nggak suka kamu begitu!" "Ya, aku minta maaf Li, beneran lho aku nggak ada maksud apa-apa.""Tau ah! Aku mau tidur lagi." Yulia mematikan panggilan secara sepihak. Karena ini adalah hari minggu jadi Yulia bisa bersantai di rumah.Adrian hanya menghela napas, ternyata susah juga mendekatkan Yulia d
"Ada perlu apa kamu dengan anak saya?" tanya Anita. Sejak kehadiran Adrian dirumahnya Anita bahkan tak ada secuil pun senyum tersungging di bibir wanita berparas cantik itu. Anita merasa kini ia tengah berhadapan dengan orang dari kelas yang berbeda, tak ada basa-basi atau sekedar pemanis bibir."Saya ada perlu sebentar dengan Yulia Tante, apa boleh saya bertemu Yulia?" Merasa di tatap seperti itu membuat Adrian canggung sekaligus merasa makin minder.Anita, kembali menatap Adrian, masih dengan tatapan tak suka. Lalu kemudian kakinya mengayun menaiki anak tangga.Adrian langsung menarik napas lega begitu Anita berlalu dari hadapannya."Adrian kamu kesini?" tanya Yulia begitu terlihat sumringah melihat Adrian datang pagi itu.Selama ini memang walaupun Adrian sering mengantar Yulia pulang, tapi tak pernah sekalipun ia mampir masuk ke rumahnya, Adrian selalu menolak dengan berbagai alasan. Karena sebenarnya alasan Adrian menolak mampir cuma satu yaitu dia minder dan merasa tak pantas de
Wajah Yulia mendadak berubah. Menatap tajam mamanya, lalu kemudian melempar pandangan pada orang-orang yang sedang duduk di sofa ruang tamu rumahnya. Suasana yang tadinya hangat mendadak hening, senyum-senyum merekah yang tadi menghiasi wajah keluarga David berlahan memudar.Tanpa mengeluarkan sepatah katapun Yulia langsung berjalan cepat menaiki anak tangga. Tanpa memperdulikan panggilan mamanya."Yulia! Tunggu dulu, Yulia!" "Maaf ya Jeng, maaf, sepertinya Yulia masih capek, karena baru pulang kerja, biarkan dia istirahat sebentar dan mandi, baru nanti kemudian nimbrung sama kita di sini," tutur Anita dengan manis."Iya nggak apa-apa Jeng, saya mengerti kok, saya juga 'kan dulu pernah jadi wanita karir, dan saat pulang kantor itu, pikiran ruwet, badan lelah, jadi wajar kalau Yulia sekarang ini moodnya jadi kurang bagus," timpal Laras ibunya David.Sedangkan David sendiri sejak tadi melihat Yulia masuk rumah, bibirnya tak henti-hentinya menyunggingkan senyum."Cantik juga tuh cewek,
Sepuluh menit berlalu Yulia hanya mondar-mandir sendiri di dalam kamarnya hingga suara ketukan kembali mengagetkannya."Yulia!" panggil Anita disertai suara ketukan pintu."I–iya Ma." Yulia tergagap, ada sedikit rasa kesal bercampur takut pada mamanya. Semenjak mamanya bercerai dengan ayahnya, sejak saat itu pula Yulia tak pernah lagi melihat sosok ayahnya, saat itu dirinya masih duduk di bangku SMP.Hanya Mamanya seorang yang ia punya, mamanya sampai rela bekerja apapun itu demi menghidupi dirinya dan Yulia, oleh karena itu Yulia sangat menyayangi mamanya."Yulia! Kamu sudah siap?" tanya Anita lagi kali ini sambil memutar hendle pintu, tapi ternyata terkunci.Walau dengan setengah hati, Yulia akhirnya membuka pintu kamar."Kamu pakai baju seperti ini? Yang benar saja kami Yulia! Jangan malu-maluin Mama dong!" pekik Anita begitu masuk kamar Yulia, ternyata anaknya hanya mengenakan baju rumahan biasa, pakai kaos oblong dan celana jeans sepanjang lututnya."Ganti baju sekarang!" titahn
"Sebenarnya gimana ceritanya? mau ngelamar perempuan kok ternyata justru ada tamu laki-laki beserta keluarganya di rumahnya, yang benar aja kamu Mas," ucap Dania saat mereka sudah ada di mobil. Sejak tadi ia berusaha menahan rasa penasarannya pun akhirnya memiliki waktu untuk memberondong pertanyaan pada kakaknya itu."Dia sebenarnya bukan pacarku," jawab Adrian enteng, laki-laki itu masih fokus menatap jalanan di depannya, karena duduk berdampingan dengan Faris yang fokus mengemudi.Sedangkan Dania dan Helena duduk d jok belakangnya."Hah! Yang benar saja, pacar bukan, tau-tau kamu datang mau ngelamar!" Dania tersentak kaget."Ya, aku juga nggak tahu harus gimana lagi, mau maju, memintanya untuk jadi istriku, tapi rasanya nyaliku tak cukup kuat jika harus berhadapan dengan ibunya yang sinis itu.""Lha terus tadi itu apa? Apa maksudnya kalau bukan memintanya untuk jadi istrimu?!" Dania sedikit sewot. Karena Adrian sudah beberapa kali membuat ulah, ia tak ingin kejadian-kejadian yang l