Semua Bab Bangkit Dari Putus Asa: Bab 11 - Bab 20

48 Bab

11. Petunjuk Awal

Cedric berlari ke arah rumahnya sambil diikuti bocah pelayan di belakangnya. Sesaat dia menoleh kebelakang sambil melirik Jaden. Tiba-tiba Cedric berhenti dan terlihat memberi perintah pada si bocah. Cedric lalu melanjutkan perjalanan nya, sedangkan si bocah berlari kembali ke arah Jaden. "Paman, jendral memanggilmu. Engkau disuruh mengikutinya ke rumah," teriak anak itu. "Secepatnya paman," Bocah itu menarik tangan Jaden agar segera beranjak dari tempat itu."Tunggu, jalan mana yang harus kuambil?" tanya Jaden."Ikuti saja jalan ini, arah jembatan, rumah yang halamannya penuh dengan samsak. Aku harus ke pasar. Jendral menyuruhku membeli sesuatu," Bocah itu segera berlari menuju pasar. *Siang ini pasar tidak terlalu ramai. Tidak banyak yang melakukan duel tawar menawar harga yang mempertaruhkan keuntungan. Bocah pelayan itu berjalan santai sambil melihat-lihat sekitar. Seorang pria tua melemparkan sebutir apel, dengan sigap ditangkapnya apel itu sambil tertawa senang.Semua orang
Baca selengkapnya

12. Adu Tajam

"Botak apakah kau tidak tau, bahwa berapapun kantor perdagangan itu bisa menjual, kau akan tetap dibayar dengan harga kesepakatan awalmu," cibir Speed. "Mengapa kau ribut, hanya untuk masalah sepele seperti itu.""Mereka itu penipu. Kalau aku tau mereka bisa menjual dengan harga dua belas keping perak, tak akan mau aku menerima hanya sembilan keping perak. Mendapat tiga keping hanya duduk diam? Pekerjaan macam apa itu?" Glover tetap bersikeras bahwa dia tak bersalah.Speed hanya bisa menghela nafas, mendengar argumen Glover. Di kota lain, serikat perdagangan seperti itu bisa menaikkan harga sampai lima atau tujuh keping. Dan terkadang masih ada pemotongan sepihak dan semena-mena untuk pemilik barang dagangan. "Sebaiknya, kamu banyak mengambil tugas atau misi ke luar kota". Speed menghela nafasnya lagi. "Ajax, anjing itu menemukan sesuatu. Bekas jubah yang bernoda darah.""Apakah jubah milik tuan?" Glover nampak khawatir."Belum bisa dipastikan. Jubahnya sudah hancur terkoyak dan ters
Baca selengkapnya

13. Adu Cepat

"Botak! Malam ini carilah makanan yang enak. Esok kau akan kami gantung!" Tom berteriak untuk mengejutkan Glover yang tampak sedang memeriksa kondisi Hector. "Bocah tengil! Siapa yang akan kau gantung? Kau kira aku takut dengan anjing dan kawan-kawan pelayanmu ini?" balasnya tanpa takut.Glover meludah, dan memandang hina ketiga orang didepannya. Dia mengira bocah ini mendatanginya karena masalah di pasar tadi. "Kemarikan kekurangan pembayaran kalian, dan pergilah dari sini! Kami tak ada urusan dengan kalian," tagih Glover."Aku inilah sebenarnya yang dikenal sebagai Stonehead sang penghancur!" Glover menggertak ketiga orang itu. Meskipun sama botaknya, Stonehead yang dikenal Cedric, tentunya bukan orang yang berdiri didepannya. Sepertinya si botak menggunakan nama itu untuk menaikkan reputasinya sendiri. Cedric merasa harus memberi pelajaran kepada orang ini. Cedric dan Jaden yang sedang tidak memakai pakaian dinas militernya, nampak lusuh setelah berlarian mengikuti cerby yang me
Baca selengkapnya

14. Adu Mulut

"Itu melanggar peraturan!" seru seseorang."Duagh!" seorang knight tua menggebrak meja. "Omong kosong! Siapa yang buat aturannya? Mengapa aku tak diundang waktu mereka buat peraturan?""Dia pantas mendapatkannya, memang seperti itulah seharusnya!" Orang yang lain menimpali. "Brak!" seorang kapten mencoba kemampuannya pada meja. "Peraturan itu hanya untuk yang hidup, orang mati tak perlu peraturan.""Cara yang tidak ksatria," ujar seseorang dengan nada tinggi. "Bugh!" suara kepalan tangan seorang komandan batalyon."Tidak seharusnya begitu," sela seseorang cepat."Brak! Crack! Krieeet … gedubrak!" Sir Milan menggebrak meja, dan meja tak bersalah itu pun hancur berantakan."Tenang! Semuanya tenang!" Sir Milan tak bisa menahan dirinya lagi. Komandan batalion dan kapten peleton dari seluruh kesatuan berkumpul dan menuntut pengadilan militer untuk kejahatan Jovan. Mereka sangat murka karena tindakan cabul Jovan, telah mencoreng nama baik dan kehormatan kesatuan. Prajurit yang diajarkan u
Baca selengkapnya

15. Pertukaran

"Buruk sekali kondisi orang ini, cepat bawa masuk ke kamar," Orang tua yang sepertinya tabib itu bergegas memberi perintah pada ketiga orang itu untuk membantunya selagi dia menyiapkan berbagai ramuan. "Berikan ini untuk meredakan nyeri di kelopak matanya," Tabib itu memberikan kain dan sebaskom air hangat. "Aku kenal orang ini, petugas juru arsip di balaikota. Siapa yang tega melakukan hal sekejam ini?" tanya tabib itu lirih."Bangunkan dia dan pegang tubuhnya, aku sepertinya kehabisan kain pembalut. Tadi malam tahanan itu dibawa kemari, dan aku merawat tubuhnya yang penuh luka," Ketiga orang itu langsung saling berpandangan. Mereka tau, tabib ini bisa menyelesaikan permasalahan mereka. "Kasihan orang ini, dipukuli tanpa pernah tau apa kesalahannya," Archer mencoba membuka percakapan. "Oh, ya? kenapa bisa begitu?" Tabib langsung menyambar umpan dari Archer. Tanpa ragu, diceritakan semua kejadian yang dilihatnya. Sesekali Grunt menambahi cerita untuk meramaikan pembicaraan. Sedangk
Baca selengkapnya

16. Dingin dan Hambar

"Seperti apa pesanannya?" Seseorang bertanya sambil mengasah sebilah belati."Dingin dan hambar, tanpa bumbu apapun," balas kapten yang menjadi koordinator lapangan untuk malam nanti. "Mati dalam damai, seperti dambaan setiap orang. Tidak ada bekas dan jejak, hanya tidur dan tak bangun lagi. Kau bisa melakukannya?""Lho.. bukankah kesatuan meminta kematian tanpa kubur? Kami sudah merencanakan berbagai cara penyiksaan untuk jahanam itu," kata eksekutor itu, sambil menyelipkan belati itu di sepatu."Rencana berubah, Sir Milan tak bisa membersihkan piring yang kotor nanti malam," Koordinator lapangan yang memakai kode nama 'chef' itu memberikan sebuah kantung kulit kecil. "Gunakan ini, beruang meraung di sebelahnya pun dia tak akan bangun. Persiapkan segalanya dengan baik". Koordinator itu pun pergi untuk memantau segala persiapan yang lain."Ck … dingin dan hambar … padahal malam ini kami ingin makan sesuatu yang panas dan menggugah selera," Disimpannya kantong itu baik-baik di dalam ju
Baca selengkapnya

17. Tempat Terkutuk

Cedric bergegas memacu kudanya ke arah desa Red Smithy. Tom menunggangi keledai yang menarik gerobak dengan penumpang Glover, cerby dan ajax. Sepanjang perjalanan Glover nampak sangat menderita, duduk meringkuk bersama dua ekor anjing yang nampak sangat tidak bersahabat. Terutama cerby, anjing jantan itu terlihat sangat tidak menginginkan kehadiran orang ketiga di gerobak yang penuh cinta itu. "Hei ... kawan kecil. Bisakah kita bertukar tempat?" Glover berkata dengan lirih dan nada putus asa. Tom tidak memperhatikannya sama sekali. Dia teringat terus akan adegan perkelahian belati yang menggetarkan hatinya. Untuk pertama kali dalam hidupnya dia melihat dengan mata kepala sendiri adegan yang tak ingin dialaminya di masa depan.Teringat jelas detik-detik terakhir, Cedric melepaskan belatinya. Seketika Tom hanya bisa berlinang air mata, dan Jaden hanya bisa membeku tanpa bisa bergerak. Secepat kilat Jaeger mengarahkan belatinya ke leher Cedric. Tanpa rasa ragu, Cedric maju, menangkap t
Baca selengkapnya

18. Demi hidup masing-masing part 1

"Ayah … mengapa kita tidak mencari tabib?" Gadis itu mulai menangis tersedu dan memegang tangan ayahnya itu. "Paman pemilik bar bilang luka ayah sangat parah. Kita punya keping emas.. ayo kita mencari tabib Ayah.""Liz … maafkan ayahmu ini … uhuk, nanti … uhuk, prajurit muda carilah," Dengan sisa-sisa tenaganya, pria sekarat itu menunjuk sebuah kotak diatas lemari. "Ayah … bertahanlah, aku panggil paman," isak anak gadisnya. "Tidak … tidak, Liz … uhuk, dengar ibumu masih … ah … hidup di Solandia," rintih pendongeng itu dengan tersengal-sengal.Nafas pria itu sudah tidak panjang lagi. Pandangan matanya sudah sangat kabur. Bayangan ingatan masa lalu, kenangan indah, trauma, pencapaian, keluarga, penderitaannya semuanya datang silih berganti. "Hah..hah..hah.. surat … beri pada … prajurit ituh," pesannya pada anak gadisnya."Sudah Ayah … sudah," Tangis gadis itu semakin menjadi-jadi melihat kondisi ayahnya yang sedang sakaratul maut. Dipeluknya ayahnya, tak ingin gadis itu melepaskan
Baca selengkapnya

19. Demi hidup masing-masing part 2

"Duraaaant! Lawan aku bedebah! Hector! Aku pasti balas dendam!" pekik Jaden murka."Klang!" suara jeruji besi dipukul."Tutup mulutmu brengsek! Tak bisakah kau mati saja dengan diam," Seorang prajurit yang muak mendengar ratapan, tangisan dan teriakan Jovan, akhirnya mengambil sebuah tindakan untuk mengakhiri gangguan suara itu. "Kau terlalu cerewet untuk orang yang akan mati.""Aku tidak akan mati! Aku akan hidup dan menyeret penjahat sebenarnya. Aku tak bersalah! Aku ingin hidup!" Jovan berteriak dan menangis putus asa. Prajurit itu masuk kedalam sel Jovan dan memberinya sebuah pukulan yang menenangkan. "Ah … Kau terlalu banyak minum minuman ini rupanya."Prajurit itu tersenyum tamak dan mengambil minuman golden key, yang ditinggalkan Cedric. "Lho … masih utuh. Ini minuman mahal. Sebuah pemborosan memberikan ini padamu, lebih baik ini buat kami. Ha..ha..ha.. anggaplah ini perbuatan baikmu yang terakhir," ejek prajurit itu."Ambil … ambil semuanya, aku hanya ingin hidup!" Jovan ber
Baca selengkapnya

20. Kau pergi, aku pergi part 1

Viscount Gerald terguncang jiwanya ketika melihat kekacauan di balai kota. Prajuritnya banyak yang tak sadarkan diri dan cedera. Perabotan berjatuhan, pecahan kaca berhamburan dan kertas-kertas dokumen berserakan, bercampur dengan segala macam barang. "Siapa yang melakukan kekacauan ini?"Didekat sebuah vas bunga, tak sengaja dia melihat selembar kertas yang sangat dikenalnya. Tangannya bergetar ketika membaca kertas dengan cap segel gubernur provinsi. "Duke Robert Callahan ternyata belum menandatangani surat rekomendasi kepindahanku ke provinsi. Bila dia mendengar tentang kejadian disini, maka akan semakin berkurang penilaiannya padaku," Disimpannya surat itu di balik jaketnya. Viscount Gerald berjalan hilir mudik, menunggu bawahannya ada yang bisa memberi keterangan yang memuaskan. Dia segera berlari keluar ketika melihat dua orang nampak berdebat diluar halaman balaikota.Letnan yang memakai kode nama chef itu tampak murka dan membanting sebuah gulungan kertas. "Apa maksudmu deng
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status