“Diaz, aku akan panggil security, jika kamu masih seenaknya seperti ini.” “Please, Karen. Kita butuh bicara.” Diaz masih bernegosiasi, berharap istrinya akan memberinya kesempatan. “Tidak, Diaz Pradana. Pergilah.” Usir Karen. Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Diaz menambah sedikit kekuatannya untuk mendorong pintu. “Aaaa,” pekik Karen. Dahinya sempat terkena pojokan pintu, sebelum akhirnya terhuyung. Nyaris terjatuh jika Diaz tidak menggapai tangannya. Diaz menarik tubuh Karen ke dalam pelukannya. Mata mereka bersirobok, suara detak jantung saling bersahutan. “Apa kamu tidak apa-apa?” tanya Diaz yang tak mengalihkan pandangannya dari Karen. Karen tampak sangat mempesona di matanya. Tidak ingin melepas pelukkannya, pria itu justru memegang dagu Karen, lalu mendekatkan wajahnya. Karen bergeming, ia justru memejamkan mata, menerima setuhan bibir Diaz di bibirnya. Dalam hati Karen merutuki dirinya sendiri yang lagi-lagi jatuh dalam pesona Diaz Pradana, ia menikmati ciuman itu
Baca selengkapnya