Ide gemilang dari pria yang jarang lengah. April memang khawatir, tapi Angga tahu sifat Victoria yang masih sama. Dia adalah rubah yang licik. Penuh dengan tipu daya, tapi Angga bukan orang yang sama lagi seperti saat remaja, dia lebih hati-hati pada Victoria setelah itu. “April, aku dekat dengan beberapa media TV nasional. Mereka memiliki rasa tunduk yang lebih padaku, dari pada Artis seperti Victoria. Tapi tenang saja, aku hanya akan mengumumkan fakta dari mulut mereka.”“Maksudmu?” tanya April heran. Dia belum mengerti senjata apa yang akan Angga miliki. “Ini juga menjadi tugasmu, April. Berikan ini kepada nomor yang tertera. Tidak butuh waktu satu menit, mereka akan segera mengumumkannya untukku. Karena namaku lebih mereka tunggu dari pada namanya. Tapi karena Victoria sedang menjadi perbincangan yang hangat, ini akan menjadi keuntungan mereka dua kali lipat.” April melaksanakan perintah Angga saat itu juga. Membuat Email berisi rekaman Angga yang tengah berbincang dengan Victo
April tersenyum sebagai tanda balasannya. Sejak hari itu, kekacauan sedikit terjadi pada kehidupan Angga. April juga disibukkan dengan misi dan pekerjaannya sebagai sekretaris pribadi Angga itu. Sampai di waktu dua bulan itu, mereka baru menemui waktu yang lebih senggang dari biasanya. April biasanya selalu menggunakan waktu luang untuk misi balas dendamnya, namun terkadang April ingin melakukan me time, untuk recharge negeri. Seperti hari ini. “April, jangan karena kamu memiliki waktu senggang dan bisa bersantai, ya. Ini adalah waktu yang tepat untuk kencan,” ungkapnya. April menghela nafas. Ya, sudah jelas dia sedang bersama Angga yang cukup posesif. Pandangan April mengenai waktu untuk menyendiri pasti direbut oleh Angga agar menjadi waktu mereka. “Sejak kapan aku menjadi kekasihmu? Dasar pria brengsek!” balasnya. Membalikan dan memutar kedua bola matanya. Perasaan kesal ditengah malam yang seharusnya menjadi malam yang paling damai. “Sudahlah, aku ingin tidur sekarang karena
Sebuah kejutan yang sangat mengejutkan. Angga menempelkan bibirnya pada bibir gadis itu. Sedari tadi, Angga menatapnya dengan pandangan serigala yang lapar. Tak bisa, dia sudah tak bisa meninggalkan kesempatan ini. “April, kamu tidak bisa menolak,” ucapnya, dan Angga membuat kecupan itu semakin dalam. Suara dua benda yang saling menyatu menjadi suara satu-satunya di keheningan tetangga yang terlelap. April mendorong tubuh Angga, karena dengan begitulah benda di bawah hidungnya akan terlepas dari tautannya. April menghirup udara kasar. Angga benar-benar tak memberinya waktu untuk bernafas. “Hentikan, Angga. Pulanglah. Bukankah kamu juga sudah lelah juga?” kata April. Nafasnya terengah-engah. Matanya menatap Angga dengan kesal. Tapi berbeda dengan Angga, pria itu tidak peduli dengan apa yang dikatakannya. Sekarang, Angga memilih egonya sendiri. Dia kembali mengecup bibir April dalam-dalam. Walaupun April beberapa kali menolak, tapi akhirnya dia membalas Angga. Memejamkan mata dan
“Akhirnya, hari ini datang juga.” April memegang beberapa dokumen kurang dari 10 lembar itu. Tak hanya dokumen, April juga mengantongi hal-hal berharga lainnya di dalam tas khusus. Walaupun tas itu tidak terlihat begitu mencurigakan, karena warnanya yang sangat manis dan feminim. Sebuah bom yang terbungkus rapi di dalamnya, April siap untuk meluncurkan sesuatu yang dapat meledakan seseorang beserta orang terdekatnya. “Hal ini membuatku gugup. Setelah bom ini berhasil diledakan, dia pasti langsung lumpuh. Tapi jika dia mati, itu bukan urusanku. Malahan, itu lebih baik, bukan? Baiklah, aku akan memperlihatkan sisi jahatku pada dunia. Dunianya, hahaha!” tawanya keras. Negara ini yang dibungkus seindah mungkin sedang mengupas cangkangnya sedikit demi sedikit, dan mulai memperlihatkan sisi gelap di dalamnya. Para pejabat rendah, Artis yang polos memperlihatkan sisi iblisnya, dan para penggerak Negara—Pemilik perusahaan besar yang kotor. Sesuatu yang kotor ditutupi dengan selimut tebal
Perbuatan Camilla di masa lalu menjadi jejak yang sangat buruk untuknya begitupun semua orang yang berhubungan dengannya. Dunianya palsu. Ketika dia mendapati titik hitam dihatinya, semua orang berpencar untuk menjauhinya. Kejamnya, tidak ada satu orangpun yang ada di samping Camilla. TRING! TRING! TRING!Bunyi dering mematikan. Para pekerja perusahaan besar di bawah naungan Tomi menghubungi banyak hal tentang beberapa kerugian yang di dapati. Bayangkan, Negara ini adalah Negara yang akan hancur, ketika etika yang diajarkan dan dijunjung tinggi berbelok padahal lain. Mka, itu sebuah bencana. “Halo, ya, maaf ya Pak. Mengenai skandal yang Bapa katakan, akan kami urusi secepat mungkin.” “Halo, ya?!” “Maaf, Bu. Kami sedang sibuk sekarang.” “ARGHHHHHH” teriak tomi, di dalam ruang kerjanya. Pria keriput yang sudah meninggalkan jejak uban, dan pemilik tampang sangarnya itu kini tenag frustasi pada keadaan perusahaan yang berbalik. Jika kemarin nama perusahaanya harus, kini bau busuk.
Leo yang tidak memiliki aura seperti singa. Jauh dari itu, dia adalah manusia menyebalkan yang April lihat. Penuh manipulatif dalam hidupnya. Membuat orang sekitar terlihat bodoh, dan haus validasi. "Camilla, ikut aku sekarang!" tegasnya kepada istrinya yang sedang terserang kepanikan yang tinggi itu. "Leo, aku bisa jelaskan—""Aku akan menolongmu!" potong Leo. Camilla menganga saat Leo mengatakan hal itu. Benar. Yang Camilla inginkan sekarang adalah seseorang yang mengulurkan tangannya. Memeluk tubuhnya yang penuh dosa di masa lalu. Yang mengerti perihal perbuatannya dulu. Yang tidak akan meninggalkan dia dalam keadaan apapun, sehancur apapun, dan sefatal apapun kesalahannya. Tak pernah Camilla sangka, jika pria yang paling dingin itulah orangnya. Camilla membalas uluran tangannya. "Benarkah? Kamu akan menolongku?" tanya dia penuh harap dan keyakinan. "Tentu saja. Kamu istriku. Istri dan suami adalah satu jiwa. Jika ada kesalahan yang kamu perbuat, maka aku juga harus bertanggu
“T-tidak, Ayah. Itu adalah pilihan yang sulit bagiku,” balasnya. Tubuh itu merangkak pada sang kaki Iblis. Tangisan yang meraung jelas, permohonan yang diucapkan berkali-kali, dan janji yang dia lontarkan melebihi janjinya kepada diri sendiri. Tapi Tomi adalah Iblis dari segala Iblis. Dia memiliki hati yang jahat. Tak ada ampun bagi menantu satu-satunya itu. Amarah yang jelas tak dipendam pun akan bergejolak di segala tempat. Tak memandang bulu siapa yang sedang dihadapinya, kecuali orang yang lebih tinggi derajat dari padanya. Begitulah Tomi. “Dasar jalang! Aku sudah membuat kamu pilihan, kamu tidak bisa menjawabnya! Memangnya aku ini lelucon, apa?!” teriaknya. Satu, dua, bahkan tiga kali tongkat golf kesayangan, tongkat golf yang sudah menjadi saksi bisu dari tahu-tahun lamanya itu, kini memukul menantunya juga. Tentu saja tongkat tersebut tidak bergerak sendiri, melainkan hati Tomi yang seperti iblislah yang melakukannya. “Aaaakkkk! teriakannya kencang. “A-ayah, aku mohon, he
Tubuh yang bersimbah darah, harapan yang sangat tipis. Begitulah yang sedang Camilla rasakan sekarang. Penderitaan wanita saat ini, adalah karma dari apa yang dia perbuat di masa lalu kepada teman sebayanya. Kepada teman yang melangkahinya. Kepada teman yang memiliki derajat lebih rendah dari padanya. "A-aku takut …" Ketakutan, kesepian, kekecewaan yang mendalam sedang dia rasakan. Tak pernah Camilla bayangkan jika dia akan menerima hasil dari kehahatannya sendiri. Seolah-olah tubuh berdaging yang dioyak-oyak dengan jahat dan tidak manusiawi. "Camilla!" panggil Leo. Wajahnya yang selalu menampakan ekspresi dingin itu, kini menampakan raut wajah yang sedih dan pilu. Hati yang ingin menolong lebih banyak, tapi Tomi adalah penguasa sebenarnya pada raga anaknya itu. "Biarkan dia pergi, Leo!" ucap Tomi. Tomi merasa sudah melonggarkan tangannya. Sampai hukuman yang dapat merenggut nyawa Camilla itu tidak terjadi. Tapi Tomi tidak mau Leo terlibat dengannya sekara ini. Sampai Camilla bi
“Jacob! Tunggu aku!” teriak seorang anak perempuan yang cantik dan imut. “Tidak mau! Pergi, kamu!” Jacob mendorong tubuh anak perempuan seusianya di sekolah.Tapi anak perempuan tersebut tidak menangis walaupun Jacob mendorongnya keras. Dia berusaha untuk bangkit dengan coklat yang terbungkus rapi di sebuah tupperware. “Aku tahu dia akan melemparnya. Jadi aku yang cantik ini memiliki ide untuk membungkus dengan rapat agar tak jatuh,” gumam anak perempuan itu. “Jacob!” panggilnya lagi. Jacob terus berlari ke arah Ibunya—April. “Mama!” rengeknya. Dua memeluk tubuh April yang sedang menggendong Hailey Endaru—Adik Jacob.“Kenapa, sayang? Itu temanmu, kan? Kenapa sikapmu seperti itu kepada teman?” tanya April. Jacob malah menggerakkan pundaknya enggan dengan mulut yang cemberut. “Hai, kamu menyukai anakku?” tanya Angga kepada anak perempuan itu. Anak perempuan itu mengangguk dengan semangat. “Aku menyukai Jacob, Om. Aku mau memberikan cokelat ini tapi Jacob malah berlari. Ini cokla
“April!” lirihnya. Bahkan seorang Angga yang tidak takut apapun memiliki ketakutan akan istrinya yang meninggalkannya selama ini. Bahkan Angga yang pernah menjadi relawan di suatu Negara yang terdapat genosida itu tidak bisa dipungkiri, jika matanya enggan terbuka untuk melihat mata istri yang tertutup. Dengan keberanian yang tersisa, Angga menandatangani dokumen itu. Dia tidak tahu harus berbuat apa setelah ini. Di tidak bisa berpikir jernih. Dia hancur, melebihi apapun. “Wanita yang kudapatkan dengan penuh perjuangan agar tidak pergi, tapi kenapa dia malah tetap pergi dengan cara yang lain?” batin Angga. April sudah merasakan firasatnya dari awal. Sejak April memaksa untuk mengantarnya ke makam orang tuanya ternyata saat itulah April tahu dirinya akan menyusul pergi orang tuanya. “Sabar, Nak. Jangan seperti ini. Kasihan anakmu,” ucap Haira. Haira tak bisa menahan air matanya. Pasalnya, dia tahu seberapa besar cinta Angga kepada April.Dia juga terkejut, jika April yang dikenal
Kandungan April sudah menginjak sembilan bulan. Mungkin hanya menghitung hari April melahirkan. April memiliki permintaan sebelum dia melahirkan. Dia ingin pergi ke makam orang tuanya. Angga sudah meminta April untuk pergi saat sudah melahirkan beberapa bulan saja, tapi April bersikeras untuk pergi ke makam orang tuanya hari ini. Tak mau tahu, Angga pun menuruti keinginan April itu. Sekarang, April sudah berada di depan makam mereka. April cukup kuat melangkah dengan perut besarnya. Sementara Angga memayungi tubuh April yang terkena sengatan matahari. “Ayah, Ibu … Maaf karena telat datang kemari. Terakhir kali sebelum aku menikah, ya. Aku datang kemari bersama suamiku lagi. Lihatlah, dia rela memberikan payungnya padahal dia juga kepanasan seperti itu. Mirip sekali dengan Ayah. Aku tidak akan berlama-lama, Ayah. Aku hanya ingin memberikan bunga ini untuk kalian.”April menyimpan buket yang memiliki warna yang sama dengan buket di makam Ibunya. “Aku ingin mengatakan secara langsun
Momen romantis setelah pernikahan. Angga dan April memiliki hari libur, jadi mereka fokus untuk menghabiskan waktu di rumah April. Mereka masih tinggal di kawasan yang masih memiliki hawa penuh dendam itu.“Angga, temani aku ke ruang bawah tanah, yu,” pintanya. “Dengan senang hati, Tuan Putri,” balas Angga sambil mengecup punggung tangan April. April dan Angga akhirnya masuk ke tempat yang buat itu. Tempat dimana hawa dendam lebih kuat. Tempat yang menyimpan memori kenangan yang buruk. “Apa yang ingin kau lakukan di tempat ini?” tanya Angga. “Aku merasa sesak dengan ruangan ini. Informasi penting tentang orang yang kubalas, lalu foto-foto yang tidak ingin aku lihat juga masih ada. Aku ingin mencabut semua foto tu dan membakarnya. Lalu aku tidak mau melihat satu barang ini di rumahku lagi. Bagaimana jika kita menyingkirkan semuanya?” tanya April. Angga mengerti karena sejak awal, April tidak menyukai tempat ini. Tempat ini memang sangat mendukung untuk misi April, tapi tempat ini
Air susu dibalas dengan air tuba. Perilaku tak terpuji Toni itu akhirnya mendapatkan balasan yang setimpal walau tak perlu merenggut nyawa. Tapi hukuman ini angkah pantas bagi Tomi. Perusahaan bangkurut seecpat mengedipkan magta. Meski begitu, perusahaan ini diambil alih oleh April. Meski dia harus memulainya lagi dari nol, tapi April tidak ragu untuk menarik banyak saham, karena sejak awal, perusahaan ini memanglah milik Ayahnya. “Bersama dokumen rahasia ini, akan membangun kembali perusahaan yang Ayah bangun dengan susah payah sampai meninggalkan nyawa pada Pria tua bengis sepryi dia,” gummanya smabik emlikhta Tomi yang sednag diseret oleh Petugas Kepolisian. Di luar Perusahaan yang bangkrut ini, terdapat banyak media TV Swasta maupun Negeri yang mengolok-olok Tomi dengan senjaya miliknya. Entah itu ponsel, mic, atau mulut para wartawan yang pedas. “Pak Tomi, apakah Anda menyesal telah membunuh banyak orang?”“Pak Tomi, apakah Anda tidak memiliki niatan untuk minta maaf?”“Untu
Setelah mengadakan pernikahan, pasangan pengantin baru biasanya akan melakukan malam pertama. Walaupun ini bukan pertama kalinya, tapi ini akan menjadi waktu mereka menghabiskan malam pertama dengan keadaan sadar.April memakai pakaian yang menampilkan lekuk tubuh langsingnya. Paha yang mulus sangat terekspos. Dadanya yang terbelah menjadi bagian yang indah juga pasti tidak akan berhenti ditatap oleh Angga. “Hah, tenanglah. Aku tidak boleh gugup seperti ini. Aku yakin bisa melakukannya dengan baik dan cepat,” gumamnya sambil menganggukan kepalanya dengan percaya diri. “Eh, cepat? T-tapi dia selalu melakukan pemanasan dengan lama sekali. Tidak tidak! Jangan takut. Setidaknya, dia hanya akan melakukannya satu sekali.”KLEK!Angga membuka pintu kamar itu tanpa mengetuk dulu. Dia datang dengan handuk kimononya. Belahan dadanya sangat terekspos di tempat yang memiliki cahaya yang terang ini.“Pakaian itu sangat cocok untukmu,” kata Angga dengan tengil. Dia bahkan memberikan satu kedipan m
Langit yang membiru berubah menjadi gelap. Dia menunjukan kemeriah bintang yang mati jutaan tahun yang lalu dan bersinar di waktu yang tepat. Sinar bulan menerangi alam semesta ini. Alam pun mendukung kemeriahan pernikahan April dan Angga. Sorak sorai suara ratusan manusia yang berbahagia di pernikahan dua insan ini. Mereka bernyanyi di atas alunan piano yang menyejukan. Siang tadi, mereka sudah melakukan akad nikahnya dan sekarang sudah sah menjadi suami istri. Sedangkan malam ini merupakan acara jamuan penting bersama keluarga, kerabat dan sahabat terdekat. April dan Angga beberapa kali melangkah pada tamu yang menghadiri acaranya. “Se-selamat atas pernikahan kalian, ya. Aku turun bersukacita,” kata Sekretaris Zayn kepada dua insan itu. “Terima kasih. Kau carilah jodoh supaya hidupmu tidak melulu monokrom seperti itu,” balas Angga dengan candaanya.Orang yang mendengarnya antara harus tertawa atau terkejut. Pasalnya, Angga bukanlah orang yang bisa bercanda seperti itu di depan
Pernikahannya semakin dekat dan April ingin memberitahu orang-orang terdekatnya mengenai hari bahagianya. Termasuk Leo. Dia pergi sendirian untuk menemui leo di daerah pegunungan yang terdapat panti asuhan. Akses menuju ke tempat itu cukup mudah. Suasananya yang masih asri dan hawa dingin di pagi hari. Ya, April sengaja datang lebih pagi untuk menemui Leo. Setidaknya, dia ingin berlama-lama bersama orang yang cukup berjasa untuk hidupnya. Saat kaki menapak tanah yang lembab. April menemukan pria dengan bentuk tubuh yang dikenainya. Pria itu mengenakan pakaian yang tipis dengan wara yang sudah pudar. “Leo!” panggilnya dengan suara yang lantang. Semnetara Leon yang sedang mengaikan paaian anak-anak itu tampak mengenali suara yang tidak bisa dia lupakan. “Suara itu …” Leo membalikan badannya dengan wajah yang pucat dan lingkar hitam di bawah matanya. “Leo!” April berlari ke arahnya. Dia memeluk tubuh yang kehilangan banyak otot itu. Pelukan yang erat, dan inilah yang paling Leo rin
“Sayang, apakah kamu siap?” tanya Angga yang dibalas dengan anggukan gadis cantik ini. Mereka sudah berada di depan rumah orang tua Angga. Walaupun Angga sering tampil rapi dengan jas hitamnya, tapi kini dia ingin tampil lebih bebas untuk menyesuaikan pakaian April. Sedangkan April terlihat anggun dengan gaun merah mudanya. Riasan tipis yang memuat wajahnya fresh juga membuat Apri lebih cantik. Angga memberikan tangannya agar tanga April dapat menggandengnya. “Aku siap,” jawabnya sambil melempar senyum yang lebih lebar. Inilah, senyum yang tidak pernah April tunjukan pada siapapun setelah kematian orang tuanya. Akhirnya, pria pembernai ini dapat membangunka senyumyang sudah lama tidur itu. “Ayah, Ibu. Kami datang,” ucap mereka dengan kompak. Mereka memeluk satu sama lain. Apalagi kehadiran April sudah sangat ditunggu-tunggu. “Ibu rindu sekali kepada kalian. Apakah kalian sangat sibuk sampai sudah lama tidak menemui Ibu? Bercanda hahaha. Meski begitu, Ibu sudah membuatkan masak