“T-tidak, Ayah. Itu adalah pilihan yang sulit bagiku,” balasnya. Tubuh itu merangkak pada sang kaki Iblis. Tangisan yang meraung jelas, permohonan yang diucapkan berkali-kali, dan janji yang dia lontarkan melebihi janjinya kepada diri sendiri. Tapi Tomi adalah Iblis dari segala Iblis. Dia memiliki hati yang jahat. Tak ada ampun bagi menantu satu-satunya itu. Amarah yang jelas tak dipendam pun akan bergejolak di segala tempat. Tak memandang bulu siapa yang sedang dihadapinya, kecuali orang yang lebih tinggi derajat dari padanya. Begitulah Tomi. “Dasar jalang! Aku sudah membuat kamu pilihan, kamu tidak bisa menjawabnya! Memangnya aku ini lelucon, apa?!” teriaknya. Satu, dua, bahkan tiga kali tongkat golf kesayangan, tongkat golf yang sudah menjadi saksi bisu dari tahu-tahun lamanya itu, kini memukul menantunya juga. Tentu saja tongkat tersebut tidak bergerak sendiri, melainkan hati Tomi yang seperti iblislah yang melakukannya. “Aaaakkkk! teriakannya kencang. “A-ayah, aku mohon, he
Read more