April tersenyum sebagai tanda balasannya. Sejak hari itu, kekacauan sedikit terjadi pada kehidupan Angga. April juga disibukkan dengan misi dan pekerjaannya sebagai sekretaris pribadi Angga itu. Sampai di waktu dua bulan itu, mereka baru menemui waktu yang lebih senggang dari biasanya. April biasanya selalu menggunakan waktu luang untuk misi balas dendamnya, namun terkadang April ingin melakukan me time, untuk recharge negeri. Seperti hari ini. “April, jangan karena kamu memiliki waktu senggang dan bisa bersantai, ya. Ini adalah waktu yang tepat untuk kencan,” ungkapnya. April menghela nafas. Ya, sudah jelas dia sedang bersama Angga yang cukup posesif. Pandangan April mengenai waktu untuk menyendiri pasti direbut oleh Angga agar menjadi waktu mereka. “Sejak kapan aku menjadi kekasihmu? Dasar pria brengsek!” balasnya. Membalikan dan memutar kedua bola matanya. Perasaan kesal ditengah malam yang seharusnya menjadi malam yang paling damai. “Sudahlah, aku ingin tidur sekarang karena
Sebuah kejutan yang sangat mengejutkan. Angga menempelkan bibirnya pada bibir gadis itu. Sedari tadi, Angga menatapnya dengan pandangan serigala yang lapar. Tak bisa, dia sudah tak bisa meninggalkan kesempatan ini. “April, kamu tidak bisa menolak,” ucapnya, dan Angga membuat kecupan itu semakin dalam. Suara dua benda yang saling menyatu menjadi suara satu-satunya di keheningan tetangga yang terlelap. April mendorong tubuh Angga, karena dengan begitulah benda di bawah hidungnya akan terlepas dari tautannya. April menghirup udara kasar. Angga benar-benar tak memberinya waktu untuk bernafas. “Hentikan, Angga. Pulanglah. Bukankah kamu juga sudah lelah juga?” kata April. Nafasnya terengah-engah. Matanya menatap Angga dengan kesal. Tapi berbeda dengan Angga, pria itu tidak peduli dengan apa yang dikatakannya. Sekarang, Angga memilih egonya sendiri. Dia kembali mengecup bibir April dalam-dalam. Walaupun April beberapa kali menolak, tapi akhirnya dia membalas Angga. Memejamkan mata dan
“Akhirnya, hari ini datang juga.” April memegang beberapa dokumen kurang dari 10 lembar itu. Tak hanya dokumen, April juga mengantongi hal-hal berharga lainnya di dalam tas khusus. Walaupun tas itu tidak terlihat begitu mencurigakan, karena warnanya yang sangat manis dan feminim. Sebuah bom yang terbungkus rapi di dalamnya, April siap untuk meluncurkan sesuatu yang dapat meledakan seseorang beserta orang terdekatnya. “Hal ini membuatku gugup. Setelah bom ini berhasil diledakan, dia pasti langsung lumpuh. Tapi jika dia mati, itu bukan urusanku. Malahan, itu lebih baik, bukan? Baiklah, aku akan memperlihatkan sisi jahatku pada dunia. Dunianya, hahaha!” tawanya keras. Negara ini yang dibungkus seindah mungkin sedang mengupas cangkangnya sedikit demi sedikit, dan mulai memperlihatkan sisi gelap di dalamnya. Para pejabat rendah, Artis yang polos memperlihatkan sisi iblisnya, dan para penggerak Negara—Pemilik perusahaan besar yang kotor. Sesuatu yang kotor ditutupi dengan selimut tebal
Perbuatan Camilla di masa lalu menjadi jejak yang sangat buruk untuknya begitupun semua orang yang berhubungan dengannya. Dunianya palsu. Ketika dia mendapati titik hitam dihatinya, semua orang berpencar untuk menjauhinya. Kejamnya, tidak ada satu orangpun yang ada di samping Camilla. TRING! TRING! TRING!Bunyi dering mematikan. Para pekerja perusahaan besar di bawah naungan Tomi menghubungi banyak hal tentang beberapa kerugian yang di dapati. Bayangkan, Negara ini adalah Negara yang akan hancur, ketika etika yang diajarkan dan dijunjung tinggi berbelok padahal lain. Mka, itu sebuah bencana. “Halo, ya, maaf ya Pak. Mengenai skandal yang Bapa katakan, akan kami urusi secepat mungkin.” “Halo, ya?!” “Maaf, Bu. Kami sedang sibuk sekarang.” “ARGHHHHHH” teriak tomi, di dalam ruang kerjanya. Pria keriput yang sudah meninggalkan jejak uban, dan pemilik tampang sangarnya itu kini tenag frustasi pada keadaan perusahaan yang berbalik. Jika kemarin nama perusahaanya harus, kini bau busuk.
Leo yang tidak memiliki aura seperti singa. Jauh dari itu, dia adalah manusia menyebalkan yang April lihat. Penuh manipulatif dalam hidupnya. Membuat orang sekitar terlihat bodoh, dan haus validasi. "Camilla, ikut aku sekarang!" tegasnya kepada istrinya yang sedang terserang kepanikan yang tinggi itu. "Leo, aku bisa jelaskan—""Aku akan menolongmu!" potong Leo. Camilla menganga saat Leo mengatakan hal itu. Benar. Yang Camilla inginkan sekarang adalah seseorang yang mengulurkan tangannya. Memeluk tubuhnya yang penuh dosa di masa lalu. Yang mengerti perihal perbuatannya dulu. Yang tidak akan meninggalkan dia dalam keadaan apapun, sehancur apapun, dan sefatal apapun kesalahannya. Tak pernah Camilla sangka, jika pria yang paling dingin itulah orangnya. Camilla membalas uluran tangannya. "Benarkah? Kamu akan menolongku?" tanya dia penuh harap dan keyakinan. "Tentu saja. Kamu istriku. Istri dan suami adalah satu jiwa. Jika ada kesalahan yang kamu perbuat, maka aku juga harus bertanggu
“T-tidak, Ayah. Itu adalah pilihan yang sulit bagiku,” balasnya. Tubuh itu merangkak pada sang kaki Iblis. Tangisan yang meraung jelas, permohonan yang diucapkan berkali-kali, dan janji yang dia lontarkan melebihi janjinya kepada diri sendiri. Tapi Tomi adalah Iblis dari segala Iblis. Dia memiliki hati yang jahat. Tak ada ampun bagi menantu satu-satunya itu. Amarah yang jelas tak dipendam pun akan bergejolak di segala tempat. Tak memandang bulu siapa yang sedang dihadapinya, kecuali orang yang lebih tinggi derajat dari padanya. Begitulah Tomi. “Dasar jalang! Aku sudah membuat kamu pilihan, kamu tidak bisa menjawabnya! Memangnya aku ini lelucon, apa?!” teriaknya. Satu, dua, bahkan tiga kali tongkat golf kesayangan, tongkat golf yang sudah menjadi saksi bisu dari tahu-tahun lamanya itu, kini memukul menantunya juga. Tentu saja tongkat tersebut tidak bergerak sendiri, melainkan hati Tomi yang seperti iblislah yang melakukannya. “Aaaakkkk! teriakannya kencang. “A-ayah, aku mohon, he
Tubuh yang bersimbah darah, harapan yang sangat tipis. Begitulah yang sedang Camilla rasakan sekarang. Penderitaan wanita saat ini, adalah karma dari apa yang dia perbuat di masa lalu kepada teman sebayanya. Kepada teman yang melangkahinya. Kepada teman yang memiliki derajat lebih rendah dari padanya. "A-aku takut …" Ketakutan, kesepian, kekecewaan yang mendalam sedang dia rasakan. Tak pernah Camilla bayangkan jika dia akan menerima hasil dari kehahatannya sendiri. Seolah-olah tubuh berdaging yang dioyak-oyak dengan jahat dan tidak manusiawi. "Camilla!" panggil Leo. Wajahnya yang selalu menampakan ekspresi dingin itu, kini menampakan raut wajah yang sedih dan pilu. Hati yang ingin menolong lebih banyak, tapi Tomi adalah penguasa sebenarnya pada raga anaknya itu. "Biarkan dia pergi, Leo!" ucap Tomi. Tomi merasa sudah melonggarkan tangannya. Sampai hukuman yang dapat merenggut nyawa Camilla itu tidak terjadi. Tapi Tomi tidak mau Leo terlibat dengannya sekara ini. Sampai Camilla bi
April datang lebih cepat, walaupun Camilla dengan tidak tahu diri bilang bahwa April datang sangat lama. Tapi April menahan amarahnya seperti biasa dengan senyum palsu. April membawa Camilla ke sebuah kontrakan kecil. Mereka sedang berada di luar yang terhubung dengan balkon. Pemandangan disana sangat bagus karena menampilkan cahaya kota di tengah malam. KLEK!“Ayo, Camilla. Kita masuk ke rumahku. Maaf kontrakanku sangat kecil, ya. Tapi setidaknya tidak berantakan, kan?” katanya, tersenyum bulan sabit. Camilla pun masuk tanpa ragu. Walaupun hal pertama yang dia pikirkan saat masuk ke kontrakan satu petak ini, Camilla berpikir tentang kehidupan April yang berubah 360 derajat. Camilla masih ingat bahwa April adalah orang dari keluarga berada, walaupun tidak sekaya keluarganya. Tapi tak pernah Camilla sangka, jika dia semiskin ini. “Aku akan duduk disana,” kata Camilla sambil menunjuk kursi berwarna merah. “Baiklah,” jawabnya ramah. April pergi mencari obat P3K nya. Tapi dia memiki