"Pak ... tulung bantu buatkan makam untuk Mbah Karso. Kasihan, ndak ada yang membantu mengurus jenazahnya. Selama ini, kita sama sekali ndak punya masalah dengan keluarganya toh?" pinta Romlah."Nggih, Nduk. Sehabis sarapan Bapak kesana. Kasihan, semasa hidup dia orang yang baik. Keadaan yang membuatnya salah langkah. Warga desa memang sudah berbuat hal-hal yang sangat keterlaluan. Wajar saja toh kalau Mbah Karso sakit hati," sahut Pak Rofik."Ya wis. Ini sarapannya wis siap, Pak. Sampean makan saja dulu. Aku masih mau mandikan Bayu," ujarnya.Pak Rofik segera melahap nasi berlauk kulupan dan tumis demis itu dengan lahap. Setelah selesai dia segera pamit untuk pergi ke rumah Mbah Karso. Tak lupa dia membawa sebuah cangkul dari rumahnya."Bapak budal (berangkat), Nduk!" pamitnya.***Tok Tok TokKrieeeet ... Pintu rumah gubuk Mbah Karso terbuka perlahan. Melati berdiri di baliknya dengan wajah berselimut duka dan mata yang sembab. Melihat Pak Rofik, dia tampak sedikit terkejut, ternyat
Read more