Mama dan Papa menatap haru disertai lengkungan menghiasi bibirnya."Alhamdulillah, terimakasih Sayang, akhirnya kita benar-benar mau jadi Nenek dan Kakek Pa!" ucap Mama dengan berbinar menatap Papa yang masih fokus melihat lembaran print out hasil usg."Mama doain biar Dedek di dalam sini sehat ya Ma," ucapku di dalam pelukan Mama."Iya Sayang, itu pasti. Mama dan Papa selalu doain kalian, dan sekarang Alhamdulillah doa Mama terkabul, kamu mengandung cucu mama." Mama terus saja bicara tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya."Pokoknya kamu nggak boleh kecapekan ya Sayang. Kamu jaga baik-baik ini." Aku mengangguk tersenyum."Mual-mual nggak kamu Put?" tanyanya lagi."Ya mual parah Ma, abis makan keluar lagi, kemarin aja sampai lemas banget, tapi ini udah mending sih, setelah minum obat mual dari dokter, ya walaupun masih ada mual juga tapi mendingan, nggak kayak kemarin," jelasku."Nggak apa-apa itu wajar hamil muda memang begitu, Mama juga dulu hamil Raffi begitu, sama.""Iyakah Ma?"
[Siapa yang beliin?!][Ada 'lah orang baik.][Siapa?]Tak berapa lama ponselku berdering, Mas Raffi menelpon."Hallo assalamualaikum, Mas.""Hem, wa'alaikumusalam. Siapa yang beliin?" tanyanya serius."Ehm, siapa ya?""Siapa?!""Nggak. Nggak ada yang beliin, aku beli sendiri.""Dimana?""Di orang yang jual Tutut 'lah!""Kamu pergi sendiri? Nggak percaya aku.""Eh, nggak percaya ya sudah. Aku mau makan lagi Tututnya, ini enak banget. Udah lama banget aku nggak makan ini. Udah ya. Daaah, Assalamualaikum!""Wa'alaikumusalam."Panggilan berakhir.Aku kembali menyantap semangkuk Tutut pedas.Aku rela merogoh kocek lebih dalam, untuk membayar ongkir karena yang jual lokasinya jauh, bahkan di luar Jakarta, lokasinya di Bekasi. Tak mengapa harga ongkos kirim lebih mahal dari harga Tututnya. Tak apa, demi keinginan. Dan demi si utun tentunya.Selesai makan aku berisitirahat. Hari ini aku nggak ngantor lagi, Insya Allah besok kalau kondisinya lebih baik, aku akan kembali aktif di kantor, beber
Pov Author.Matahari sudah mulai meninggi saat Anisa membuka matanya, beberapa kali ia mengerjap, karena sinar matahari yang menembus jendela kaca kamarnya. Ia menoleh di sebelahnya sang suami masih tertidur lelap karena kelelahan usai melakukan aktivitas panas selepas subuh tadi.Perlahan Anisa mulai beringsut turun dari ranjang, untuk menggeser tubuhnya saja ia terlihat begitu kepayahan. Ya, usia kandungannya kini memasuki sembilan bulan, hanya tinggal menghitung hari, ia akan berjumpa dengan buah hati yang sudah di tunggunya sejak lama.Pelan ia mulai melangkah ke kamar mandi, satu tangannya memegang pinggangnya yang terasa sakit.Selesai mandi ia berniat membangunkan Raffi lalu turun untuk sarapan pagi."Mas bangun, yuk." Anisa menggoyangkan tubuh Raffi yang masih bergelung selimut. Jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi.Laki-laki itu pun menggeliat, perlahan membuka matanya, mendapati istrinya sudah cantik dengan rambut tergerai yang masih basah, duduk disebelahnya."Kamu uda
Secepat kilat cepat tubuhnya di seret hingg ke tempat yang sepi. Di tariknya kerah bajunya hingga membuatnya pasrah, karena tiba-tiba kepalanya pusing mendapat pukulan tiba-tiba."Brengsek! Masih berani Lu datang kemari! Hah?!" Rendi menatap laki-laki di depannya dengan tatapan berkunang-kunang."Adrian.""Ya! Ini Gue! Masih ingat Lu sama Gua Hah! Gara-gara Lu semuanya jadi begini, Brengsek! Sudah lama Gua menunggu saat ini, saat untuk menghajar laki-laki pengecut seperti Elu!"Bugh!Lagi sebuah pukulan mendarat di wajahnya."Hidup Gua hancur gara-gara Lu! Tau nggak! Hah?!""Lu emang pantas mendapatkan ini!"Bugh!Lagi-lagi Adrian memukul Rendi membabi buta. Suasana kawasan itu yang kebetulan sepi, tak ada yang mampu melerai. Rendi pasrah jika ia harus mati di tangan Adrian saat ini juga."Sabar Bung! Sabar! Sabar!" Pengendara motor berboncengan dengan temennya yang kebetulan lewat melihat Adrian kalap, itu pun langsung berhenti dan berniat melerai keduanya.Akhirnya mereka bisa dipis
Satu tahun kemudian ...."Adrian, saya nggak mau tahu, sesuai dengan janji kamu, kamu harus berhasil membujuk Dania untuk bercerai dengan suaminya, dan menikah dengan Ilyas!" Bu Helena menatap tajam Adrian. Sore itu Bu Helena tetangga dekat rumahnya mengundangnya ke rumah, untuk membicarakan masalah dua tahun lalu.Dua tahu lalu di saat Adrian terlilit hutang dengan Wahyu sang rentenir, Helena lah yang menawarkan bantuan, meminjamkan uang pada Adrian unyuk menutupi semua hutang itu, tapi bukan tanpa alasan Helena merelakan uang lima puluh juta miliknya untuk Adrian.Helena mau menggelontorkan uang segitu besar dengan harapan Dania mau menjadi menantunya. Sejak dulu, sejak Dania kecil, entah mengapa hati wanita itu begitu sangat menyukai Dania, dirinya yang memiliki tiga anak laki-laki rasanya senang ketika melihat celoteh Dania kecil. Sampai Dania tumbuh dewasa, Dania kini menjelma menjadi gadis yang cantik jelita, tentu membuat Helena makin suka melihat Dania.Rangga dan Riyu kedua
"Assalamualaikum Tante Helena. Apa kabar?" tanya Adrian begitu memasuki rumah Helena. Kali ini ia tak datang sendiri, ia datang bersama Yeni. Perempuan berusia 28 tahun yang bekerja sebagai karyawan sebuah minimarket di dekat proyek tempatnya bekerja.Sehari-hari Adrian bertemu dengan Yeni, gadis dengan wajah khas perempuan sunda, kulitnya putih bersih. Melihat Paras Yeni yang cantik, Adrian jadi berpikir, barangkali Yeni berjodoh dengan Ilyas."Wa'alaikumusalam." Helena menyambut Adrian dan Yeni, mereka duduk bersama di ruang tamu rumah Helena. Sejenak netra Helena menatap Yeni dari ujung rambut hingga ke ujung kaki, membuat Yeni merasa tak nyaman."Tante Helena, perkenalkan ini Yeni." Yeni pun langsung mengangguk tersenyum dan mengulurkan tangan pada Helena mereka berjabat tangan.Yeni dan Adrian memang sudah kenal lama, mereka akrab, dan sering kali Yeni berkata sambil bercanda meminta untuk dikenalkan dengan temannya Adrian mungkin ada yang masih jomblo, mengingat usianya sudah dew
"Apa? Kau memilih menyerah?" Adrian kaget bukan kepalang saat pagi-pagi ia menemui Yeni dan menanyakan tentang bagaimana pertemuannya tadi malam dengan Ilyas.Tapi jawaban Yeni membuatnya kaget, sekaligus lunglai. Itu artinya Helena akan kembali mendesak dirinya agar Dania bercerai dengan suaminya, dan menikah dengan Ilyas.Bukan tanpa alasan Helena begitu kuat memaksa Adrian demi untuk menjadikan Dania menantunya. Ada alasan yang mendasar dalam pikiran wanita paruh baya itu.Walaupun Ilyas sangat arogan, tapi ketika dengan Dania, ia bisa bersikap lembut, sikapnya berbeda, walau masih terlihat kaku dan dingin, tapi Helena bisa melihat tatapan mata Ilyas yang berbeda.Pancaran matanya Ilyas seperti menemukan kembali cahayanya."Kamu yakin? Dia ganteng loh!" Adrian masih tak percaya kalau Yeni mengambil keputusan untuk mundur, tak ingin mengenal lebih jauh seperti apa Ilyas, ya walaupun ganteng, tapi untuk apa jika sikapnya sama sekali tak menghargai perempuan, begitu menurut pemikiran Y
"sudah sore, ayo kita pulang. Sebentar lagi suamimu pulang."Dania mengangguk lalu berdiri mengikuti langkah kaki sang kakak. Tak lupa sebelum sampai rumah Adrian sempatkan untuk mampir ke kedai martabak, makanan kesukaan adiknya."Makasih ya Mas." Adrian mengangguk tersenyum, lalu mengelus rambut adiknya."Mas, mau nggak aku cariin jodoh temanku?" "Nggak usah neko-neko, bagi Mas sekarang kebahagiaan kamu.""Aku mulu, kebahagiaan buat Mas kapan?""Aku akan bahagia ketika melihatmu bahagia, Dek."Dania merasa Adrian kini benar-benar sudah berubah, setelah keluar dari penjara Adrian benar-benar menjelma menjadi kakak yang baik, ternyata kehidupan keras dibalik jeruji besi mampu mengubah kehidupan serta cara pandang seorang Adrian."Mas, sudah pulang? Maaf ya, tadi aku keluar sebentar beli ini sama Mas Adrian," ucap Dania begitu sampai di rumah ternyata sudah ada Faris yang menunggu."Oh, iya nggak apa-apa Sayang." Faris tersenyum lembut menatap istrinya."Aku bikinin kopi dulu ya."Dan
Dua bulan sudah terhitung sejak Adrian mulai datang hampir setiap hari ke rumah Yulia untuk membantu segala sesuatu kebutuhan Anita.Merawat orang lumpuh ternyata tidak semudah yang ia bayangkan. Tanpa rasa sungkan Adrian membantu mengangkat tubuh Anita jika hendak ke kamar mandi. Barulah setelah di bawa ke kamar mandi urusan mandi atau buang air akan di bantu oleh Yulia atau Sumi.Adrian duduk termenung di ruang tamu menunggu Anita yang sedang dimandikan oleh Yulia di dalam.Sebenarnya ia tak masalah membantu sampai sejauh ini, Adrian ikhlas. Hanya saja kalau Anita tetap tak merestui hubungan mereka, apa semua yang sudah ia lakukan ini akan sia-sia belaka?"Kenapa? Kok ngelamun? Kamu capek? Bantu Aku dan Mama?" Adrian terkejut tiba-tiba Yulia ada di sebelahnya."Oh, nggak aku lagi menikmati pemandangan bunga-bunga di halaman aja." Adrian berkilah."Oh. Kalau di rasa sudah tak sanggup membantu, katakan saja, aku nggak apa-apa."Adrian terdiam. Baginya cinta yang sudah terlanjur tumbuh
"Selamat pagi Tante," sapa Adrian hari Minggu pagi ini ia datang ke rumah Yulia. Kini Yulia sedang membawa ibunya yang duduk di kursi roda, bermaksud untuk menjemurnya di bawah sinar matahari pagi. Sebuah rutinitas yang tak pernah terlewatkan setiap pagi, agar tubuhnya Anita lebih segar.Adrian datang dengan membawa buah dan kue red Velvet kesukaan Anita.Anita diam, dari raut wajahnya masih memperlihatkan ketidaksukaannya pada Adrian, meski ia tahu Adrian adalah orang yang menolong nyawanya ketika waktu ia butuh transfusi darah. Anita tetap keras kepala, sekali tak suka maka sampai kapanpun ia tetap tak suka.Adrian tersenyum, ia paham dirinya masih belum diterima oleh Anita."Mulai sekarang Saya akan sering datang untuk menemui Tante. Jadi kalau ada apa-apa yang dibutuhkan, jangan sungkan untuk menghubungi saya, Tante."Anita mendelik mendengar ucapan Adrian."Memangnya kamu siapa?! Nggak! Nggak perlu kamu datang kemari sering-sering! Bikin mata sepet aja!" sentak Anita.Sedangkan Y
Semenjak hari itu Yulia benar-benar sulit ditemui, bahkan di kantornya, Adrian tak dapat menemuinya. Gadis itu benar-benar serius dengan ucapannya, yaitu ingin instrospeksi diri juga berpikir lebih jernih mengenai hubungan mereka ke depan.Jangan tanya bagaimana suasana hati Adrian. Tidak bisa mendengar suara Yulia, tak bisa melihat senyumannya, tentu rasanya sangat menyiksa.Ternyata sesakit diabaikan. Apa kabar dengan hati Yulia yang menunggu selama berbulan-bulan, menyembunyikan perasaannya sampai pada akhirnya Adrian menyambut cinta itu.Adrian tak pernah menyerah, ia kembali mencoba menghubungi Yulia melalui sambungan telepon.Namun tetap sama, tidak diangkat.Hingga lebih dari dua minggu kondisi ini berlalu. Adrian menyerah tak lagi mengubungi gadisnya. Ia sudah pasrah. Jika memang mereka ditakdirkan bersama maka insya Allah nanti mereka akan bersama-sama. Tapi jika memang takdir tak menyatukan mereka maka Adrian akan berusaha ikhlas.Ikhlas adalah titik terdalam sebuah perasaa
Mendadak wajah Adrian pucat, ia terlihat gugup menatap Yulia yang menatapnya tajam."Ehm, Li, aku akan jelasin ke kamu semuanya, dan kamu jangan dulu salah paham, oke." Yulia masih terdiam menunggu penjelasan seperti apa yang akan Adrian katakan.Setelah keduanya sama-sama diam untuk beberapa saat, Adrian meneguk jus alpukat miliknya."Aku khilaf telah bermain api di belakang Anisa," ucap Adrian jujur. Sebenarnya ia tak tahu lagi dari mana ia harus memulai bercerita, kata-kata seperti apa yang harus ia rangkai dan ia katakan pada Yulia.Ia tak ingin Yulia jadi salah tangkap dan jadi membencinya, Adrian tak sanggup jika harus kehilangan Yulia. Baginya Anisa sudah menjadi masa lalu, dan sekarang ia ingin menggapai masa depan bersama gadis manis yang tengah merajuk ini."Khilaf sampai berselingkuh dengan sepupunya istrimu, Yan?!" Yulia menggeleng tak percaya.Adrian tercekat, ia tak mampu membantah karena memang itu faktanya."Aku nggak nyangka kamu ternyata setega itu Yan. Apa kehadiran
"Aku pamit pulang ya Kak, kasihan Mama, pasti sudah menungguku pulang." Jari sudah hampir gelap, Yulia pun pamit untuk pulang.Putri mengantar Yulia hingga ke depan pintu gerbang, saat sebuah taksi mobil yang dipesan Yulia tiba di depan rumah Putri, Yulia langsung naik dan berlalu pulang ke rumahnya.Sepanjang perjalanan, perasaan Yulia gampang, antara tetap melanjutkan atau memilih mundur pada hubungannya dengan Adrian. Sesungguhnya jauh di lubuk hatinya, Yulia sangat mencintai laki-laki itu, sejauh ini, walaupun mamanya menentang keras hubungan mereka, selama ini ia tetap berdiri tegak, teguh pada pendiriannya, yaitu memperjuangkan cinta.Tapi menilik akan kisah masa lalunya Adrian, apakah laki-laki itu benar-benar bisa tulus mencintainya sepanjang hidup mereka? Seperti cintanya pada Adrian.Bagaimana kalau tiba-tiba Adrian mengulangi kesalahan yang pernah ia lakukan pada Anisa? Tentu saja hati Yulia akan hancur.Orang bilang sekali saja laki-laki berselingkuh maka tak menutup kemu
Mendadak raut wajah Putri berubah. Ia merasa kurang nyaman membahas lagi tentang masa lalunya."Ehm maaf Kak, maaf banget. Aku bukan bermaksud untuk mengingatkan Kak Putri tentang masa lalu Kakak, tapi aku sangat butuh informasi tentang Adrian." Yulia berkata dengan sungguh-sungguh.Ia tak ada maksud apapun, ia hanya ingin tahu tentang Adrian. Ia tak ingin salah dalam melangkah.Putri menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Kemudian ia meraih cangkir teh-nya, menyesapnya pelan, berharap ia bisa merasa lebih rileks sebelum memulai bercerita tentang mantan suaminya."Ehm, memangnya Yulia kenal Adrian dimana?" tanyanya yang merasa heran bagaimana bisa sosok Yulia yang terlahir dari keluarga terhormat, tumbuh menjadi gadis cantik, berpendidikan tinggi, dan kini memiliki karir yang bagus di perusahaan tempatnya bekerja, tiba-tiba saja kenal dengan Adrian yang notabenenya hanya laki-laki biasa.Yulia tersenyum kecil."Mas Adrian ... Dia calon suami Yulia Kak," jawabnya.Seketi
"Yulia, boleh Tante ngobrol sebentar?" tanya Maya setelah Adrian pamit pulang."Ada apa Tante?" Yulia mendaratkan bobotnya di sebelah Maya.Maya mengulas senyum lembut pada gadis disebelahnya. Yulia memang cantik, dia juga sangat penurut."Gimana kerjaan kamu? Lancar?" tanya Maya sekedar basa-basi."Alhamdulillah lancar Tante." Yulia menatap lekat wajah Maya, ia seakan bisa membaca gurat ekspresi tantenya yang terlihat sepertinya ada yang ingin beliau sampaikan."Ada apa Tante? Ada yang ingin Tante katakan sama Yulia?" tanya Yulia langsung pada intinya. Maya pun kembali mengulas senyum."Iya ada sedikit yang ingin Tante tanyakan." Yulia menegakkan tubuhnya seakan ia telah siap untuk mendengarkan apa yang hendak Maya tanyakan."Kamu serius sama laki-laki itu? Siapa itu tadi namanya, ehm ....""Adrian Tante.""Ah ya, Adrian. Apa kamu benar-benar serius dengan hubungan kalian?" "Iya Tante. Yulia sama dia sih serius, tapi masalahnya ada sama Mama, Mama nggak merestui hubungan kami, padaha
Semenjak hari itu Anita lebih banyak diam, tak lagi membahas tentang perjodohan pada Yulia.Sampai pada hari ini rumah Anita kedatangan sepupunya, yang tak lain adalah Maya–ibunya Raffi.Beberapa kali Maya datang ke rumah, dan dua kali menjenguk di rumah sakit. Melihat kondisi sepupunya yang kini terbaring di tempat tidur membuat Maya sedih, karena biasanya saat ada acara kumpul keluarga, Anita selalu menyempatkan diri untuk hadir di tengah-tengah mereka. Tapi kini semenjak ia mengalami kecelakaan, Anita seakan tersisih dari keluarga besarnya."Gimana keadaan kamu sekarang Mbak?" tanya Maya. Ia datang sendiri dengan di temani supir."Ya beginilah May, tak ada perubahan apapun, aku cuma wanita tua yang lumpuh, dan merepotkan," ketus Anita.Maya yang memang sudah sangat mengerti karakter Anita pun biasa saja."Sabar Mbak, namanya juga ujian. Alhamdulillah Yulia gadis yang baik, aku lihat dia merawatmu dengan baik."Anita hanya menghela napas. Putrinya memang gadis yang baik, cantik, ta
"Makan dulu Ma." Yulia menyuapi bubur untuk Anita. Namun Anita masih diam tak bergeming."Ma, makanlah sedikit," pinta Yulia lagi, pasalnya semenjak sadar dari komanya mamanya lebih banyak diam, tak mau makan.Akibat kecelakaan yang menimpanya dan masalah pada saraf otaknya, menyebabkan kedua kaki Anita tak bisa digerakkan. Lumpuh.Segala sesuatunya harus di bantu. Yulia jadi sering ijin tak masuk kantor, untungnya pihak kantor berbaik hati memberikan dispensasi karena selama mengabdi pada perusahaan kinerja Yulia bagus."Kamu nggak masuk kerja lagi?" tanya Anita.Beruntung meski kakinya lumpuh, dalam berbicara Anita masih lancar, tak ada masalah."Nggak usah pikirkan tentang kerjaanku Ma, yang penting sekarang Mama harus makan biar cepat sembuh," sahut Yulia."Assalamualaikum, selamat pagi." Tiba-tiba pintu ruang rawat Anita terbuka, menampakkan sosok Adrian.Melihat kehadiran Adrian, Anita langsung membuang muka."Ini aku bawakan buah-buahan dan brownies untuk Tante Anita." Adrian m