Share

12. Adu Tajam

Penulis: Nicko Wibowo
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-17 10:48:04

"Botak apakah kau tidak tau, bahwa berapapun kantor perdagangan itu bisa menjual, kau akan tetap dibayar dengan harga kesepakatan awalmu," cibir Speed. "Mengapa kau ribut, hanya untuk masalah sepele seperti itu."

"Mereka itu penipu. Kalau aku tau mereka bisa menjual dengan harga dua belas keping perak, tak akan mau aku menerima hanya sembilan keping perak. Mendapat tiga keping hanya duduk diam? Pekerjaan macam apa itu?" Glover tetap bersikeras bahwa dia tak bersalah.

Speed hanya bisa menghela nafas, mendengar argumen Glover. Di kota lain, serikat perdagangan seperti itu bisa menaikkan harga sampai lima atau tujuh keping. Dan terkadang masih ada pemotongan sepihak dan semena-mena untuk pemilik barang dagangan. "Sebaiknya, kamu banyak mengambil tugas atau misi ke luar kota". Speed menghela nafasnya lagi. "Ajax, anjing itu menemukan sesuatu. Bekas jubah yang bernoda darah."

"Apakah jubah milik tuan?" Glover nampak khawatir.

"Belum bisa dipastikan. Jubahnya sudah hancur terkoyak dan ters
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Bangkit Dari Putus Asa   13. Adu Cepat

    "Botak! Malam ini carilah makanan yang enak. Esok kau akan kami gantung!" Tom berteriak untuk mengejutkan Glover yang tampak sedang memeriksa kondisi Hector. "Bocah tengil! Siapa yang akan kau gantung? Kau kira aku takut dengan anjing dan kawan-kawan pelayanmu ini?" balasnya tanpa takut.Glover meludah, dan memandang hina ketiga orang didepannya. Dia mengira bocah ini mendatanginya karena masalah di pasar tadi. "Kemarikan kekurangan pembayaran kalian, dan pergilah dari sini! Kami tak ada urusan dengan kalian," tagih Glover."Aku inilah sebenarnya yang dikenal sebagai Stonehead sang penghancur!" Glover menggertak ketiga orang itu. Meskipun sama botaknya, Stonehead yang dikenal Cedric, tentunya bukan orang yang berdiri didepannya. Sepertinya si botak menggunakan nama itu untuk menaikkan reputasinya sendiri. Cedric merasa harus memberi pelajaran kepada orang ini. Cedric dan Jaden yang sedang tidak memakai pakaian dinas militernya, nampak lusuh setelah berlarian mengikuti cerby yang me

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-17
  • Bangkit Dari Putus Asa   14. Adu Mulut

    "Itu melanggar peraturan!" seru seseorang."Duagh!" seorang knight tua menggebrak meja. "Omong kosong! Siapa yang buat aturannya? Mengapa aku tak diundang waktu mereka buat peraturan?""Dia pantas mendapatkannya, memang seperti itulah seharusnya!" Orang yang lain menimpali. "Brak!" seorang kapten mencoba kemampuannya pada meja. "Peraturan itu hanya untuk yang hidup, orang mati tak perlu peraturan.""Cara yang tidak ksatria," ujar seseorang dengan nada tinggi. "Bugh!" suara kepalan tangan seorang komandan batalyon."Tidak seharusnya begitu," sela seseorang cepat."Brak! Crack! Krieeet … gedubrak!" Sir Milan menggebrak meja, dan meja tak bersalah itu pun hancur berantakan."Tenang! Semuanya tenang!" Sir Milan tak bisa menahan dirinya lagi. Komandan batalion dan kapten peleton dari seluruh kesatuan berkumpul dan menuntut pengadilan militer untuk kejahatan Jovan. Mereka sangat murka karena tindakan cabul Jovan, telah mencoreng nama baik dan kehormatan kesatuan. Prajurit yang diajarkan u

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-22
  • Bangkit Dari Putus Asa   15. Pertukaran

    "Buruk sekali kondisi orang ini, cepat bawa masuk ke kamar," Orang tua yang sepertinya tabib itu bergegas memberi perintah pada ketiga orang itu untuk membantunya selagi dia menyiapkan berbagai ramuan. "Berikan ini untuk meredakan nyeri di kelopak matanya," Tabib itu memberikan kain dan sebaskom air hangat. "Aku kenal orang ini, petugas juru arsip di balaikota. Siapa yang tega melakukan hal sekejam ini?" tanya tabib itu lirih."Bangunkan dia dan pegang tubuhnya, aku sepertinya kehabisan kain pembalut. Tadi malam tahanan itu dibawa kemari, dan aku merawat tubuhnya yang penuh luka," Ketiga orang itu langsung saling berpandangan. Mereka tau, tabib ini bisa menyelesaikan permasalahan mereka. "Kasihan orang ini, dipukuli tanpa pernah tau apa kesalahannya," Archer mencoba membuka percakapan. "Oh, ya? kenapa bisa begitu?" Tabib langsung menyambar umpan dari Archer. Tanpa ragu, diceritakan semua kejadian yang dilihatnya. Sesekali Grunt menambahi cerita untuk meramaikan pembicaraan. Sedangk

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-22
  • Bangkit Dari Putus Asa   16. Dingin dan Hambar

    "Seperti apa pesanannya?" Seseorang bertanya sambil mengasah sebilah belati."Dingin dan hambar, tanpa bumbu apapun," balas kapten yang menjadi koordinator lapangan untuk malam nanti. "Mati dalam damai, seperti dambaan setiap orang. Tidak ada bekas dan jejak, hanya tidur dan tak bangun lagi. Kau bisa melakukannya?""Lho.. bukankah kesatuan meminta kematian tanpa kubur? Kami sudah merencanakan berbagai cara penyiksaan untuk jahanam itu," kata eksekutor itu, sambil menyelipkan belati itu di sepatu."Rencana berubah, Sir Milan tak bisa membersihkan piring yang kotor nanti malam," Koordinator lapangan yang memakai kode nama 'chef' itu memberikan sebuah kantung kulit kecil. "Gunakan ini, beruang meraung di sebelahnya pun dia tak akan bangun. Persiapkan segalanya dengan baik". Koordinator itu pun pergi untuk memantau segala persiapan yang lain."Ck … dingin dan hambar … padahal malam ini kami ingin makan sesuatu yang panas dan menggugah selera," Disimpannya kantong itu baik-baik di dalam ju

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-23
  • Bangkit Dari Putus Asa   17. Tempat Terkutuk

    Cedric bergegas memacu kudanya ke arah desa Red Smithy. Tom menunggangi keledai yang menarik gerobak dengan penumpang Glover, cerby dan ajax. Sepanjang perjalanan Glover nampak sangat menderita, duduk meringkuk bersama dua ekor anjing yang nampak sangat tidak bersahabat. Terutama cerby, anjing jantan itu terlihat sangat tidak menginginkan kehadiran orang ketiga di gerobak yang penuh cinta itu. "Hei ... kawan kecil. Bisakah kita bertukar tempat?" Glover berkata dengan lirih dan nada putus asa. Tom tidak memperhatikannya sama sekali. Dia teringat terus akan adegan perkelahian belati yang menggetarkan hatinya. Untuk pertama kali dalam hidupnya dia melihat dengan mata kepala sendiri adegan yang tak ingin dialaminya di masa depan.Teringat jelas detik-detik terakhir, Cedric melepaskan belatinya. Seketika Tom hanya bisa berlinang air mata, dan Jaden hanya bisa membeku tanpa bisa bergerak. Secepat kilat Jaeger mengarahkan belatinya ke leher Cedric. Tanpa rasa ragu, Cedric maju, menangkap t

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-23
  • Bangkit Dari Putus Asa   18. Demi hidup masing-masing part 1

    "Ayah … mengapa kita tidak mencari tabib?" Gadis itu mulai menangis tersedu dan memegang tangan ayahnya itu. "Paman pemilik bar bilang luka ayah sangat parah. Kita punya keping emas.. ayo kita mencari tabib Ayah.""Liz … maafkan ayahmu ini … uhuk, nanti … uhuk, prajurit muda carilah," Dengan sisa-sisa tenaganya, pria sekarat itu menunjuk sebuah kotak diatas lemari. "Ayah … bertahanlah, aku panggil paman," isak anak gadisnya. "Tidak … tidak, Liz … uhuk, dengar ibumu masih … ah … hidup di Solandia," rintih pendongeng itu dengan tersengal-sengal.Nafas pria itu sudah tidak panjang lagi. Pandangan matanya sudah sangat kabur. Bayangan ingatan masa lalu, kenangan indah, trauma, pencapaian, keluarga, penderitaannya semuanya datang silih berganti. "Hah..hah..hah.. surat … beri pada … prajurit ituh," pesannya pada anak gadisnya."Sudah Ayah … sudah," Tangis gadis itu semakin menjadi-jadi melihat kondisi ayahnya yang sedang sakaratul maut. Dipeluknya ayahnya, tak ingin gadis itu melepaskan

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-23
  • Bangkit Dari Putus Asa   19. Demi hidup masing-masing part 2

    "Duraaaant! Lawan aku bedebah! Hector! Aku pasti balas dendam!" pekik Jaden murka."Klang!" suara jeruji besi dipukul."Tutup mulutmu brengsek! Tak bisakah kau mati saja dengan diam," Seorang prajurit yang muak mendengar ratapan, tangisan dan teriakan Jovan, akhirnya mengambil sebuah tindakan untuk mengakhiri gangguan suara itu. "Kau terlalu cerewet untuk orang yang akan mati.""Aku tidak akan mati! Aku akan hidup dan menyeret penjahat sebenarnya. Aku tak bersalah! Aku ingin hidup!" Jovan berteriak dan menangis putus asa. Prajurit itu masuk kedalam sel Jovan dan memberinya sebuah pukulan yang menenangkan. "Ah … Kau terlalu banyak minum minuman ini rupanya."Prajurit itu tersenyum tamak dan mengambil minuman golden key, yang ditinggalkan Cedric. "Lho … masih utuh. Ini minuman mahal. Sebuah pemborosan memberikan ini padamu, lebih baik ini buat kami. Ha..ha..ha.. anggaplah ini perbuatan baikmu yang terakhir," ejek prajurit itu."Ambil … ambil semuanya, aku hanya ingin hidup!" Jovan ber

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-23
  • Bangkit Dari Putus Asa   20. Kau pergi, aku pergi part 1

    Viscount Gerald terguncang jiwanya ketika melihat kekacauan di balai kota. Prajuritnya banyak yang tak sadarkan diri dan cedera. Perabotan berjatuhan, pecahan kaca berhamburan dan kertas-kertas dokumen berserakan, bercampur dengan segala macam barang. "Siapa yang melakukan kekacauan ini?"Didekat sebuah vas bunga, tak sengaja dia melihat selembar kertas yang sangat dikenalnya. Tangannya bergetar ketika membaca kertas dengan cap segel gubernur provinsi. "Duke Robert Callahan ternyata belum menandatangani surat rekomendasi kepindahanku ke provinsi. Bila dia mendengar tentang kejadian disini, maka akan semakin berkurang penilaiannya padaku," Disimpannya surat itu di balik jaketnya. Viscount Gerald berjalan hilir mudik, menunggu bawahannya ada yang bisa memberi keterangan yang memuaskan. Dia segera berlari keluar ketika melihat dua orang nampak berdebat diluar halaman balaikota.Letnan yang memakai kode nama chef itu tampak murka dan membanting sebuah gulungan kertas. "Apa maksudmu deng

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-23

Bab terbaru

  • Bangkit Dari Putus Asa   48. Di Ujung Tanduk part 1

    "Dugh! Bangun! Kemana perginya kawanmu itu?" Seorang pria menendang Stab dan menginterogasi orang yang baru saja tak sadarkan diri.Sekelompok tawanan yang tadinya merasa gagah, menjadi sedikit ciut nyalinya. Tanpa seorangpun yang menyadari, Romeo telah berhasil meloloskan diri. Hilang lenyap bersama tali yang mengikat dirinya."Apa kalian lalai menggeledah bandit itu? Jangan-jangan dia menyembunyikan pisau di badannya" gerutu pria yang mengangkat dirinya sendiri sebagai pemimpin perlawanan itu. Stab terbangun akibat rasa sakit dari tendangan keras di rusuknya. Wajah-wajah asing yang tak pernah diingatnya sama sekali, sedang mengerumuninya. Stab adalah penjahat sejati berdarah dingin, dia tidak pernah mengingat wajah para korban yang terlihat sama di matanya.Wajah seperti domba, yang biasanya memohon untuk kehidupannya itu nampak berbeda kali ini. Ada sorot amarah dan harapan di wajah yang tidak lagi merana itu. Harapan untuk memutus sebuah mata rantai kekejaman dan kejahatan."Gel

  • Bangkit Dari Putus Asa   47. Menuju ujung tanduk part 2

    "Bandit?" Mata Jenderal Cedric menunjukkan gairah yang lama terpendam."Tunggu sebentar! Aku ikut, sudah lama aku mendengar insiden di Desa Mapple. Urusan warga kota biarlah diatur oleh Sir Milan dan Hector, sebentar lagi juru arsip yang terluka itu pulih dan bisa membantu mereka," seloroh Jendral yang sedang bosan itu."Sir Milan berpesan agar anda tetap di markas," tutur Jaden dengan nada segan. "Duke Robert hendak bertemu secara pribadi. Ada hal penting yang hendak disampaikan beliau," tegasnya."Aish … kirim utusan pada Duke Robert, katakan aku akan mengunjunginya segera. Menjaga keamanan wilayah itu lebih penting," sergah Jenderal Cedric."Ini bukan masalah besar Jenderal," cegah Jaden, yang lebih takut dengan amarah Sir Milan. "Kami hanya membantu regu yang bertugas, untuk menutup jalan keluar dari Desa Mapple, agar seluruh bandit dapat tertangkap. Regu yang dipimpin Sir Aiden sangat yakin bisa mengatasi bandit-bandit itu," bebernya."Hm … Sir Aiden sampai turun tangan sendiri y

  • Bangkit Dari Putus Asa   46. Menuju Ujung Tanduk part 1

    "Rom! Kabar buruk, hosh … hosh … berikan aku minum," pinta Stab yang nampak habis berlari sekuat tenaga."Ada apa? Apa rencana kita gagal? Apakah rombongan ketua tertangkap?" buru Romeo tak sabaran.Stab menghabiskan air dalam kantung itu. Nafasnya belum pulih sepenuhnya. "Parah … lebih parah lagi," semburnya menambah kekhawatiran Romeo."Apa yang bisa lebih parah dari tertangkap?" cebik Romeo."Kabur! Ketua dan rombongannya tidak membuat kerusuhan seperti rencana awal. Dia melanjutkan perjalanan dan meninggalkan desa menuju perbatasan!" pekik Stab. "Kita ditinggalkan di hutan ini, aku yakin dia menggunakan kita untuk mengalihkan perhatian.""Apa kau yakin?" lirih Romeo."Aku melihat sendiri! Seperti biasa aku memilih posisi paling aman, jadi aku memilih rombongan ke dua setelah rombongan ketua melumpuhkan penjaga," urai Stab. "Ternyata hanya lima orang yang bersedia menjadi rombongan pertama untuk membuka jalan.""Hm … hanya lima orang? Tanpa kehadiran ogre itu sama saja misi mengant

  • Bangkit Dari Putus Asa   45. Tersudutkan

    "Wow … benar-benar sembuh," puji Coman. "Jangan-jangan kau ini benar-benar ogre.""Hahaha … mana ada ogre yang berniat berhutang duapuluh keping uang emas dengan ganti sebuah pedang," balas Jack. "Biaya melintas sampai Gothlandia itu memakan lebih dari lima keping. Kecuali kau melewati daerah kaum barbar, bebas biaya masuk.""Kau benar-benar hebat kawan," puji Coman sambil mengganti kain perban di lengan kiri Argon. "Kau bertahan hidup hanya demi menyampaikan kabar mengenai rekan-rekanmu yang gugur di pertempuran sepuluh tahun yang lalu."Jack tersenyum dan mengembalikan pedang besar itu pada Argon. "Maaf, kami membaca surat dan daftar nama itu tanpa seijinmu."Argon membalas dengan senyuman pedih di hatinya. Betapa dia mengutuk ketidak mampuannya sendiri. Usaha sederhana untuk mengakhiri kehidupannya yang hitam dan kelam itupun gagal, di tangan ksatria yang diharap bisa menolongnya."Maafkan aku juga bila meminta kalian melakukan hal yang di luar kemampuan," balas Argon. "Mencari sem

  • Bangkit Dari Putus Asa   44. Surat

    "Tak bisa dibiarkan! Keluarga Durandal itu sejak dulu selalu kurang ajar," geram seorang bangsawan tua sambil merobek sepucuk surat."Pelayan! Panggil cucuku kemari, ada yang hendak kubicarakan," perintahnya tegas. "Berani-beraninya si tua bangka itu mencoba mencari jodoh untuk cucuku," gerutu Sir Duval.Si pelayan segera berlari tergopoh-gopoh menuju ruang berlatih. Ruangan itu sedang ramai para prajurit dan ksatria yang sedang mengelilingi dan menyoraki sebuah duel yang sedang berlangsung. Tak ada satupun yang mempedulikan omongan pelayan yang sedang mencari cucu Sir Duval.Susah payah pelayan bertubuh kecil itu menerobos kerumunan. Seketika lututnya lemas melihat orang yang sedang berduel. Tuan muda Aaron sang cucu Sir Duval sedang mempertaruhkan nyawa melawan seorang royal knight dari istana."Trang! Trang! Trang!" suara tiga kali pukulan penuh tenaga ksatria itu ditangkis Aaron.Ksatria itu tampak santai dan meremehkan. Sekilas dia melirik ke arah penonton. Seorang pemuda berpaka

  • Bangkit Dari Putus Asa   43. Mewujudkan Mimpi

    "Brengsek! Mengapa tak ada yang membangunkan aku!" raung Romeo. "Hampir tengah hari, mana ketua?" tanyanya lagi dengan nada khawatir. Baru kali ini dia merasa menyesal meninggalkan kesempatan untuk melihat sapaan mentari terbit. "Hahaha … tenang, aku juga bangun kesiangan. Ketua sudah pergi bersama Bernie untuk mengintai," jawab Stab. "Ketua agak cemas karena kita sudah tidak memiliki senjata pemusnah lagi. Lagipula … tak ada seorangpun yang berani mengganggu tidurmu. Hehehehe."Dengan malas Romeo bangun dan berjalan pelan untuk membasuh muka. Kepalanya masih berdenyut, akibat efek minuman semalam. Kesadarannya masih belum pulih sepenuhnya, namun dia cukup sadar untuk menyadari kegiatan rekan-rekannya."Mengapa kalian sudah membongkar tenda-tenda itu?" tanya Romeo pada seorang bandit."Kita akan pulang, misi selesai," jawab bandit itu sambil mengikat erat kain tenda."Kita akan menyamar menjadi pedagang, mengelabui penjaga dan membuat kerusuhan begitu masuk desa itu," sela Stab. "Se

  • Bangkit Dari Putus Asa   42. Seleksi Ketua

    "Rom! Bagaimana ogre bisa hilang?" tanya seorang pria dengan wajah penuh bekas luka. Tatapan sadis dari matanya, cukup untuk menghilangkan keberanian seorang Romeo."Pe- Penyihir darah. Kami bertemu sekumpulan orang tiga hari yang lalu. Kami kira akan mendapatkan domba gemuk untuk tambahan kiriman akhir bulan ini," jawab Romeo takut-takut. "Ternyata seorang dari mereka adalah penyihir.""Kau … dasar gila. Rencana kita akan terganggu bila tak ada ogre," umpat orang yang ternyata seorang pemimpin kawanan bandit. "Kau sudah pakai peluitnya?" tanyanya lagi dengan khawatir."Su- sudah kapten. Berkali-kali kutiup peluit itu. Kami tunggu di tempat persembunyian sementara selama semalaman, ogre itu tidak pernah muncul," jelas Romeo menguraikan tindakannya yang sudah sesuai prosedur.Gregor termenung mendengar penjelasan itu. Kapten kawanan bandit itu sudah bisa menyimpulkan sesuatu. Kisah ogre yang meneror Desa Mapple telah tamat."Kami salah memilih korban untuk kali ini. Beruntung kami berd

  • Bangkit Dari Putus Asa   41. Petani Menjengkelkan part 2

    "Wah … mengapa semuanya berkumpul di tempat ini?" sela Hogan memotong diskusi antar petani yang sedang berlangsung."Maafkan saya yang belum memperkenalkan diri. Saya Hogan, juru bicara perwakilan petani yang gelisah dan ingin memperjuangkan haknya," urai Hogan tanpa ada yang bertanya. Semua yang ada menoleh heran pada asal suara sumbang itu. Terutama para petani yang merasa tidak mengenal juru bicaranya sendiri itu."Ah, tidak sopan rasanya bila saya tidak mengikuti pembicaraan tentang nasib para petani yang sedang diperjuangkan ini," lanjutnya lagi. Sir Conrad merasa ada hal yang kurang beres dengan orang ini. Pengalaman mengajarkan untuk waspada dengan tipe sepertinya. "Oh ya, silahkan duduk bergabung bersama kami," ujar Sir Conrad datar.Fastleg yang juga menyadari ketidakberesan Hogan langsung mengambil inisiatif melanjutkan diskusi. "Bawang putih juga naik drastis harganya. Kalian harus tau penyebab kenaikan harga yang tiba-tiba itu," ujarnya."Apa benar ini ada hubungannya de

  • Bangkit Dari Putus Asa   40. Petani Menjengkelkan part 1

    "Duagh! Menjengkelkan sekali petani-petani itu. Mereka masih saja keras kepala menolak permintaan kita," keluh seorang pria bangsawan, sambil mengelus tangannya yang sakit karena menghantam meja."Sabar Baron, sebentar lagi musim dingin tiba. Kereta kita masih berjalan sesuai jalurnya," ucap pria gemuk pendek yang duduk di seberang mejanya."Kita dikejar waktu!" bentak baron itu. "Ini momen dan kesempatan bagus."Pria gemuk itu menggosok telapak tangannya. "Anda sendiri bagaimana? Kereta kita tidak akan melaju bila anda tidak mendapat dukungan dari 'yang lebih tinggi' daripada Anda," ucapnya sinis. "Bragh!" suara meja itu kembali kena gebrak. "Itulah sebabnya kita harus cepat bergerak. Viscount Gerald pasti tidak akan bertahan menghadapi musim dingin ini. Bila tetap berada di bawah kepemimpinan orang itu, musim dingin ini kita akan ikut mati kedinginan.""Hehehe … hahahaha! Aku ini seorang pedagang. Tidak mungkin seorang pedagang akan mati kedinginan di musim dingin," sergah orang ge

DMCA.com Protection Status