Semua Bab Suamiku Tidak Tahu Aku Banyak Harta: Bab 71 - Bab 80

114 Bab

Bab 71 Pov Robi

P O V Robi. Begitu dapat telpon dari Bi Ijah, aku segera menuju ke rumah sakit, belum sempat bertanya penyebabnya apa, bi Ijah sudah mematikan telpon. Sepertinya wanita paruh baya itu juga sangat panik. Dengan kecepatan tinggi, aku melajukan mobil hingga sampai ke parkiran rumah sakit. Drittt....Drittt....Telpon ku berdering. Aku mengangkat telpon yang ternyata dari mama. "Hallo ma?" "Hallo sayang, kok rumah sepi? mama sama Nanda ada di rumah kalian, mau ngantar oleh - oleh, Nela mana?" ujar mama di ujung sana. Aku yang tengah berlari kecil, tak menjawab apa yang di tanyakan mama. "Robi? kamu kenapa? kamu di kantor? kenapa ngos-ngosan gitu?" tanya mama lagi."Aku di rumah sakit ma, Kar- " "Siapa sakit? apa Nela yang sakit? rumah sakit mana?" cecer mama, memotong ucapan ku. "Nela ma, aku baru dapat telpon tadi dari bi Ijah, lalu buru - buru ke rumah sakit" "Mama kesana ya, kirim alamat rumah sakit nya," "Iya ma, aku share lock," Tut! Aku mengirimkan alamat rumah sakit kep
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-12
Baca selengkapnya

Bab 72

P O V RobiTak tenang hatiku melihat orang yang aku cintai harus terbaring lemah. "Aku harus segera cari tahu!" ujar ku, sambil bangkit. "Tunggu dulu," Mama menarik tangan ku, untuk tetap duduk disamping nya. "Aku titip Nela ya ma," "Robi! mama bilang duduk!" "Aku nggak tenang ma, aku harus tahu siapa pelaku nya, aku akan periksa cctv. lalu, aku akan cepat balik lagi kesini." "Udah lah ma, kasian kaka nggak tenang. Kan ada kita disini. Nanti kan ada juga orang tua kak Nela," sahut Nanda, yang ikut membantu aku menyakinkan mama. "Sebentar lagi, orang tuanya sampai. Bagaimana jika mereka melihat kamu nggak ada?" "Tinggal mama, bilang yang sebenarnya," "Kamu yah, kalau dibilang selalu membantah. Kamu nggak dengar tadi dokter bilang apa? dan kamu nggak mau dengar hasil nya gimana?" Terpaksa aku kembali duduk, menunggu hasil operasi sambil berdoa. Selang beberapa jam, operasi itu tak kunjung usai. Aku semakin gugup. "Mbak Lin!" panggil mama Nisa - mama nya Nela- sambil berlari.
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-14
Baca selengkapnya

Bab 73

P O V Robi. Setelah sampai di rumah, aku segera memeriksa rekaman Cctv. "Tuan, minum dulu." Ujar bi Ijah, sambil menyerahkan segelas air putih kepada ku. "Terima kasih bi," segera ku ambil, lalu ku tekuk hingga tandas. Memang sedari tadi, aku sangat haus dan belum ada apa - apa yang masuk. Ku amati rekaman Cctv. Rekaman mulai berputar dari pagi hingga kejadian. Nela yang sedang menata bunga tiba - tiba, dihampiri oleh seorang wanita tua. Aku tak mengenali wanita itu. Lalu, datang seorang pria, yang tak asing lagi bagiku. Ku amati lebih dekat dan ternyata benar, dialah orangnya. Tangan ku mulai mengepal, menahan emosi. Ternyata itu wanita tua itu ibunya, mereka datang bersama untuk melabrak istriku. Tak menunggu lama, aku segera menyalin rekaman itu, lalu segera pergi. "Bi, jaga rumah ya. Aku mau pergi dulu, kalau ada apa - apa, segera kabari." "Baik tuan," "Ehm, ini untuk bibi. Terima kasih, bi Ijah udah dengan sabar menunggu di rumah sakit," aku menyerahkan tiga uang merah kepa
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-15
Baca selengkapnya

Bab 74

Aku terbangun, menatap langit - langit kamar yang asing. Aku berusaha mengingat, apa yabg terjadi, tapi kepalaku begitu berat. Yang ada dalam benak adalah 'suami' ku. Aku sangat merindukan dia. Serasa sudah lama tak menatap wajah tampan dan teduh suamiku itu. Yang aku lihat pertama adalah mama Lina dan Nanda. "Bi," panggil ku pelan, berharap dia datang. "Ma, kak Nela udah sadar." Itulah suara yang kudengar. Suara Nanda yang memangil mama. "Sayang, kamu udah sadar nak?" tanya mama, sambil menghampiriku. Aku hanya mengangguk, berat untuk menjawab. Tubuh terasa lemas, sehingga aku meras sakit pada seluruh tubuhku. Terlebih perut. Sontak aku memegang perutku yang tak membuncit lagi. "Ma, di mana bayi ku? kenapa perutku sudah mengecil?""Sayang, kamu tenang dulu." "Kenapa aku tak mengingat apa - apa?" aku mulai terisak. "Sayang.." mama Lina memeluk ku. "Mama. Dimana anak ku? apa ada terjadi hal buruk kepadaku?" "Tidak! cucu mama ada di kamar sebelah, lagi tidur." Jawab mama. Aku m
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-16
Baca selengkapnya

Bab 75

Setelah lebih dari lima hari dirawat di rumah sakit, akhirnya aku pulang ke rumah bersama putri ku, atas seizin dokter. "Obat nya, jangan lupa diminum ya bu," ujar salah satu perawat, sambil menatap ke arahku. Aku hanya tersenyum menangkapi. Mobil Papa Bonda, sudah menunggu kami, dan siap untuk melaju. Di dalam mobil, ada mama Lina dan papa Bondan. Karena kedua orang tuaku, menunggu kami di rumah. Setelah lumayan lama di perjalanan, akhirnya kami tiba juga di rumah. Mama dan papa siap menyambut kedatangan kami. Dania Larasati Maharani. Itulah nama putri kami. Atas kesepakatan bersama kedua keluarga, putri kami diberi nama Dania Larasati Maharani. Mama segera mengambil ahli mengendong Dania, dari genggaman mama Lina. "Cucuku, cantik banget kamu." "Ayok masuk," Para bapak - bapak lagi duduk bercengkerama, di ruang tengah. Sedangkan para ibu - ibu, lagi asyik bermain bersama si dede manis ini. Karena merasa haus, aku segera beranjak ke dapur untuk mengambil minum. "Mau kemana nak?"
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-17
Baca selengkapnya

Bab 76

Setelah Dani selesai ASI, ia pu tertidur pulas. Ah, wajah cantik itu tak jenuh - jenuh aku menatapnya. Saat hendak menidurkan Dania, agar aku bisa melanjutkan pekerjaan ku dari rumah, tiba - tiba terdengar ketokan pintu kamar. Tok tok..."Non, non!" Teriak bi Ijah, sambil mengetuk pintu kamar. Aku yang sedang meniduri Dania, segera buru - buru keluar. Untung Dania tak terbangun oleh teriakan bi Ijah. "Ada apa bi?" Tanya ku, sambil membuka pintu kamar. Wajah bi Ijah memucat. "Itu non, diluar.." bi Ijah, blak - blakan mengatakan nya. "Kenapa bi? Ada apa diluar?" tanya ku, dengan kening berkerut. Jujur, aku juga sedikit terkejut."Ada dua orang, yang datang nyari non sama tuan, sambil marah - marah. Dia ingin bertemu non. Sudah bibi katakan non nggak bisa di ganggu, dan tuan nggak ada di rumah. Tapi mereka ngotot, ingin bertemu," "Siapa? ""Saya Nggak tahu non, dua orang perempuan. Satunya sudah tua, satunya masi muda." Jawab bi Ijah. "Ya sudah, saya ke depan dulu temuin mereka. B
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-18
Baca selengkapnya

Bab 77

Satu bulan berada di rumah, akhirnya aku kembali bekerja di toko, seperti biasa. Dania, putri ku itu di jaga oleh baby siter baru kami. Bi Mey, nama asisten baru, yabg berusia lebih muda dari bi Ijah. Yah, umurnya sepadan dengan mama ku. Robi juga sudah mengizinkan aku, untuk bekerja seperti biasa. Tapi, seperti biasa pesan nya, jangan capek!Dua puluh menit lagi, waktu makan siang tiba. Setelah selesai mengurus beberapa pekerjaan, aku segera pulang makan siang di rumah. Karena, mungkin belum biasa dengan kedua buah dada yang terasa sakit, seolah - olah diminta untuk di keluarkan airnya. Aku juga mengunakan pompa ASI, tapi hanya pada hal - hal yang urgent. Seperi, meeting atau pekerjaan mendadak yang harus aku tangani dan meninggalkan Dania. Sebelum pulang, aku singgah sebentar di toko bangunan baru milik Aina, untuk mengantar pesanan nya, yaitu pizza. Karena, rute toko dan rumah searah, jadinya aku mampir sekalian mengunjungi toko bangunan itu. "Wah, besar banget toko mu. Na," "Heh
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-19
Baca selengkapnya

Bab 78

Matahari pagi, mulai merangkak naik menyinari permukaan. Aku terbangun dari tidur, saat ku mendengarkan suara tangisan putri kecil ku itu. Aku menatap sekeliling, terlihat suami ku yang tengah tertidur pulas di sofa sebelah. Aku melangkah, menyelimuti dirinya, yang aku tahu ia menyelimuti diri ku tanpa memikirkan dirinya. Setelah itu, dengan pelan aku melangka ke ranjang Dania. Lalu, dokter pun masuk untuk mulai memeriksa Dania. Saat sedang ber basa - basi dengan dokter, Robi pun terbangun. Mungkin suara kami yang sedikit mengganggunya. "Kalau begitu, saya permisi dulu ya," pamit dokter. "Baik dok, terima kasih." Balas ku. Dokter pun melangka keluar dari kamar rawat Dania. "Apa kata dokter?" "Kamu, pasti terganggu kan sama perbincangan aku dan dokter tadi?" Aku bertanya, sambil menatap wajahnya yang terlihat sangat letih. "Nggak kok sayang," "Istirahat lagi gih, kasihan kamu pasti kecapean." "Nggak sayang. Tadi apa kata Dokter?" "Katanya, Dania udah sehat. Siang, udah di per
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-20
Baca selengkapnya

Bab 79

Setelah menyelesaikan pekerjaan dan sudah waktunya makan siang, aku pun bergegas keluar dari ruangan kerja. Sesuai janji, aku dan Aina makan siang Bersama. Sebelumnya, susah pasti aku meminta izin kepada suami ku dulu. Dani Bersama baby siter nya di rumah. “Hay Na, udah lama nunggu nya?” tanya ku, saat sudah sampai di cafe janjian kami. Kebiasaan kami adalah, saling mencium pipi.“Hay Nel, Nggak kok. Aku juga baru sampai lima menit yang lalu,” jawabnya. Aku hanya tersenyum, lalu duduk di kursi yang berada di depannya.“Yuk pesan,” Ajak nya, lalu memanggil pelayan. Kami mulai memesan makanan kami. Setelah itu, pelayan cafe tersebut, membawa pesan kami ke meja. “Selamat menikmati,” ucap pelayan itu. “Terima kasih,” Kini, kami menikmati sambil bercanda gurau. Aku dan Aina tak pernah kehabisan bahan pembicaraan, kalau sudah bertemu begini. “Gimana toko bangunan mu?” “Akhir – akhir ini, mengalami kemajuan.”“Oh iya Na, di toko kamu itu ada karyawan yang Namanya Anton?” tiba – tiba,
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-21
Baca selengkapnya

Bab 80 Pov Rian

P O V Rian. Miris melihat nasib ini, yang tak sama seperti sepasang suami istri lainya. Ku kira, setelah Renata memutuskan untuk menanggalkan semua tahta yang ia miliki, kami akan hidup bahagia, ternyata tidak. Justru keadaan semakin buruk. Saat tempo hari bertemu Robi dan Nela di rumah sakit, aku sempat merasa iri dengan keharmonisan rumah tangga mereka. Iri melihat mereka yang direstui keluarga, dan saling mendukung. Tak pernah mempermasalahkan apapun, apalagi Nela yang berstatus janda. Iri melihat mereka saling merangkul, iri melihat mereka yang selalu tersenyum bahagia. Sedangkan aku? hanyalah di anggap sampah oleh mereka. Keberadaan ku bahkan tak di anggap sedikit pun, dan tak pernah memberi aku kesempatan untuk membahagiakan anak mereka. Beginilah kalau cinta dan status sosial tak sejalan. Menatap wajah Aiden, yang terang -terangan menjiplak wajah mamanya itu membuat aku merindukan wanita yang melahirkannya. Entah kemana dia pergi, bahkan aku tak tahu harus mencari kemana. Kam
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-22
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
12
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status