Viscount Gerald terguncang jiwanya ketika melihat kekacauan di balai kota. Prajuritnya banyak yang tak sadarkan diri dan cedera. Perabotan berjatuhan, pecahan kaca berhamburan dan kertas-kertas dokumen berserakan, bercampur dengan segala macam barang. "Siapa yang melakukan kekacauan ini?"Didekat sebuah vas bunga, tak sengaja dia melihat selembar kertas yang sangat dikenalnya. Tangannya bergetar ketika membaca kertas dengan cap segel gubernur provinsi. "Duke Robert Callahan ternyata belum menandatangani surat rekomendasi kepindahanku ke provinsi. Bila dia mendengar tentang kejadian disini, maka akan semakin berkurang penilaiannya padaku," Disimpannya surat itu di balik jaketnya. Viscount Gerald berjalan hilir mudik, menunggu bawahannya ada yang bisa memberi keterangan yang memuaskan. Dia segera berlari keluar ketika melihat dua orang nampak berdebat diluar halaman balaikota.Letnan yang memakai kode nama chef itu tampak murka dan membanting sebuah gulungan kertas. "Apa maksudmu deng
"Sayang ini belum musim jamur merang. Daging rusa ini akan lezat bila dibuat sup dengan jamur," ujar Stonehead sambil mengiris daging rusa menjadi beberapa potongan besar. "Tapi, bagaimana kau bisa tau kalau orang ini bisa berada di sini? Apa kau ini punya cermin penyihir?" tanya Stonehead serius pada Cedric."Hahaha … tidak perlu cermin penyihir. Kalian sendiri yang sesungguhnya memberitahukan hal itu padaku," Cedric tertawa melihat wajah serius kawannya itu. "Siapa orang bermulut panjang di desa ini? Aku berada di luar rumah sepanjang hari untuk membelah kayu. Tak ada yang seorang pun yang berkata akan pergi ke kota!". Stonehead marah dan menancapkan pisaunya ke potongan daging terbesar."Laporan harian prajurit. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, ada laporan serangan beruang di desa yang penuh ketidakwajaran ini," ungkap Cedric tenang. “Aku membaca laporannya tadi pagi.”"Anak kecil, wanita, tua dan muda di desa ini, seingatku tak ada yang berteriak ketakutan ketika bertemu b
"Kalian yakin tidak perlu makan malam dulu?" tahan si tuan rumah. “Perjalanan kalian masih cukup jauh. Lagipula ada orang yang terluka parah, apa tak sebaiknya bersembunyi dulu di sini,” saran tuan rumah."Tidak. Terimakasih. Semakin lama kami berada di sini, semakin membahayakan untuk keluargamu. Kami harus pergi secepat mungkin menuju tempat persembunyian kuda-kuda kami," tepis Jaeger sopan. “Persiapkan semuanya! Sebentar lagi kita harus berangkat,” perintahnya pada kelompok itu.“Bawa roti secukupnya dan air beberapa botol, serta kain perban dan obat luka. Jangan lupakan senjata masing-masing,” Jaeger mengikat sepatunya erat-erat dan mengencangkan perisai di punggungnya.Dia berjalan menuju tumpukan jerami dan mengambil segenggam. “Nah! Ayo kita ambil undiannya,” ajaknya.Grunt maju dengan gagah dan tertawa. “Aku yang paling muda di persaudaraan ini, tak perlu undian, biar aku yang menggendong tahanan sekarat ini.” Jovan menoleh lemah melihat wajah-wajah yang tak pernah dikenalny
"Apa yang sebenarnya terjadi ?" selidik Sir Milan pada viscount yang sedang gemetar ketakutan di depannya. "Ti- tidak ada apapun yang terjadi. Se- semuanya masih dalam kendali," jawab viscount itu ragu-ragu."Ruangan balai kota yang porak-poranda, tahanan yang kabur, dan keributan di seluruh kota? Aku tidak melihat ada kendali di aspek manapun?" ketus Sir Milan. Seorang prajurit bawahan Sir Milan datang melapor. Dia turun dari kudanya dan memberi hormat. "Kota dalam kekacauan Sir! Banyak warga yang marah akibat dentang lonceng yang berlebihan dan rumor soal tahanan yang kabur," lapor prajurit itu."Ti- tidak ada tahanan yang kabur!" semprot viscount dengan nyaring, hingga kumis melintangnya bergetar dengan hebat. "Siapa yang berani mengabarkan ada tahanan kabur? Cepat! Kabarkan pada warga berita sebenarnya!" suara melengking viscount memecah keramaian.Seorang petani yang nampaknya kepala keluarga datang dengan lima anaknya. Anak termuda berumur sekitar dua belas tahun dan membawa p
“Kau benar-benar gila Paman. Kau mengelabui pasukan penjaga tadi sore, dan malam ini kau membodohi seluruh Kota Chartania,” puji Grunt dengan setulus hati. “Tak kusangka pengalaman debutku adalah menghindari kejaran warga kota yang marah. Tak ada darah yang kutumpahkan di debutku. Benar-benar operasi bersih kali ini."Teringat jelas dalam memori Grunt, betapa dia siap mempertaruhkan nyawa dalam misi pertamanya. Sebuah misi penyelamatan terpidana mati yang akan ditukar dengan ketuanya. Berapapun musuh yang datang, tak akan ragu dia menghadapinya. Demi ketua yang dihormati, terlebih lagi demi orang yang pernah menyelamatkan keluarganya. Sekilas senyum menghiasi wajah polosnya, teringat Jaeger berteriak memancing keributan. "Tolong-tolong! Ada tahanan kabur!" dengan akting yang sempurna dia menunjuk arah kereta Speed yang menerobos penjagaan. Prajurit itu benar-benar percaya. Mereka dengan tulus mengejar dan membuat keributan yang lebih besar lagi. Sangat mulia dan penuh tanggung jaw
"Hahaha … Stonehead apa sekarang boleh aku nyatakan kau menjadi si nomor dua?" koar Cedric dengan puas. "Kau kalah telak dengan istrimu sendiri. Dialah yang layak menjadi si nomor satu.""Diam kau si nomor lima … kalau aku jadi nomor dua, berarti kau turun lagi satu peringkat. Hohohoho," balas Stonehead, dengan melupakan niat perdamaiannya. "Apa?! Kau ini pikun atau bagaimana? Festival kemarin jelas-jelas aku ini peringkat tiga, meskipun aku tidak dalam kondisi terbaikku," sengat Cedric, yang sangat terusik harga dirinya."Ya. Itu tahun lalu. Tahun ini kau akan jadi si nomor empat. Crack dari desa kami akan jadi si nomor dua. Aku sudah melatihnya secara rahasia. Khusus untuk mengganjal langkah kalian para militer, di festival tahun ini," ungkap Stonehead, membuka senjata rahasianya sendiri. "Hohoho … kau tidak menyangka, kan?"Mendengar kata festival, nafsu berdebat Cedric langsung menghilang. "Ah …. festival kali ini aku mungkin tak bisa ikut. Raja … ah … lupakan," tepis Cedric de
"Aku anak terkutuk yang beruntung, hosh … hosh … aku pasti akan membalas hinaan dan cacian keluargaku yang menyebutku 'anak terkutuk' tekadku sudah bulat!" Vincent membaringkan tubuhnya di atas rerumputan hijau menyegarkan yang embun kelembutannya tak bisa meredakan kemarahan pelarian itu. Slim berjalan mendekat dari arah sebuah sungai kecil. Dia membawa kantung air yang terbuat dari kulit dan menawarkan pada Oscar. "Minumlah ini kawan, sementara hanya ini yang ada."Oscar menerimanya dan minum seteguk air. "Terimakasih kawan, entah apa jadinya kita tanpamu," Oscar memberikan kantung air itu pada Vincent.Dengan lahap Vincent minum sepuasnya dan menghabiskan air itu untuk mencuci mukanya. "Ah … segar … rasa sebuah kebebasan … hahahaha!" Dilemparnya kantung itu secara sembarangan. Raut wajah Oscar sedikit berubah, dia sedikit kurang cocok dengan kawan barunya ini. Dia bangkit berdiri, mengambil kantung itu dan berjalan menuju sungai. Ada perasaan sesak yang memenuhi dadanya, perasaan
"Kita beristirahat disini," kata Jaeger. "Perbanku perlu diganti. Periksa juga tahanan itu, jangan sampai kita malah mempercepat jadwal eksekusinya.""Sepertinya ini yang dimaksud dengan Mata Air Rusa. Air mengalir tanpa henti, layak untuk diminum," kata Jaden, sambil bergegas turun dari kuda dan mengambil air."Hei … hentikan! Jangan langsung diberi minum," Fritz menahan tangan Jaden. "Biarkan dia berbaring tenang dulu, tunggu beberapa saat, baru beri dia minum. Air itu dingin sekali."Jaden tidak membantah perkataan Fritz. Selama perjalanan bersama, banyak hal yang dipelajarinya dari kelompok ini. Hal-hal yang tidak pernah didapatkan dari ruang pelatihan.Dengan sabar dia menurunkan Jovan yang lemas dari punggung kuda. Diraba dan dirasakannya suhu tubuh sahabatnya itu. "Panas, badannya terasa panas sekali!" teriaknya panik.Fritz bergegas memeriksa keadaan Jovan. Dilihatnya kain perban yang telah berubah warna. Dia membuka kelopak mata Jovan, dan melihat sinar kehidupan yang meredup
"Dugh! Bangun! Kemana perginya kawanmu itu?" Seorang pria menendang Stab dan menginterogasi orang yang baru saja tak sadarkan diri.Sekelompok tawanan yang tadinya merasa gagah, menjadi sedikit ciut nyalinya. Tanpa seorangpun yang menyadari, Romeo telah berhasil meloloskan diri. Hilang lenyap bersama tali yang mengikat dirinya."Apa kalian lalai menggeledah bandit itu? Jangan-jangan dia menyembunyikan pisau di badannya" gerutu pria yang mengangkat dirinya sendiri sebagai pemimpin perlawanan itu. Stab terbangun akibat rasa sakit dari tendangan keras di rusuknya. Wajah-wajah asing yang tak pernah diingatnya sama sekali, sedang mengerumuninya. Stab adalah penjahat sejati berdarah dingin, dia tidak pernah mengingat wajah para korban yang terlihat sama di matanya.Wajah seperti domba, yang biasanya memohon untuk kehidupannya itu nampak berbeda kali ini. Ada sorot amarah dan harapan di wajah yang tidak lagi merana itu. Harapan untuk memutus sebuah mata rantai kekejaman dan kejahatan."Gel
"Bandit?" Mata Jenderal Cedric menunjukkan gairah yang lama terpendam."Tunggu sebentar! Aku ikut, sudah lama aku mendengar insiden di Desa Mapple. Urusan warga kota biarlah diatur oleh Sir Milan dan Hector, sebentar lagi juru arsip yang terluka itu pulih dan bisa membantu mereka," seloroh Jendral yang sedang bosan itu."Sir Milan berpesan agar anda tetap di markas," tutur Jaden dengan nada segan. "Duke Robert hendak bertemu secara pribadi. Ada hal penting yang hendak disampaikan beliau," tegasnya."Aish … kirim utusan pada Duke Robert, katakan aku akan mengunjunginya segera. Menjaga keamanan wilayah itu lebih penting," sergah Jenderal Cedric."Ini bukan masalah besar Jenderal," cegah Jaden, yang lebih takut dengan amarah Sir Milan. "Kami hanya membantu regu yang bertugas, untuk menutup jalan keluar dari Desa Mapple, agar seluruh bandit dapat tertangkap. Regu yang dipimpin Sir Aiden sangat yakin bisa mengatasi bandit-bandit itu," bebernya."Hm … Sir Aiden sampai turun tangan sendiri y
"Rom! Kabar buruk, hosh … hosh … berikan aku minum," pinta Stab yang nampak habis berlari sekuat tenaga."Ada apa? Apa rencana kita gagal? Apakah rombongan ketua tertangkap?" buru Romeo tak sabaran.Stab menghabiskan air dalam kantung itu. Nafasnya belum pulih sepenuhnya. "Parah … lebih parah lagi," semburnya menambah kekhawatiran Romeo."Apa yang bisa lebih parah dari tertangkap?" cebik Romeo."Kabur! Ketua dan rombongannya tidak membuat kerusuhan seperti rencana awal. Dia melanjutkan perjalanan dan meninggalkan desa menuju perbatasan!" pekik Stab. "Kita ditinggalkan di hutan ini, aku yakin dia menggunakan kita untuk mengalihkan perhatian.""Apa kau yakin?" lirih Romeo."Aku melihat sendiri! Seperti biasa aku memilih posisi paling aman, jadi aku memilih rombongan ke dua setelah rombongan ketua melumpuhkan penjaga," urai Stab. "Ternyata hanya lima orang yang bersedia menjadi rombongan pertama untuk membuka jalan.""Hm … hanya lima orang? Tanpa kehadiran ogre itu sama saja misi mengant
"Wow … benar-benar sembuh," puji Coman. "Jangan-jangan kau ini benar-benar ogre.""Hahaha … mana ada ogre yang berniat berhutang duapuluh keping uang emas dengan ganti sebuah pedang," balas Jack. "Biaya melintas sampai Gothlandia itu memakan lebih dari lima keping. Kecuali kau melewati daerah kaum barbar, bebas biaya masuk.""Kau benar-benar hebat kawan," puji Coman sambil mengganti kain perban di lengan kiri Argon. "Kau bertahan hidup hanya demi menyampaikan kabar mengenai rekan-rekanmu yang gugur di pertempuran sepuluh tahun yang lalu."Jack tersenyum dan mengembalikan pedang besar itu pada Argon. "Maaf, kami membaca surat dan daftar nama itu tanpa seijinmu."Argon membalas dengan senyuman pedih di hatinya. Betapa dia mengutuk ketidak mampuannya sendiri. Usaha sederhana untuk mengakhiri kehidupannya yang hitam dan kelam itupun gagal, di tangan ksatria yang diharap bisa menolongnya."Maafkan aku juga bila meminta kalian melakukan hal yang di luar kemampuan," balas Argon. "Mencari sem
"Tak bisa dibiarkan! Keluarga Durandal itu sejak dulu selalu kurang ajar," geram seorang bangsawan tua sambil merobek sepucuk surat."Pelayan! Panggil cucuku kemari, ada yang hendak kubicarakan," perintahnya tegas. "Berani-beraninya si tua bangka itu mencoba mencari jodoh untuk cucuku," gerutu Sir Duval.Si pelayan segera berlari tergopoh-gopoh menuju ruang berlatih. Ruangan itu sedang ramai para prajurit dan ksatria yang sedang mengelilingi dan menyoraki sebuah duel yang sedang berlangsung. Tak ada satupun yang mempedulikan omongan pelayan yang sedang mencari cucu Sir Duval.Susah payah pelayan bertubuh kecil itu menerobos kerumunan. Seketika lututnya lemas melihat orang yang sedang berduel. Tuan muda Aaron sang cucu Sir Duval sedang mempertaruhkan nyawa melawan seorang royal knight dari istana."Trang! Trang! Trang!" suara tiga kali pukulan penuh tenaga ksatria itu ditangkis Aaron.Ksatria itu tampak santai dan meremehkan. Sekilas dia melirik ke arah penonton. Seorang pemuda berpaka
"Brengsek! Mengapa tak ada yang membangunkan aku!" raung Romeo. "Hampir tengah hari, mana ketua?" tanyanya lagi dengan nada khawatir. Baru kali ini dia merasa menyesal meninggalkan kesempatan untuk melihat sapaan mentari terbit. "Hahaha … tenang, aku juga bangun kesiangan. Ketua sudah pergi bersama Bernie untuk mengintai," jawab Stab. "Ketua agak cemas karena kita sudah tidak memiliki senjata pemusnah lagi. Lagipula … tak ada seorangpun yang berani mengganggu tidurmu. Hehehehe."Dengan malas Romeo bangun dan berjalan pelan untuk membasuh muka. Kepalanya masih berdenyut, akibat efek minuman semalam. Kesadarannya masih belum pulih sepenuhnya, namun dia cukup sadar untuk menyadari kegiatan rekan-rekannya."Mengapa kalian sudah membongkar tenda-tenda itu?" tanya Romeo pada seorang bandit."Kita akan pulang, misi selesai," jawab bandit itu sambil mengikat erat kain tenda."Kita akan menyamar menjadi pedagang, mengelabui penjaga dan membuat kerusuhan begitu masuk desa itu," sela Stab. "Se
"Rom! Bagaimana ogre bisa hilang?" tanya seorang pria dengan wajah penuh bekas luka. Tatapan sadis dari matanya, cukup untuk menghilangkan keberanian seorang Romeo."Pe- Penyihir darah. Kami bertemu sekumpulan orang tiga hari yang lalu. Kami kira akan mendapatkan domba gemuk untuk tambahan kiriman akhir bulan ini," jawab Romeo takut-takut. "Ternyata seorang dari mereka adalah penyihir.""Kau … dasar gila. Rencana kita akan terganggu bila tak ada ogre," umpat orang yang ternyata seorang pemimpin kawanan bandit. "Kau sudah pakai peluitnya?" tanyanya lagi dengan khawatir."Su- sudah kapten. Berkali-kali kutiup peluit itu. Kami tunggu di tempat persembunyian sementara selama semalaman, ogre itu tidak pernah muncul," jelas Romeo menguraikan tindakannya yang sudah sesuai prosedur.Gregor termenung mendengar penjelasan itu. Kapten kawanan bandit itu sudah bisa menyimpulkan sesuatu. Kisah ogre yang meneror Desa Mapple telah tamat."Kami salah memilih korban untuk kali ini. Beruntung kami berd
"Wah … mengapa semuanya berkumpul di tempat ini?" sela Hogan memotong diskusi antar petani yang sedang berlangsung."Maafkan saya yang belum memperkenalkan diri. Saya Hogan, juru bicara perwakilan petani yang gelisah dan ingin memperjuangkan haknya," urai Hogan tanpa ada yang bertanya. Semua yang ada menoleh heran pada asal suara sumbang itu. Terutama para petani yang merasa tidak mengenal juru bicaranya sendiri itu."Ah, tidak sopan rasanya bila saya tidak mengikuti pembicaraan tentang nasib para petani yang sedang diperjuangkan ini," lanjutnya lagi. Sir Conrad merasa ada hal yang kurang beres dengan orang ini. Pengalaman mengajarkan untuk waspada dengan tipe sepertinya. "Oh ya, silahkan duduk bergabung bersama kami," ujar Sir Conrad datar.Fastleg yang juga menyadari ketidakberesan Hogan langsung mengambil inisiatif melanjutkan diskusi. "Bawang putih juga naik drastis harganya. Kalian harus tau penyebab kenaikan harga yang tiba-tiba itu," ujarnya."Apa benar ini ada hubungannya de
"Duagh! Menjengkelkan sekali petani-petani itu. Mereka masih saja keras kepala menolak permintaan kita," keluh seorang pria bangsawan, sambil mengelus tangannya yang sakit karena menghantam meja."Sabar Baron, sebentar lagi musim dingin tiba. Kereta kita masih berjalan sesuai jalurnya," ucap pria gemuk pendek yang duduk di seberang mejanya."Kita dikejar waktu!" bentak baron itu. "Ini momen dan kesempatan bagus."Pria gemuk itu menggosok telapak tangannya. "Anda sendiri bagaimana? Kereta kita tidak akan melaju bila anda tidak mendapat dukungan dari 'yang lebih tinggi' daripada Anda," ucapnya sinis. "Bragh!" suara meja itu kembali kena gebrak. "Itulah sebabnya kita harus cepat bergerak. Viscount Gerald pasti tidak akan bertahan menghadapi musim dingin ini. Bila tetap berada di bawah kepemimpinan orang itu, musim dingin ini kita akan ikut mati kedinginan.""Hehehe … hahahaha! Aku ini seorang pedagang. Tidak mungkin seorang pedagang akan mati kedinginan di musim dingin," sergah orang ge