Semua Bab TERPAKSA MEMBIAYAI PESTA PERNIKAHAN ADIKKU: Bab 21 - Bab 30

49 Bab

POV Author: Bakso Sialan

Mega dan Zulkifli sibuk mempersiapkan diri mereka untuk makan ke luar bersama calon menantunya. Yang paling bersemangat penuh gegap gempita adalah Mega. Mulai dari pakaian, hijab, hingga sandal yang dia pakai, semuanya mentereng dengan warna merah. Bagai orang yang mau berangkat hajatan Mega berdandan. Jilbabnya bling-bling merah, gamisnya juga merah dengan payet warna emas di dada, lalu sandalnya tinggi dan berhias mutiara tiruan di bagian atasnya. Pasangan suami istri mata duitan itu pun langsung menungg kedatangan Farhaaz dan Zara di teras. Tak lama kemudian, mobil HRV abu-abu milik mantan pacar dari Agni itu pun tiba di depan gerbang rumahnya Zulkifli. “Bu, ayo! Itu Farhaaz udah datang!” seru Zulkifli sambil bangkit dari duduknya. Zulkifli sama menterengnya dengan sang istri. Sepatu pantofel hitam mengkilap yang hanya dipakai untuk pergi hajatan itu akhirnya keluar dari kotaknya. Celana bahan dan kemeja warna merah darah juga
Baca selengkapnya

Ada Yang Panas

“Oh, ini? Ng … ini dibeliin sama Pak GM, San. Tapi aku bayar ke dia lagi nyicil, kok. Dipotong gaji,” gagapku berbohong pada Sandra.Wajah Sandra yang semula tegang dan seperti orang yang mau marah itu, langsung berubah tersenyum.“Oh, aku kirain Pak GM beliin cuma-cuma buat hadiah ke kamu gitu. Tapi, enak juga kalau dibeliin kaya gitu bisa potong gaji, Ag. Reward apa gimana, Ag?” tanya Sandra masih kelihatan penasaran.“Iya, San. Reward karena udah stay delapan tahun kerja di perusahaan.”Huhft! Sumpah, ini rasanya sangat menegangkan. Yang aku bingung, kenapa juga aku harus berbohong kepada sahabatku sendiri? Tapi, yang lebih membingungkan lagi, kenapa juga Sandra harus pasang wajah tak terima saat memergoki Pak GM mengantar dan membelikanku sebuah tas mahal? Sungguh, masih menjadi misteri besar di kepalaku.“Keren! Aku ikut seneng, Ag. Ayo, naik! Kita masuk ke dalam,” ajak Sandra sambil menyuruhku naik ke atas motornya.Aku pun membonceng di belakang dengan seabrek barang di
Baca selengkapnya

POV Author: Mendadak Stres

“Selamat pagi, Pak GM. Maaf ya, Pak, saya agak telat ke sini. Tadi, saya harus memeriksa beberapa dokumen penting dari staf,” ujar Farhaaz dengan memperlihatkan senyuman palsunya kepada Irmansyah, atasan langsungnya alias Pak GM.Pria berusia 46 tahun yang bertubuh tinggi besar dengan raut wajah yang masih fresh berkat rutin berangkat ke gym tersebut langsung mengangkat wajahnya dari layar laptop. Senyuman Irmansyah pun melebar saat memperhatikan kedatangan Farhaaz. “Oh, silakan duduk, Pak Farhaaz,” sahut Irmansyah sembari menunjuk ke kursi di depannya.“Ada apa ya, Pak? Saya jadi deg-degan karena pagi-pagi begini sudah disuruh menghadap ke ruangan,” kata Farhaaz sambil duduk di depan sang bos.Farhaaz sebenarnya santai saja. Dia hanya berpura-pura punya beban moral karena dipanggil oleh sang bos yang dinilainya orang paling selow sedunia tersebut. Bagaimana tidak selow, wong Farhaaz sering tidak ada di tempat saat jam kerja saja, Irmansyah tak pernah protes.“Nggak, cuma kepen
Baca selengkapnya

POV Author: Pertengkaran Sengit

Di lantai satu, Nathan mendatangi Farhaaz dengan raut wajah penuh amarah dan dendam. Pria tinggi dengan hidung mancung dan manik mata cokelat itu marah besar saat melihat Farhaaz tanpa rasa berdosa malah bangkit dari kursi tunggunya.Farhaaz menghampiri mantan bosnya itu dengan senyuman yang semringah. Dia sangka, Nathan sedang kebetulan turun ke lantai dasar untuk sebuah keperluan. Dia tak menduga bahwa Nathan ternyata sengaja datang ke bawah hanya buat menghadiahi lelaki bajingan itu hujatan serta caci makian.“Pak Nathan! Apa kabar, Pak?” tegur Farhaaz ramah dengan wajah yang masih merekahkan senyuman termanis.Plak!Brug!Tinju Nathan langsung menghunjam ke wajah tampannya Farhaaz. Dua kali bogem mentah itu mendarat ke pipi kiri dan kanan rival barunya tersebut. Farhaaz yang tidak siap itu langsung terenyak ambruk di lantai.Pikiran Farhaaz mendadak blank. Dia syok dengan kejadian pagi ini yang sangat tak terduga-duga. Pertama, dirinya disuruh mengajukan surat pengunduran d
Baca selengkapnya

POV Author: Ditendang Bagai Sampah

“Apa-apaan sih, kamu pake acara nyusulin aku ke sini segala, Ra? Kamu udah bikin aku malu!” sentak Farhaaz kepada Zara ketika gadis itu berhasil diseretnya ke dalam mobil. Plak! Zara mendapatkan tamparan keras kembali oleh pacar barunya tersebut. Pria yang semula bermulut semanis tebu itu akhirnya menampakkan watak aslinya kepada Zara. Gadis lemah yang tengah berbadan dua itu langsung tersandar di kursi penumpang dengan darah segar yang mengalir dari ujung bibirnya. “Mas! Ya Allah, sakit banget, Mas! Kenapa kamu nggak henti-hentinya nyakitin aku begini, Mas?” lirih Zara lemah sambil memegangi bibirnya yang masih mengucurkan darah segar. “Kamu perempuan sialan! Perempuan yang selalu bikin aku kesal dan marah! Lancangnya kamu buntutin aku sampe ke kantornya Agni. Puas kamu udah bikin aku malu?” jerit Farhaaz lagi dan diakhiri dengan ludah yang mendarat mulus ke wajahnya Zara. Habis sudah harga diri Zara
Baca selengkapnya

Dipaksa Kawin

“Ag, motormu tinggalin aja di kantor. Kamu pulang sama aku.” Saat aku hendak mengemasi mejaku karena sudah saatnya jam pulang, Mas Nat tiba-tiba saja menyembulkan kepalanya ke kubikelku. Tentu aku terkejut dengan kehadirannya yang tiba-tiba itu. Sejak insiden memalukan tadi pagi, aku memang sempat masuk ke ruangan Mas Nat lagi dan melanjutkan pekerjaan kami yang tertunda. Namun, sepanjang berada di ruangannya Mas Nat, aku memilih buat bungkam. Begitu juga dengan Mas Nat. Ketika jam makan siang tiba pun, aku dan lelaki itu berpisah. Aku memilih buat makan di kantin bawah sendirian, bahkan tanpa Sandra yang entah kenapa tiba-tiba seperti sedang mendiamiku. Setelah jam makan siang, aku kembali ke kubikelku karena pekerjaan di ruangannya Mas Nat sudah kuselesaikan semua. Hingga jam kepulangan ini, aku baru bersua kembali dengan Mas Nat. Dan lelaki itu tiba-tiba saja datang dengan suaranya yang cukup keras. Aku bangkit dari kubikelku.
Baca selengkapnya

Tangis Pilu

“Maaf, Mas Bagas,” jawabku gelagapan.Jujur, hatiku menjadi kalut. Takut kalau Mas Bagas berpikir yang aneh-aneh. Bukan apa-apa. Semalam kami bicara di ruang makan rumah Bu Sri tentang hubunganku yang baru kandas dengan mantan kekasih diakibatkan oleh perselingkuhannya dengan adikku sendiri.Masa sekarang aku sudah dipanggil sayang oleh pria lain lagi? Aku benar-benar takut reputasiku jadi buruk di mata orang lain. Apalagi di mata pemilik kostan tempatku tinggal sekarang.“Ck!” Mas Nat malah mendecak dari kursi kemudinya.Pria yang menggulung lengan kemejanya hingga siku tersebut mendadak merebut ponsel dari genggamanku. Aku ternganga. Terlalu syok buat sekadar protes kepada Mas Nat.“Halo, selamat sore. Maaf, ini dengan siapa?” Mas Nat berbicara dengan santainya kepada Mas Bagas lewat ponselku.“Oh, gitu. Maaf ya, ini aku calon suaminya, Nathan. Kita lagi di perjalanan. Bisa nggak, neleponnya nanti aja? Kasihan Agni baru balik kerja dan kelihatan lagi penat banget soalnya,” lanjut M
Baca selengkapnya

POV Author: Kejam

“Zara! Kamu ngapain?!” Zara pikir, Farhaaz tak akan terbangun dari tidurnya dalam waktu secepat ini. Sialnya, dugaan Zara malah meleset. Farhaaz mendadak terkejut dan terjaga. Pria itu syok melihat Zara yang sudah menyampirkan tas selempangnya ke pundak sambil memegang ponsel di dekat pintu yang terkunci. Zara pun lebih syok lagi. Gadis yang sedang hamil muda itu tak sengaja menjatuhkan ponsel dari genggamannya. Sekujur tubuhnya melemah, saking takutnya melihat seringai di bibir Farhaaz yang sangat menyeramkan. Lelaki kejam itu bangkit dari ranjangnya. Gusar, Farhaaz berjalan cepat mendatangi Zara. Gadis itu tangannya dia tarik kasar, hingga tubuh kurus Zara terhuyung. “Mas, maaf! Jangan sakiti aku terus!” jerit Zara. Percuma Zara berteriak. Toh, suaranya tak bakalan terdengar oleh siapa pun. Kamar ini kedap suara tanpa ventilasi dan jendela. “Kamu mau kabur? Dasar perempuan gila! Dengar, Zara! Kamu ng
Baca selengkapnya

POV Author: Derita Tanpa Ujung

Udara sejuk dari luar kamar mandi langsung masuk menusuk kulit. Zara pun mandi dengan air dingin yang semakin membikin tubuhnya kesakitan. Memar di wajah, lengan, dan sekujur tubuhnya yang lain semakin terasa ngilu tatkala percikan air dari shower itu mengguyur. “Pakai dikit aja sabun sama samponya! Kamu pikir, harga sabun itu murah? Aku udah jadi pengangguran! Jadi, baiknya kamu berhemat!” maki Farhaaz saat Zara akan mengambil sabun cair dari wadah yang tertempel di dinding. Derai air mata Zara kini menyatu dengan percik air yang mengucuri kepalanya. Sedihnya, pilunya, kini tak ternilai lagi. Hancur betul perasaan Zara. Dia tak yakin akankah hidupnya akan bahagia lagi setelah ini atau tidak. “Kalau kamu udah dapet uangnya, baru boleh makan. Kalau nggak dapet uang, jangan harap boleh makan!” rutuk Farhaaz lagi ketika Zara telah menyelesaikan mandinya. “Mas, kenapa kamu nggak bunuh aku aja?” lirih Zara yang melilitkan handuk ke tu
Baca selengkapnya

Ucapan Manis

Mas Nat akhirnya menghentikan mobil di halaman parkir sebuah masjid jami dengan nama Alhikam. Di masjid Alhikam itulah kami salat Magrib berjamaah. Hatiku begitu tentram dengan pertemuan yang selalu saja membuatku dekat dengan Sang Pencipta. Selepas salat Magrib berjamaah, Mas Nat lalu membawaku makan malam di sebuah restoran yang menyajikan aneka masakan khas Nusantara. Restoran Gemah Ripah namanya. Letaknya berada tak jauh dari masjid Alhikam dan sangat ramai pengunjung, hingga kami terpaksa duduk di lantai tiga saking penuhnya. Mas Nat memesankanku banyak makanan. Ada nasi jinggo plus sate lilit, bebek betutu, sebakul nasi liwet lengkap dengan lalapan, sambal terasi, dan ikan peda asin yang menggugah selera. Perutku sampai mau pecah gara-gara suguhan Mas Nat yang begitu banyak. Aku jadi tertegun sendiri saat diperlakukan Mas Nat sespesial sekarang. Kuingat-ingat lagi saat kencan dengan Mas Farhaaz. Apakah pernah aku diajak ke restoran mahal
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status