All Chapters of Suamiku Tidak Tahu Aku Banyak Harta: Chapter 91 - Chapter 100

114 Chapters

Bab 91

"kamu kenal dia, sayang?" Bisik mama pada kak Vela, yang di respon dengan anggukan. "Kamu ngapain, disini Vel?" tanya Vanesa, yang langsung menatap ke arah mama dan aku. "Ada perlu. Kamu sendiri?" "Aku ngikut teman. Ini siapa nya kamu?" "Ini mama ku, ini papa ku, dan ini adik ipar aku." Jawab kak Vela, seraya menunjukan kami satu persatu. "Jadi, itu keluarga kamu Vel?" tanya dokter Vanesa, yang mungkin tak percaya. "Iya, ini keluargaku. Tunggu, bukanya, itu rumah sakit tempat kamu kerja?" "Iya, aku kerja di rumah sakit itu," "Berarti, kamu mengantar teman mu yang maksut itu Dokter Adit?" "Iya," "Siapa yang membuat, berita sembarang ini?" tanya kak Vela, sembari menunjukan berita yang tengah terputar di ponsel nya.Dokter Vanesa, menoleh sekilas ke arah dokter Firman, yang tengah kebingungan. Terlihat, dirinya sudah ketakutan. Sepertinya, dia tahu kalau keluarga kak Vela berpengaruh besar di kota ini. "Ma..maaf, Ka..Kam-" ujarnya, dengan terbata - bata, yang di potong cepat
last updateLast Updated : 2023-11-03
Read more

Bab 92

Setelah sampai di rumah sakit, aku melihat wanita cantik yang tengah duduk di ruang tunggu, sembari sibuk dengan ponselnya. Ia memangku paper bag warana putih. Siapa lagi, kalau bukan sahabat tercantik ku itu. Aina. Lalu, aku menghampiri dirinya. "Udah lama, tunggu nya?" Tanyaku, pada Aina yang sedang duduk di ruang tunggu rumah sakit."Iya lama. Tapi, nggak apa - apa. Hehehe," Jawabnya sambil terkekeh. "Macet, banget." "Iya.. iya, tahu." Kami berdua pun, jalan beriringan menuju kamar rawat Robi. "Sorry ya, aku baru sempat besuk. Kemarin - kemari, aku sibuk di toko." Ujarnya. "Iya nggak apa - apa, ibu pengusaha!" Candaku, yang diikuti tawanya. "Gimana keadaan Robi?" "Sekarang, udah siuman. Doakan aja, semoga lekas membaik." "Syukurlah," Aku menceritakan perihal masalah yang di deritas Robi, yaitu lumpuh sementara. Lalu, perihal pelecehan itu, sambil membuka kan rekaman audio itu pada Aina. "Apa?! Kok bisa? Sekarang gimana?" "Yah, begitulah. Aku juga, nggak habis pikir. Sek
last updateLast Updated : 2023-11-04
Read more

Bab 93

Insiden dengan dokter Adit tempo hari telah usai. Ia di tahan dan di penjarakan atas kasus pelecehan dan pencemaran nama baik. Setelah mengklarifikasi masalah tersebut, ia meminta maaf kepada aku dan mama serta keluarga kami. Untuk dokter Firman dan Dokter Vanesa sendiri, sudah di tangani oleh pimpinan rumah sakit, tempat mereka bekerja. Pimpinan rumah sakit itu salah satu kerabat papa Bondan. Aku tak tahu lagi, bagaimana nasib mereka selanjutnya. Yang jelas, masalah ini sudah selesai. Satu minggu setelahnya, Robi mengetahui kejadian ini. Ia bertanya kepada aku dan mama Lina, mengenai masalah ini yang kebetulan mama Lina sedang berada di rumah kami. Awalnya, aku hendak menyangkal tapi, wajah mama dan aku sangat jelas terpampang di video itu. Yah, walaupun agak sedikit kabur, tapi itu sangat jelas jika orang yang mengenal mama dan diriku melihat video itu. Mau sembunyi bagaimana pun, ia akan tetap tahu. Apalagi, jejak digital yang belum sepenuhnya terhapus pada dunia maya itu. Apalagi
last updateLast Updated : 2023-11-05
Read more

Bab 94

Mumpung suami di luar negri, jadi hari ini aku akan ke toko untuk mengecek kemajuan toko belakangan ini, selama diriku di rumah. Setelah selesai dari toko, aku tak langsung pulang melainkan singah sebentar di toko bangunan Aina, untuk menjemput dirinya lalu makan siang bersama. "Hay Nel, ayok sini." Panggilnya, saat aku sudah berada di dalam ruangan kerja miliknya di toko bangunan tersebut. Aku mengamati sekitar, ternyata siang begini pelanggan nya banyak sekali. "Banyak banget ya, pelanggan mu?" "Iya, sore lebih ramai. Bahkan sampai aku turun tangan." jawabnya, yang masi fokus di komputer. "Kamu masi sibuk?" "Nggak kok, ini udah selesai." Jawabnya. Setelah berkemas di meja kerja, Aina langusung menarik tanganku untuk segera berangkat. "Mbak Nela!" Teriak sesorang memangilku, dengan suara yang sangat familiar. Siapa lagi kalau bukan Anton. "Eh, Anton." Sapa ku, yang melihat pria itu berjalan mendekat ke arah kami. "Mau ikut, Ton?" Tanya Aina, yang segera pria di depan kami ini
last updateLast Updated : 2023-11-06
Read more

Bab 95

Selepas kepergian Renata, aku dan Aina melanjutkan menikmati makan siang kami, sembari berbagai cerita seperti biasa."Nggak habis pikir loh, aku. Sebegitu viral nya masalah ini," "Sosial media mah, jalanya cepat." "Tapi, kok mereka bisa mengenali wajah ku? bukanya dalam video itu, wajah ku sedikit kabur ya?" "Namanya aka netizen, Nel. Pasti akan teliti." "Kayak nggak ada pekerjaan aja. Sebegitu teliti nya," Aku masi saja heran, dengan insiden ini. Pantesan saja, tadi di toko para pelanggan bertingkah aneh. Dan karyawanku mungkin ingin menanyakan, tapi segan dengan ku. Ah, biarlah! "Btw, gimana keadaan suami kamu?” tanya Aina, sambil menikmati udang saos manis yang merupakan makanan favoritnya itu. “Belakangan ini, udah ada kemajuan. Yang aku lihat, semakin membaik sih, Semoga aja dengan terapinya ke Singapura bisa membantu proses penyembuhan dia,” Jawabku.“Oh, Robi terapi Singapura?" "Iya," "Bagus tuh, Nel. Kualitasnya bagus," "Maka dari itu, kami melakukan terapi untuk di
last updateLast Updated : 2023-11-07
Read more

Bab 96

"Sepertinya memang benar, kalau kecelakaan bapak ini sudah di rencanakan," tutur pria yang berusia tak jauh dari Robi saat kami tiba di kantor. Ia adalah orang suruhan Robi. "Apakah, sudah menemukan orangnya?" Tanya Robi, pada pria itu. "Saya, belum menemukan pelakunya pak. Pelakunya itu, sepertinya bukan sembarang orang. Makanya, sulit sekali mengetahui," jawab Hendra. Yah, namanya Hendra saat kulihat nametag yang menempel pada kemejanya. Aku, Robi dan papa Bondan masi terdiam, mendengar perkataan nya. "Satu jam setelah bapak terpilih, ada orang mencurigakan yang mendekati mobil bapak. Saya melihat itu, dari cctv ini." Katanya sambil menyodorkan video rekaman cctv di ponselnya. Aku pun, ikut memandang video di ponsel tersebut. Terlihat, ada seorang yang berpakaian serba hitam dan mengunakan topo hitam beserta kacamata mendekat pada mobil Robi, yang kini sudah hancur lebur karena kecelakaan itu. Tapi, durasi pada video ini tak panjang. "Kenapa videonya singkat saja?" tanya papa
last updateLast Updated : 2023-11-08
Read more

Bab 97

Hari demi hari, bulan demi bulan berlalu. Setiap bulan tak lupa Robi bersama mama menjalankan rutinitas terapi di Singapore. Kini, kondisinya sudah lebih baik. Tapi, jalannya masi pelan - pelan dan belum bisa menyetir. Aku selalu wanti - wanti terhadapnya. Takut tiba - tiba jatuh, karena keadaan tulang kaki yabg belum begitu kuat. Sudah lama ini, aku tak mendengar kabar tentang pelaku yang mencelakan dirinya. Orang suruhan papa maupun Robi, tak dapat menemukan jejak sedikitpun. Semenjak insiden rekaman video cctv itu, Hendra tidak dapat dipercayakan lagi. Mungkin, suamiku ini mencari tahu, tapi tak memberitahu aku. Entahlah. "Kalau udah selesai kerja, jangan lupa kabarin ya, kita makan siang bareng." Tukasku pada Robi, saat aku mengantarnya ke kantor. "Iya sayang. Kamu hati - hati ya, nyetirnya. Jangan melamun," sahutnya, sembari mencium keningku. Setelah memastikan dirinya sudah masuk ke dalam perusahan nya, aku segera pergi ke toko. Ting! Satu pesan masuk, saat aku sedang bert
last updateLast Updated : 2023-11-09
Read more

Bab 98

Ting! Satu pesan masuk, di aplikasi hijauku. Aku segera membuka, dan betapa kagetnya diri ini saat membaca isi pesan tersebut......Hah? Seakan tak percaya dengan isi pesan, yang beberapa menit masuk. Aku membaca pesan itu sekali lagi dengan melihat lebih jelas foto yang ikut terkirim. Pesan yang di kirim Imat, membuat kedua kaki ku lemas dan dada kian berdegup kencang. [Dialah, yang menang proyek besar pengganti perusahan Pak Robi,] itulah isi pesan tersebut. Bian Saputra Adhitama - pemilik perusahan bangunan Karya Adhitama. Iya! Dia adalah suami dari sahabatku Aina. Apa ini, alasan Aina kekeuh mengatakan kalau kecelakaan itu murni, terjadi? Atau, apakah Aina tak tahu perihal suaminya adalah pelaku? ****"Kenapa, Nel? Kok mukanya kesel gitu?" Tanya Aina, membuyarkan lamunan ku, yang masi menatap kosong, layar ponsel dengan berbagai pertanyaan. Apa yang harus aku lakukan? Apakah Robi, sudah tahu pelaku utamanya? Bagaimana jika, dia sudah tahu? Berbagai pertanyaan yang muncul me
last updateLast Updated : 2023-11-10
Read more

Bab 99

Pelayan yang menjatuhkan sendok tersebut, kembali untuk memberikan sendok yang baru. Saat melewati mejaku, ia tersenyum menatapku dengan kedipan mata. Aku membalas dengan hal serupa. Senyum jahat, tepatnya. Yah, aku membayar pelayan itu, untuk menaruh alat rekaman penangkap suara di bawa meja mereka, agar aku mendapatkan bukti yang akurat. Mendengar saja, tidak cukup untuk ku, maka harus disertai dengan bukti yang akurat. "Bagaimana pekerjaan, mas sekarang?" Tanya Aina, yang bisa terdengar dari meja ku. "Lancar sayang. Ini semua berkat dukungan kamu," jawab pria, yang adalah suaminya. "Baguslah. Aku selalu mendukung kamu, mas." "Tapi, apakah kamu yakin jika mereka tak tahu kebenaran yang sesungguhnya? apalagi, kamu dan Nela bersahabat dekat. " Tanya Bian. "Akan aku pastikan, Nela tak tahu. Tapi mas, tadi Nela ke toko," "Apa ada yang salah, jika dia ke toko?" "Tidak. Cuma tadi, waktu dia datang aku sedang menelpon dengan orang suruhan kita. Tapi, itu dia tak tahu. Lalu saat kit
last updateLast Updated : 2023-11-11
Read more

Bab 100

Dua minggu berlalu, aku jarang menghubungi Aina atau sebaliknya. "Hay, Nel. Udah lama nunggunya?" Tanya Aina, saat sudah sampai di cafe biasa tempat kami makan siang. "Nggak kok, baru lima menit yang lalu," jawabku, sembari tersenyum. Setelah memesan, kami pun berbincang seperti biasa sampai pesanan tiba di meja yang kami tepati. "Gimana toko kue mu?" "Begitu - begitu, aja." "Oh. Semoga, selalu berkembang ya," Aku hanya tersenyum, menanggapi perkataanya. "Oh iya, Na. Kami, kembali mencari pelaku kecelakaan itu," hardik ku, yang sontak saja ia langsung menatapku. "Loh, bukanya waktu itu kamu bilang dia udah nggak mau mencari tahu lagi, karena emang itu murni kecelakaannya?" hardik Aina. "Nggak ada yang murni. Jelas - jelas, kecelakan ini memang sudah di rencana," "Emang udah ada bukti?" Aku menatap lekat ke arahnya. Masi dengan tampang santai ia bertanya begitu. "Ada. Makanya, kami berniat mencari lagi," "Apa buktinya?" "Ada sebuah rekaman cctv, yang menangkap seseorang
last updateLast Updated : 2023-11-12
Read more
PREV
1
...
789101112
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status