Leo yang tidak memiliki aura seperti singa. Jauh dari itu, dia adalah manusia menyebalkan yang April lihat. Penuh manipulatif dalam hidupnya. Membuat orang sekitar terlihat bodoh, dan haus validasi. "Camilla, ikut aku sekarang!" tegasnya kepada istrinya yang sedang terserang kepanikan yang tinggi itu. "Leo, aku bisa jelaskan—""Aku akan menolongmu!" potong Leo. Camilla menganga saat Leo mengatakan hal itu. Benar. Yang Camilla inginkan sekarang adalah seseorang yang mengulurkan tangannya. Memeluk tubuhnya yang penuh dosa di masa lalu. Yang mengerti perihal perbuatannya dulu. Yang tidak akan meninggalkan dia dalam keadaan apapun, sehancur apapun, dan sefatal apapun kesalahannya. Tak pernah Camilla sangka, jika pria yang paling dingin itulah orangnya. Camilla membalas uluran tangannya. "Benarkah? Kamu akan menolongku?" tanya dia penuh harap dan keyakinan. "Tentu saja. Kamu istriku. Istri dan suami adalah satu jiwa. Jika ada kesalahan yang kamu perbuat, maka aku juga harus bertanggu
“T-tidak, Ayah. Itu adalah pilihan yang sulit bagiku,” balasnya. Tubuh itu merangkak pada sang kaki Iblis. Tangisan yang meraung jelas, permohonan yang diucapkan berkali-kali, dan janji yang dia lontarkan melebihi janjinya kepada diri sendiri. Tapi Tomi adalah Iblis dari segala Iblis. Dia memiliki hati yang jahat. Tak ada ampun bagi menantu satu-satunya itu. Amarah yang jelas tak dipendam pun akan bergejolak di segala tempat. Tak memandang bulu siapa yang sedang dihadapinya, kecuali orang yang lebih tinggi derajat dari padanya. Begitulah Tomi. “Dasar jalang! Aku sudah membuat kamu pilihan, kamu tidak bisa menjawabnya! Memangnya aku ini lelucon, apa?!” teriaknya. Satu, dua, bahkan tiga kali tongkat golf kesayangan, tongkat golf yang sudah menjadi saksi bisu dari tahu-tahun lamanya itu, kini memukul menantunya juga. Tentu saja tongkat tersebut tidak bergerak sendiri, melainkan hati Tomi yang seperti iblislah yang melakukannya. “Aaaakkkk! teriakannya kencang. “A-ayah, aku mohon, he
Tubuh yang bersimbah darah, harapan yang sangat tipis. Begitulah yang sedang Camilla rasakan sekarang. Penderitaan wanita saat ini, adalah karma dari apa yang dia perbuat di masa lalu kepada teman sebayanya. Kepada teman yang melangkahinya. Kepada teman yang memiliki derajat lebih rendah dari padanya. "A-aku takut …" Ketakutan, kesepian, kekecewaan yang mendalam sedang dia rasakan. Tak pernah Camilla bayangkan jika dia akan menerima hasil dari kehahatannya sendiri. Seolah-olah tubuh berdaging yang dioyak-oyak dengan jahat dan tidak manusiawi. "Camilla!" panggil Leo. Wajahnya yang selalu menampakan ekspresi dingin itu, kini menampakan raut wajah yang sedih dan pilu. Hati yang ingin menolong lebih banyak, tapi Tomi adalah penguasa sebenarnya pada raga anaknya itu. "Biarkan dia pergi, Leo!" ucap Tomi. Tomi merasa sudah melonggarkan tangannya. Sampai hukuman yang dapat merenggut nyawa Camilla itu tidak terjadi. Tapi Tomi tidak mau Leo terlibat dengannya sekara ini. Sampai Camilla bi
April datang lebih cepat, walaupun Camilla dengan tidak tahu diri bilang bahwa April datang sangat lama. Tapi April menahan amarahnya seperti biasa dengan senyum palsu. April membawa Camilla ke sebuah kontrakan kecil. Mereka sedang berada di luar yang terhubung dengan balkon. Pemandangan disana sangat bagus karena menampilkan cahaya kota di tengah malam. KLEK!“Ayo, Camilla. Kita masuk ke rumahku. Maaf kontrakanku sangat kecil, ya. Tapi setidaknya tidak berantakan, kan?” katanya, tersenyum bulan sabit. Camilla pun masuk tanpa ragu. Walaupun hal pertama yang dia pikirkan saat masuk ke kontrakan satu petak ini, Camilla berpikir tentang kehidupan April yang berubah 360 derajat. Camilla masih ingat bahwa April adalah orang dari keluarga berada, walaupun tidak sekaya keluarganya. Tapi tak pernah Camilla sangka, jika dia semiskin ini. “Aku akan duduk disana,” kata Camilla sambil menunjuk kursi berwarna merah. “Baiklah,” jawabnya ramah. April pergi mencari obat P3K nya. Tapi dia memiki
Pertemuan diam-diam antara April dan Leo. Hal ini mendapat persetujuan Camilla, karena Camilla ingin April diam-diam masuk ke rumahnya untuk mengambil barang berharga yang Camilla masuk. Camilla tahu jika kejadian ini terlalu sulit untuknya. Dia perlu pergi dari keramaian untuk sementara waktu sambil memikirkan strategi agar Tomi tak membunuhnya. Tapi, bantuna April tidak begitu cukup untuknya. “Permisi.” April memasuki kediaman Camilla dan Leo. Di dalam, April bahkan tidak mendapatkan sambutan dari para pelayan rumah ini lagi. “Ah, semua karyawan, aku memintanya untuk pulang kampung beberapa minggu,” kata Leo yang langsung menghampiri dengan kedatangan April yang membuatnya tersipu. “Begitu, ya.” April mengerti. Kejadian yang menimpa Camilla baru-baru ini ternyata berimbas pada mereka. Leo hanya meminta satu pelayan saja yang bekerja di pagi hari saja. Karena Leo suka rumah yang sepi seperti ini. “Ayo, masuk. Tunggu, ya. Aku akan buatkan kamu kopi,” katanya. Leo pergi ke dapur
Di subuh hari, April membuka matanya. Hening sekali. Hanya ada dirinya dan Leo. Tangannya melingkari pinggang April yang kecil. Lalu, dia juga menyandaran kepalanya pada dada April. "Sesaknya. Aku benar-benar tidak nyaman harus melakukan ini," batinnya. Leo seperti pria yang tidak tidur berhari-hari. Wajahnya yang lelah, seolah-olah terbayar atas kejadian semalam. "Hah! Barang itu … Aku harus mencarinya." Setelah kejadian semalam, April memberikan obat tidur yang larut dalam segelas air untuk Leo. Buktinya, Leo sekarang belum juga bangun. Ini adalah kesempatan untuk April, mencari barang berharga yang dimaksud oleh Camilla. Dengan cepat dan teliti, dia mencari barang berharga itu di beberapa laci kamarnya. "Ketemu!" April akhirnya menemukan barang berharga itu. Dia segera memasukannya pada tas miliknya. Tak lupa, dia juga menghapus sidik jarinya dan mengganti dengan sidik jari Camilla. TOK! TOK! "Leo! Apakah kamu ada di dalam? Maaf karena aku datang pagi sekali. Ada yang ingin
Kejutan kedua dimulai. Di sore yang mendekati malam, April membawa Camilla bermain di kawasan pantai dengan mobil sport sewaan. Ya, April bilang bahwa mobil itu hanya sewaan, padahal itu adalah mobil hadiah dadakan dari Angga hari ini. Menyenangkan ketika sang kekasih dapat diandalkan dalam segala hal seperti Angga. Rasanya semua rencana April bisa berjalan lancar karena bantuan Angga yang maksimal. Walaupun Angga tidak sedang bersamanya, tapi Angga menemani aksi April di kejauhan. “Huaaaah! Sudah berapa lama aku mengurung diri di kantor menyebalkan itu?” teriak Camilla. “Kamu seperti sedang mendapatkan kebebasan?” tanya April. Wajahnya yang cantik dapat dilihat dari kejauhan bulan sekalipun. Hembusan angin yang menyingkirkan rambut halusnya dengan penuh. “Ya! Inilah kebebasan yang sesungguhnya,” jawab Camilla girang. Dia mengangkat selendangnya ke udara. Membuat angin meniup kencang selendangnya. Terlihat, bahwa dia sangat bahagia. Padahal kemalangan baru saja terjadi kemarin. A
“Benarkah? Bolehkah aku mendengar alasannya?” tanya April, berusaha meremehkan Camilla. “Buktinya, Leo tidak pernah meminta untuk bercerai denganku. Buktinya, dia memiliki empati saat aku disiksa oleh Ayah mertua. Dia, hanya dia yang membelaku dan berusaha melindungiku sampai berlutut dan bersujud. Dia mencintaiku!” jelasnya. Camilla yang terpancing karena sedari tadi mengusiknya sampai membuatnya masuk jebakan dan berbicara omong kosong. “Bodoh! Kamu adalah wanita paling bodoh yang aku temui di dunia ini. Aksi Leo yang membela istrinya bukan karena kamu adalah istrinya. Bukan juga karena dia mencintaimu, Camilla. Tapi itu naluri manusia! Begitulah rekasi manusia normal!” jelasnya. Camilla tampak masih kebingungan jadi April menjelaskannya lagi seperti ini, “Ah, kamu masih tidak mengerti juga ternyata. Begini, Camilla. Bahkan jika seekor Anjing dewasa sedang disiksa secara brutal oleh Ayahnya, Leo akan bertindak sama.” “Apa?! Kamu membuatku sama dengan Anjing?!” “Heh! Kamu ini b
“Jacob! Tunggu aku!” teriak seorang anak perempuan yang cantik dan imut. “Tidak mau! Pergi, kamu!” Jacob mendorong tubuh anak perempuan seusianya di sekolah.Tapi anak perempuan tersebut tidak menangis walaupun Jacob mendorongnya keras. Dia berusaha untuk bangkit dengan coklat yang terbungkus rapi di sebuah tupperware. “Aku tahu dia akan melemparnya. Jadi aku yang cantik ini memiliki ide untuk membungkus dengan rapat agar tak jatuh,” gumam anak perempuan itu. “Jacob!” panggilnya lagi. Jacob terus berlari ke arah Ibunya—April. “Mama!” rengeknya. Dua memeluk tubuh April yang sedang menggendong Hailey Endaru—Adik Jacob.“Kenapa, sayang? Itu temanmu, kan? Kenapa sikapmu seperti itu kepada teman?” tanya April. Jacob malah menggerakkan pundaknya enggan dengan mulut yang cemberut. “Hai, kamu menyukai anakku?” tanya Angga kepada anak perempuan itu. Anak perempuan itu mengangguk dengan semangat. “Aku menyukai Jacob, Om. Aku mau memberikan cokelat ini tapi Jacob malah berlari. Ini cokla
“April!” lirihnya. Bahkan seorang Angga yang tidak takut apapun memiliki ketakutan akan istrinya yang meninggalkannya selama ini. Bahkan Angga yang pernah menjadi relawan di suatu Negara yang terdapat genosida itu tidak bisa dipungkiri, jika matanya enggan terbuka untuk melihat mata istri yang tertutup. Dengan keberanian yang tersisa, Angga menandatangani dokumen itu. Dia tidak tahu harus berbuat apa setelah ini. Di tidak bisa berpikir jernih. Dia hancur, melebihi apapun. “Wanita yang kudapatkan dengan penuh perjuangan agar tidak pergi, tapi kenapa dia malah tetap pergi dengan cara yang lain?” batin Angga. April sudah merasakan firasatnya dari awal. Sejak April memaksa untuk mengantarnya ke makam orang tuanya ternyata saat itulah April tahu dirinya akan menyusul pergi orang tuanya. “Sabar, Nak. Jangan seperti ini. Kasihan anakmu,” ucap Haira. Haira tak bisa menahan air matanya. Pasalnya, dia tahu seberapa besar cinta Angga kepada April.Dia juga terkejut, jika April yang dikenal
Kandungan April sudah menginjak sembilan bulan. Mungkin hanya menghitung hari April melahirkan. April memiliki permintaan sebelum dia melahirkan. Dia ingin pergi ke makam orang tuanya. Angga sudah meminta April untuk pergi saat sudah melahirkan beberapa bulan saja, tapi April bersikeras untuk pergi ke makam orang tuanya hari ini. Tak mau tahu, Angga pun menuruti keinginan April itu. Sekarang, April sudah berada di depan makam mereka. April cukup kuat melangkah dengan perut besarnya. Sementara Angga memayungi tubuh April yang terkena sengatan matahari. “Ayah, Ibu … Maaf karena telat datang kemari. Terakhir kali sebelum aku menikah, ya. Aku datang kemari bersama suamiku lagi. Lihatlah, dia rela memberikan payungnya padahal dia juga kepanasan seperti itu. Mirip sekali dengan Ayah. Aku tidak akan berlama-lama, Ayah. Aku hanya ingin memberikan bunga ini untuk kalian.”April menyimpan buket yang memiliki warna yang sama dengan buket di makam Ibunya. “Aku ingin mengatakan secara langsun
Momen romantis setelah pernikahan. Angga dan April memiliki hari libur, jadi mereka fokus untuk menghabiskan waktu di rumah April. Mereka masih tinggal di kawasan yang masih memiliki hawa penuh dendam itu.“Angga, temani aku ke ruang bawah tanah, yu,” pintanya. “Dengan senang hati, Tuan Putri,” balas Angga sambil mengecup punggung tangan April. April dan Angga akhirnya masuk ke tempat yang buat itu. Tempat dimana hawa dendam lebih kuat. Tempat yang menyimpan memori kenangan yang buruk. “Apa yang ingin kau lakukan di tempat ini?” tanya Angga. “Aku merasa sesak dengan ruangan ini. Informasi penting tentang orang yang kubalas, lalu foto-foto yang tidak ingin aku lihat juga masih ada. Aku ingin mencabut semua foto tu dan membakarnya. Lalu aku tidak mau melihat satu barang ini di rumahku lagi. Bagaimana jika kita menyingkirkan semuanya?” tanya April. Angga mengerti karena sejak awal, April tidak menyukai tempat ini. Tempat ini memang sangat mendukung untuk misi April, tapi tempat ini
Air susu dibalas dengan air tuba. Perilaku tak terpuji Toni itu akhirnya mendapatkan balasan yang setimpal walau tak perlu merenggut nyawa. Tapi hukuman ini angkah pantas bagi Tomi. Perusahaan bangkurut seecpat mengedipkan magta. Meski begitu, perusahaan ini diambil alih oleh April. Meski dia harus memulainya lagi dari nol, tapi April tidak ragu untuk menarik banyak saham, karena sejak awal, perusahaan ini memanglah milik Ayahnya. “Bersama dokumen rahasia ini, akan membangun kembali perusahaan yang Ayah bangun dengan susah payah sampai meninggalkan nyawa pada Pria tua bengis sepryi dia,” gummanya smabik emlikhta Tomi yang sednag diseret oleh Petugas Kepolisian. Di luar Perusahaan yang bangkrut ini, terdapat banyak media TV Swasta maupun Negeri yang mengolok-olok Tomi dengan senjaya miliknya. Entah itu ponsel, mic, atau mulut para wartawan yang pedas. “Pak Tomi, apakah Anda menyesal telah membunuh banyak orang?”“Pak Tomi, apakah Anda tidak memiliki niatan untuk minta maaf?”“Untu
Setelah mengadakan pernikahan, pasangan pengantin baru biasanya akan melakukan malam pertama. Walaupun ini bukan pertama kalinya, tapi ini akan menjadi waktu mereka menghabiskan malam pertama dengan keadaan sadar.April memakai pakaian yang menampilkan lekuk tubuh langsingnya. Paha yang mulus sangat terekspos. Dadanya yang terbelah menjadi bagian yang indah juga pasti tidak akan berhenti ditatap oleh Angga. “Hah, tenanglah. Aku tidak boleh gugup seperti ini. Aku yakin bisa melakukannya dengan baik dan cepat,” gumamnya sambil menganggukan kepalanya dengan percaya diri. “Eh, cepat? T-tapi dia selalu melakukan pemanasan dengan lama sekali. Tidak tidak! Jangan takut. Setidaknya, dia hanya akan melakukannya satu sekali.”KLEK!Angga membuka pintu kamar itu tanpa mengetuk dulu. Dia datang dengan handuk kimononya. Belahan dadanya sangat terekspos di tempat yang memiliki cahaya yang terang ini.“Pakaian itu sangat cocok untukmu,” kata Angga dengan tengil. Dia bahkan memberikan satu kedipan m
Langit yang membiru berubah menjadi gelap. Dia menunjukan kemeriah bintang yang mati jutaan tahun yang lalu dan bersinar di waktu yang tepat. Sinar bulan menerangi alam semesta ini. Alam pun mendukung kemeriahan pernikahan April dan Angga. Sorak sorai suara ratusan manusia yang berbahagia di pernikahan dua insan ini. Mereka bernyanyi di atas alunan piano yang menyejukan. Siang tadi, mereka sudah melakukan akad nikahnya dan sekarang sudah sah menjadi suami istri. Sedangkan malam ini merupakan acara jamuan penting bersama keluarga, kerabat dan sahabat terdekat. April dan Angga beberapa kali melangkah pada tamu yang menghadiri acaranya. “Se-selamat atas pernikahan kalian, ya. Aku turun bersukacita,” kata Sekretaris Zayn kepada dua insan itu. “Terima kasih. Kau carilah jodoh supaya hidupmu tidak melulu monokrom seperti itu,” balas Angga dengan candaanya.Orang yang mendengarnya antara harus tertawa atau terkejut. Pasalnya, Angga bukanlah orang yang bisa bercanda seperti itu di depan
Pernikahannya semakin dekat dan April ingin memberitahu orang-orang terdekatnya mengenai hari bahagianya. Termasuk Leo. Dia pergi sendirian untuk menemui leo di daerah pegunungan yang terdapat panti asuhan. Akses menuju ke tempat itu cukup mudah. Suasananya yang masih asri dan hawa dingin di pagi hari. Ya, April sengaja datang lebih pagi untuk menemui Leo. Setidaknya, dia ingin berlama-lama bersama orang yang cukup berjasa untuk hidupnya. Saat kaki menapak tanah yang lembab. April menemukan pria dengan bentuk tubuh yang dikenainya. Pria itu mengenakan pakaian yang tipis dengan wara yang sudah pudar. “Leo!” panggilnya dengan suara yang lantang. Semnetara Leon yang sedang mengaikan paaian anak-anak itu tampak mengenali suara yang tidak bisa dia lupakan. “Suara itu …” Leo membalikan badannya dengan wajah yang pucat dan lingkar hitam di bawah matanya. “Leo!” April berlari ke arahnya. Dia memeluk tubuh yang kehilangan banyak otot itu. Pelukan yang erat, dan inilah yang paling Leo rin
“Sayang, apakah kamu siap?” tanya Angga yang dibalas dengan anggukan gadis cantik ini. Mereka sudah berada di depan rumah orang tua Angga. Walaupun Angga sering tampil rapi dengan jas hitamnya, tapi kini dia ingin tampil lebih bebas untuk menyesuaikan pakaian April. Sedangkan April terlihat anggun dengan gaun merah mudanya. Riasan tipis yang memuat wajahnya fresh juga membuat Apri lebih cantik. Angga memberikan tangannya agar tanga April dapat menggandengnya. “Aku siap,” jawabnya sambil melempar senyum yang lebih lebar. Inilah, senyum yang tidak pernah April tunjukan pada siapapun setelah kematian orang tuanya. Akhirnya, pria pembernai ini dapat membangunka senyumyang sudah lama tidur itu. “Ayah, Ibu. Kami datang,” ucap mereka dengan kompak. Mereka memeluk satu sama lain. Apalagi kehadiran April sudah sangat ditunggu-tunggu. “Ibu rindu sekali kepada kalian. Apakah kalian sangat sibuk sampai sudah lama tidak menemui Ibu? Bercanda hahaha. Meski begitu, Ibu sudah membuatkan masak