Mas Bagas mendecih. Pria dengan bentuk wajah lonjong dan rambut berpotongan pendek jabrik itu memperhatikanku dengan wajah jengkel. Lho, salahku di mana? “Aku pikir, kamu itu cewek sederhana yang nggak neko-neko! Nyatanya, mata duitan dan matre! Mandang orang dari luarnya doang. Gini ya, Ag. Kostanku itu bukan cuma ini doang! Masih ada tiga unit kontrakan lagi di gang Semangka yang nggak jauh dari sini.” Aku makin ternganga lebar. Ini yang sedang kuhadapi orang stres atau bagaimana, sih? Kok, makin lama, makin tidak beres ocehannya? “Mau punya kontrakan seratus ribu unit juga, nggak ngaruh sama aku lho, Mas! Dengar ya, aku nggak ada niatan buat deketin kamu, apalagi niatan buat jadi pacarmu. Aku nggak ngasih harapan apa pun. Bu Sri sendiri yang ngajak aku dan Sandra buat makan malam. Kalau aku tahu kamu malah mikirnya ke arah yang lain, aku juga nggak bakalan mau kok, makan malam ke rumah kalian!” Aku sudah berada di puncak keg
Read more