Share

Bab 19 Karen Merajuk

Penulis: Lemongrass
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Uhuk! Uhuk! Uhuk!

Diaz tersedak daging yang baru saja ia telan. Satu gelas minuman dingin tak cukup membuatnya lega.

Karen berinisiatif memesan minuman lagi.

Sembari menunggu, Karen memberikan minumannya pada Diaz.

“Apa pertanyaanku terlalu menohok?” tanya Karen tanpa basa-basi.

Entah mengapa ia percaya diri jika Diaz merasa cemburu.

Diaz berdehem sebelum menjawab, “ Kau percaya diri sekali.”

Diaz menatap Karen sinis.

“Untuk apa cemburu, bahkan sepuluh wanita sepertimu bisa ku dapatkan,” ucap Diaz angkuh.

Lain di mulut, lain di hati, kini ia menyesali kata-kata yang baru saja keluar.

Suasana hati Karen menjadi tidak karuan. Diaz benar-benar telah berhasil membuat harapannya hancur lebur.

Meski awalnya ia enggan makan bersama Diaz, ia berharap hubungan mereka akan menjadi lebih baik malam ini.

Tapi semuanya sirna, harapan hanya tinggal harapan.

Karen mempercepat makannya, seleranya sudah hilang entah kemana.

Lalu berdiri menuju ke kasir, sedikit berbasa-basi dengan pemilik
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kembalinya Istri Kaya sang CEO   Bab 20 Dari Hati Ke Hati

    “Diaz, aku akan panggil security, jika kamu masih seenaknya seperti ini.” “Please, Karen. Kita butuh bicara.” Diaz masih bernegosiasi, berharap istrinya akan memberinya kesempatan. “Tidak, Diaz Pradana. Pergilah.” Usir Karen. Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Diaz menambah sedikit kekuatannya untuk mendorong pintu. “Aaaa,” pekik Karen. Dahinya sempat terkena pojokan pintu, sebelum akhirnya terhuyung. Nyaris terjatuh jika Diaz tidak menggapai tangannya. Diaz menarik tubuh Karen ke dalam pelukannya. Mata mereka bersirobok, suara detak jantung saling bersahutan. “Apa kamu tidak apa-apa?” tanya Diaz yang tak mengalihkan pandangannya dari Karen. Karen tampak sangat mempesona di matanya. Tidak ingin melepas pelukkannya, pria itu justru memegang dagu Karen, lalu mendekatkan wajahnya. Karen bergeming, ia justru memejamkan mata, menerima setuhan bibir Diaz di bibirnya. Dalam hati Karen merutuki dirinya sendiri yang lagi-lagi jatuh dalam pesona Diaz Pradana, ia menikmati ciuman itu

  • Kembalinya Istri Kaya sang CEO   Bab 21 Hubungan yang Kembali Dingin

    Paska pembicaraan malam itu, Karen dan Diaz bak orang asing. Meski setiap hari Diaz datang menemui Ken, keduanya tak benar-benar saling menyapa. Karen lebih banyak diam dan sibuk dengan dunianya. Sedangkan Diaz yang serba salah, tak tahu harus bagaimana menghadapi Karen. Ia hanya terus merutuki dirinya yang bodoh, karena tak langsung menyelesaikan pembicaraan malam itu. Pintu lift terbuka, dilihatnya Karen sedang asik dengan gawaynya di depan lift. Wanita itu sedang menunggu Diaz yang akan menjenguk Ken. Diaz mengetuk-ngetuk pintu kaca agar Karen tersadar. Wanita itu membuka pintu dengan wajah datar. “Ini, aku beri kartu akses lantai 5, agar kau tak perlu repot-repot menungguku menjemput ketika ingin menjenguk Ken.” Belum sempat Diaz berucap, Karen memutar tubuhnya lalu berjalan menuju ruangan Ken, tanpa berkata apa-apa lagi. Diaz memandang sinis pada Karen. Istrinya itu memang pandai mempermainkan emosinya. “Halo, son.” Sapa Diaz pada Ken, mebuat balita itu kegirangan. “Dadd

  • Kembalinya Istri Kaya sang CEO   Bab 22 Jangan Menyakiti Mommy, Dad

    Arashi kembali ke rumah sakit dengan membawa Japanese cheesecake kesukaan Karen.“Kenapa cepat sekali? Apa kakak tak sempat makan di sana?”Arashi mendengus, “Lihatlah sekarang jam berapa?”Karen melirik jam di poselnya lalu meringis jenaka.Arashi meletakkan kue yang ia bawa, membuat Karen tersenyum bahagia lalu memeluk erat sang kakak.“Lepaskan, kamu pikir kamu anak kecil bertingkah seperti itu!” gerutu Arashi.Arashi membeli kue tersebut untuk mengembalikan suasana hati Karen.Bagaimana suasana hati Karen, sangat berpengaruh bagi Ken. Anak itu sangat peka terhadap kondisi ibunya.“Sayang tadi kamu tak ikut, ada kejutan untukmu.”Ucap Arashi sembari mengambil kue yang baru saja dipotong oleh Karen. Si pemilik pun mengomel, Arashi hanya tertawa.“Kamu tidak penasaran?” tanya Arashi.“Aku tidak tertarik kalau itu tentang Himura,” jawab Karen acuh tak acuh.Arashi terkekeh.“Kamu masih saja mengabaikan putra tunggal ke

  • Kembalinya Istri Kaya sang CEO   Bab 23 Cemburu Itu Berat

    “Apapun tujuanku apa itu penting untukmu, Anna?” Bukan menjawab, Diaz justru bertanya. “Itu sangat penting bagiku, Yaz. Agar aku bisa memutuskan, akan mendukungmu atau tidak,” jawab Anna enteng. “Aku tidak butuh dukungamu, Anna.” Anna berdecak kesal. “Lalu memperkenalkanmu dengan pamanku itu bukan bentuk dari dukunganku! Kau selalu saja bertindak arogan,” cibir Anna. “Aku selalu mendukungmu Diaz, sekalipun kamu tak pernah melihat ke arahku.” Jerit hati Anna. Disisi meja lain di sudut restoran itu, diam-diam Arashi mengamati dua sejoli yang sedang asik berbincang. Yuki, sang kekasih menangkap netra Arashi tak fokus padanya pun akhirnya mengikuti arah pandangan si pria. “Ada apa? Apa kamu mengenal wanita itu?” tanya Yuki, hatinya gelisah. Arashi menangkap kegelisahan hati sang kekasih pun menjawab, “Bukan si wanita, tapi si pria. Aku mengenal dia.” Seketika hati Yuki menjadi lebih tenang. “Pria itu suami Karen.” Yuki terkejut dengan ucapan Arashi, ia mengira dirinya salah me

  • Kembalinya Istri Kaya sang CEO   Bab 24 Kekecewaan Diaz

    “Jangan katakan apapun, mas,” lirih Karen. Diaz memindai wajah ayu Karen, wajah yang selalu ia rindukan. Diaz menggerakkan tangannya agar Karen melihatnya. Karen mendongak, menatap netra coklat milik Diaz. Ada secercah kerinduan di sana. “Jangan lari lagi, tetaplah bersamaku,” ucap Diaz penuh penekanan. Karen bergeming, otaknya lambat memproses informasi. Pria di depannya ini sungguh berbahaya, mulutnya sangat manis penuh dengan buaian. Wanita yang menghadapi situasi seperti ini, bisa salah mengartikan kata-kata yang baru saja diucapkan oleh Diaz. Karen menggeleng lemah. Ia tak ingin lagi jatuh dalam pesona Diaz Pradana. Selama beberapa minggu pertemuan mereka, suaminya itu sudah berhasil mengacau hatinya. Karen menyetuh kedua punggung tangan Diaz, lalu menggenggamnya erat. Padangan matanya tak lepas dari wajah suaminya. “Jangan seperti ini, mas. Aku bisa salah mengartikan perkataanmu.” Karen menurunkan tangan Diaz dari wajahnya, lalu membuang padangan. Diaz memegang kedua

  • Kembalinya Istri Kaya sang CEO   Bab 25 Karen Memang Luar Biasa

    Rapat sedang berlangsung, Diaz memindahi seluruh ruangan tidak ditemukannya Himura Tanaka di sana. Diaz pun beinisiatif untuk menannyakannya pada asisten tuan Tanaka. Pria itu tidak tahu jika putra tunggal keluarga Kobayashi itu mengelola kantor cabang di Osaka. “Ah, aku sepertinya harus mencari tahu sendiri, akan terlalu lama jika mengandalkan Himura Tanaka,” bisik hati Diaz. “Semua sudah final, kita hanya tinggal menunggu sample dari tuan Diaz. Kapan kira-kira sample itu akan datang, tuan Diaz?” tanya tuan Tanaka. “Lusa, sepertinya barang itu akan sampai, kami sudah mengurus pengiriman sejak beberapa hari lalu,” jawab Diaz. “Baiklah. Setelah produk jadi, kita akan bekerjasama dengan perusahaan periklanan untuk mendukung penjualan produk melalui media digital,” tutur tuan Tanaka. “Kita tidak perlu jauh-jauh, cukup bekerjasama dengan perusahaan nona Karen.” Uhuk! Diaz tersedak air liurnya sendiri mendengar penuturan tuan Tanaka. Ia sangat terkejut mendengar nama istrinya diseb

  • Kembalinya Istri Kaya sang CEO   Bab 26 Kemarahan Rain

    “Oh, shit!” umpat Diaz dalam hati. Dua pria itu masih saling menatap tajam. Kebencian sangat ketara dari pria yang menatap Diaz. Pria itu tak lain tak bukan adalah Rain Wijaya—saudara kembar Karen. “Untuk apa pria brengsek ini berada di sini!” hardik Rain. Dengan penuh emosi Rain berdiri lalu berjalan menuju ke arah Diaz yang masih mematung di depan pintu. Ia lupa bahwa di sana ada hati kecil yang harus ia jaga. Langkah Rain terhenti saat Arashi mencekal tanganya. Arashi menggeleng. “Tapi Ras …” Rain hendak memprotes tindakan Arashi, namun sang kakak langsung memotong perkataannya. “Duduklah, tidak baik bersikap seperti itu, lihatlah ada Ken di sini,” lirih Arashi. Rain melihat ke arah Ken yang nampak kebingungan melihat papi kesayangannya ingin menghajar ayah kandungnya. “Untuk sekarang kamu aman,” hardik Rain pada Diaz. Ken masih terus melihat ke arah dua pria yang bersitegang itu, entah apa yang ada di pikiran bocah cilik itu. Yang pasti Ken tahu bahwa ayah kandungnya past

  • Kembalinya Istri Kaya sang CEO   Bab 27 Pertengkaran Rain dan Diaz

    “Calm, Rain. Calm,” beo Karen yang masih terus menenangkan saudara kembarnya. Netra penuh amarah Rain berserobok dengan mata Diaz yang terus menatap tajam iparnya, seakan menantang. “Sudah selesai mulut busukmu itu berbicara? Hah?” tanya Diaz menantang. Diaz tersenyum miring, suami Karen itu maju satu langkah. BUUGGHHH! Satu bogem melesat ke wajah Rain. Akhirnya Diaz melayangkan kepalan tangannya yang sudah sedari tadi ia tahan. “Bajingan!” umpat Rain seraya membalas Diaz. Baku hantam terjadi antara Rain dan Diaz. “Kalian yang merencanakan semua ini, kalian yang memalsukan kematian Elok. Kalian yang menyembunyikan Elok dariku. Kalian yang membodohiku. Kalian yang berbohong padaku, kalian juga yang menghancurkan bisnis keluargaku, lantas aku tak boleh menemui sumber dari mala petaka ini?” balas Diaz. Diaz yang berada di atas tubuh Rain terus memukul iparnya itu. Ucapan Diaz sangat menohok bagi Karen. Hatinya sakit. “Sudah mas hentikan, sudah,” lerai Karen. Rain nampak terus

Bab terbaru

  • Kembalinya Istri Kaya sang CEO   Bab 173 Selamat Tinggal Masa Lalu (End)

    Bandara International Soekarno-Hatta"Kamu benar-benar tak akan menunggu keponakanmu lahir, Len?" tanya Karen pada saudari iparnya.Ellen telah memutuskan untuk menenangkan diri keluar Negeri. Dengan bantuan Rain dia pergi ke Jepang dan menutup semua gerai butik miliknya.Dia akan menata hidup baru di sana, sendirian. Meninggalkan masa lalunya dan juga Glen. Berharap menemukan cinta sejatinya di sana.Ellen akan tinggal di mansion milik Karen. Sejak Arashi menikah, mansion itu benar-benar tak ada yang menggunakan.Ellen tersenyum, "Maafkan aku, Ren. Kamu bisa memberiku fotonya kelak jika dia sudah lahir, aku akan sangat menantikannya.""Hai, Sayang. Sepertinya Tante tidak bisa langsung menemuimu saat kamu lahir nanti, sampai jumps," ucap Ellen seraya membelai perut Karen.Sedangkan Yunita sudah berurai air mata, anak perempuan semata wayangnya akan pergi meninggalkannya, hal yang tak pernah terpikirkan sama sekali di benaknya."Mama jangan menangis, a

  • Kembalinya Istri Kaya sang CEO   Bab 172 Penjelasan

    Hari telah berganti, Glen datang ke kediaman Pradana bersama keluarganya, Lestari, Rose, dan kakak iparnya.Glen harus melakukan itu karena dia sudah terikat janji pada Ellen. Hanya Henry dan Noah yang datang menyambut mereka."Jadi apa yang ingin kalian bicarakan hingga datang beramai-ramai?" tanya Henry dengan menahan amarah.Glen dengan berani mengucapkan permintaan maaf pada keluarga besar Pradana, dia juga meminta kesempatan untuk dipertemukan dengan Ellen.Tapi dengan tegas Henry menolak."Tidak ada yang perlu kamu jelaskan pada anakku, semuanya sudah jelas. Jika kalian sudah tak ada lagi yang ingin dibicarakan silakan tinggalkan rumah ini.""Tuan, Henry. Saya mohon, tolong berikan saya kesempatan untuk menemui Ellen," Glen memohon."Untuk apa? Untuk lebih menyakiti hatinya lebih dalam lagi?" bentak Henry.Glen terus berusaha menjelaskan semua yang terjadi, dia juga berjanji akan segera mengusut kasus ini.Dari dalam, Ellen menangis dal

  • Kembalinya Istri Kaya sang CEO   Bab 171 Glen Dijebak

    [Di, kamu sakit? Kenapa tidak bicara sama Mbak?]Pesan tersebut dikirim oleh Rose kakak Glen.[Iya, Mbak. Cuma meriang saja, tak perlu khawatir.]Diana memang sengaja mengatakan dia sedang sakit pada Glen, karena tahu Rose sedang berkunjung kerumahnya, kemungkinan pria itu akan mengatakannya pada sang kakak. Dan benar dugaannya. Rose tak akan tega membiarkan Diana dalam keadaan sakit, maka dia akan memanfaatkan keadaan ini.[Glen sedang menuju kesana, tapi Mbak lupa mau bawakan sop kesukaanmu. Mbak susul saja.][Aassiikkk! Diana tunggu ya, Mbak.] Diana tak perlu repot-repot memancing Rose untuk datang.Diana menyeringai, dia melihat benda yang beberapa waktu lalu dia beli dengan susah payah.Tak berselang lama Glen sampai di Kos Diana. Wanita itu mempersilakan Glen untuk masuk dan menawari pria itu teh manis yang telah dia beri obat penenang yang juga berfungsi sebagai obat tidur.Diana jelas tahu apa yang akan Glen katakan, dia tak mau itu

  • Kembalinya Istri Kaya sang CEO   Bab 170 Menemui Diana

    Ellen mengerjapkan mata, bingung, tentu saja wanita itu bingung, ini terlalu mendadak untuknya. Diaz, Ellen, dan Noah menatap Tak percaya ke arah Rain.Sedangkan Glen, hatinya sudah tak karuan mendengar pernyataan Rain. 'Sejak kapan mereka berdua sedekat itu?' batin Glen.Isi kepalanya penuh dengan banyak pertanyaan."Kenapa diam saja? Kamu tak ingin menjawabnya sekarang?" desak Rain. Mata pria itu menatap intens pada Ellen.Duukk! Rain menendang kaki Ellen dengan pelan. Ellen sedikit meringis.Ellen mulai membuka mulut hendak menjawab pertanyaan Rain."Jangan dijawab, ayo kita pergi," ucap Glen, lantas berjalan ke arah Ellen."Bayaranku sangat Mahal, Nona," bisik Rain. Sesaat sebelum Glen meraih tangan Ellen dan mengajak wanita itu pergi.Sontak Ellen melongo dengan kejadian barusan.Duukkk!!Karen menendang tulang kering Rain dengan kencang."Karen!" pekik Rain."Jangan mempermainkan perasaan orang, dasar bocah na

  • Kembalinya Istri Kaya sang CEO   Bab 169 Pernyataan Mengejutkan

    Karen terbangun di subuh hari, wanita itu merasakan pergerakan yang luar biasa pada anak di dalam perutnya. Karen mendesis merasakan sakit dan tidak nyaman di bagian perut, pinggul, bahkan dadanya terasa sesak.Perlahan-lahan dia mulai membangunkanmu tubuhnya.Seiring bertambahnya usia kandungan, Karen mulai kesulitan tidur dan belum lagi terganggu dengan frekuensi buang air kecil yang semakin sering.Merasakan ada pergerakan di sebelahnya Diaz pun ikut terbangun. Dia benar-benar menjadi suami siaga untuk Karen."Ada apa, Sayang? Apa yang kamu rasakan?" tanya Diaz pada istrinya."Tidak apa-apa, Mas. Orang hamil memang seperti ini, kamu tak perlu khawatir," ucap Karen menenangkan suaminya.Diaz ikut meringis saat melihat istrinya seperti kesakitan."Apa sudah mau melahiran?" Karen menggeleng."Pinggangku sakit, perutku mulai kencang-kencang."Diaz menyentuh perut istrinya, benar saja perut Karen terasa keras."Nak, apa kamu merasa sesak di

  • Kembalinya Istri Kaya sang CEO   Bab 168 Memiliki Rasa yang Sama

    Ellen termenung di pinggir jendela, pikirannya jauh menerawang entah kenapa. Jatuh cinta pada Glen ternyata sesakit itu, jika tahu akan seperti itu Ellen lebih memilih orang lain untuk melabuhkan cintanya.Beberapa kali Ellen menarik nafas panjang, tapi tak juga menghilangkan sesak di dadanya.Mungkinkah dia akan bertahan dalam kisah ini? Atau menyerah begitu saja?Makanan yang tadi dibawa oleh Glen pun masih teronggok di tempatnya, tanpa tersentuh sedikitpun. Kacau, hatinya benar-benar kacau.Ellen kembali duduk di sofa, memandang bunga lili yang tak lagi spesial untuknya. Terdengar denting suara notifikasi pesan di handphonenya.Ellen mengintip siapa gerangan yang mengirim pesan. Glen, pria itu mengabarkan jika dia tak kembali ke butik, Hal yang sudah Ellen perkirakan sebelumnya.Ellen meletakkan kembali handphonenya tanpa sedikitpun ingin membuka pesan tersebut. Dia butuh waktu untuk menata hati.Ditengah keseriusannya mengerjakan beberapa desain untuk

  • Kembalinya Istri Kaya sang CEO   Bab 167 Gagal

    Diana yang berada di dekat kantor Glen sengaja ingin menemui pria itu, walau  Glen sudah mengatakan jika siang ini ada acara. Siapa tahu Diana beruntung bisa bertemu dengan pria itu. Setidaknya hanya melihat wajah dan sekedar menyapanya saja Diana sudah senang.Pucuk dicinta ulam pun tiba, pria idamannya terlihat keluar dari lobi. Pria itu tampak semringah, ekspresi yang tak pernah diperlihatkan semenjak pertemuan pertama mereka. Diana mengurungkan niat untuk sekedar memanggil Glen.Melihat Glen yang berjalan menuju mobilnya, entah mengapa Diana ingin sekali mengikuti kemana perginya pria itu. Dia pun segera mencari tukang ojek pangkalan untuk mengikuti Glen.Beruntung Glen masih bisa dikejar. Pertama Glen berhenti di sebuah restoran cepat saji dan keluar dengan kantong plastik besar di tangan kirinya, lagi-lagi pria itu tak berhenti tersenyum, membuat hati Diana semakin resah.Tak hanya itu, pria itu kemudian mampir ke sebuah toko kue, yang terakhir berhenti di toko

  • Kembalinya Istri Kaya sang CEO   Bab 166 Saling Merindu

    Glen terkejut sekaligus senang menerima pesan chat di handphonenya, pria itu reflek berdiri dari duduknya, tanpa sadar pria itu bersorak dan berjingkrak-jingkrak layaknya anak kecil yang mendapatkan hadiah yang sangat dia inginkan.[Besok siang datanglah ke butik, Bang!] Isi pesan tersebut. Pesan dari Ellen Pradana.[Baik, tuan putri. Dengan senang hati hamba akan datang ke sana. Apakah tuan putri ingin makan sesuatu, dengan senang hati akan hamba bawakan.] Balas Glen dengan semringah.Begitu pula dengan wanita di seberang tak kalah senangnya mendapat balasan dan juga panggilan yang menurutnya spesial.Sampai rasanya Ellen ingin koprol dan berguling-guling taking senangnya, dia perlu menormalkan detak jantung lebih dulu sebelum membalas pesan tersebut.Resah menunggu balasan pesan dari Ellen, Glen pun mengetuk-ngetuk mejanya dengan pulpen kesayangannya–gelisah.Glen merasa lega akhirnya Ellen mau menemuinya, walau tak tahu apa yang akan dibicarakan oleh gadis

  • Kembalinya Istri Kaya sang CEO   Bab 165 Lampu Hijau dari Yunita

    "Ellen Pradana!" seru Yunita dengan menatap tajam pada anaknya, lalu berpindah menatap Glen.Sontak Glen langsung melepaskan pegangan tangannya pada Ellen."Apa-apaan kalian ini?" Yunita mengintrogasi keduanya.Glen nampak salah tingkah, dia tak bisa mencari alasan yang tepat."Memangnya ada apa dengan kami, Ma?"Ellen bertanya seolah-olah tidak terjadi apa-apa dengannya dan Glen. Ellen memanfaatkan kedatangan ibunya until menghindariku dari pria itu, dia lantas menggandeng Yunita dan mengajaknya berkeliling sekedar mengambil makan dan menyapa tamu.Pukul 2.00 siang semua sudah selesai. Karen pun sudah kembali ke kediaman Wijaya.Mungkin karena perutnya semakin membesar, Karen merasa lebih cepat lelah."Apa kamu lelah, Sayang?"Diaz memijat bahu istrinya, pria itu semakin perhatian semenjak perut Karen semakin membuncit."Mas, berhentilah, aku tahu kamu juga lelah."Diaz tak mendengarkan kata-kata istrinya. Setelah selesai memberi pijatan,

DMCA.com Protection Status