Home / Pernikahan / Jadi Miskin Di Hadapan Mertua / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Jadi Miskin Di Hadapan Mertua: Chapter 111 - Chapter 120

403 Chapters

Bukti 1

BUKTI 1Dinda segera masuk ke dalam kamarnya. Dia lupa harus menaruh CCTV ini. Walaupun sebenarnya dia yakin malam ini lelaki itu tak mungkin datang. karena tahu Bu Nafis berpindah ke kamar Ifah. Tapi Dinda setidaknya berusaha. Paling tidak ketika lelaki ini tak datang maka peneror itu akan tertangkap juga."Ya Allah semoga ini bisa mengumpulkan bukti siapa peneror itu sebenarnya," batin Dinda dalam hati.Dinda segera menghubungkan CCTV yang di belinya tadi. Mumpung sekarang Hasan sedang keluar masih di masjid. Tak perlu beberapa waktu lama CCTV itu sudah terpasang dengan HP Dinda tinggal menaruhnya di samping rumah. Tapi itu tak mungkin di lakukannya sekarang."Ah tak rugi aku membelinya hampir satu juta untuk CCTV kecil ini, gambarnya sangat jernih walau di malam hari," gumam Dinda sendiri.Hanya besok kesempatan Dinda memasang CCTV itu. Saat Hasan pergi berangkat kerja baru dia bisa memasangnya. Setelah semua terinstal dengan baik Dinda kembali menemui bu Nafis untuk membantunya me
Read more

RAPAT DENGAN IFAH!

RAPAT DENGAN IFAH! (BUKTI 2)"Apa Mbak?" sahut Ifah penasaran."Ternyata ini semua benar- benar berkaitan dengan Ibu, Mbak menemukan jawabannya," jelas Dinda.Ifah segera menggeret tangan Dinda sambil celingukan ke kiri dan ke kanan. Memastikan semua aman, lalu membawa Dinda masuk dalam kamarnya. Dinda dan Ifah sekarang duduk berhadapan."Bagaimana, Mbak?" tanya Ifah."Kau tahu tentang tetangga sebelah?" tanya Dinda."Pak Hendi sebelah barat, Pak Agus sebelah timur, yang mana Mbak?" tanya Ifah penasaran. "Pak Hendi," sahut Dinda."Oh iya ifa kenal dan tahu Mbak, memangnya kenapa?" tanya Ifah."Kebetulan dulu Laras itu teman ipah juga, anaknya yang nomor satu! Cuma kami beda SMA tapi dulu satu SMP," jelas Ifah."Bagaimana sikap Laras itu?" tanya Dinda mengintrogasi."Laras itu wataknya pemberani, dia juga lumayan keras sih Mbak, seperti ambisius begitu! Dia juga jago sekali bermain cerdas cermat dan catur! Oh ya satu lagi sih, dia atlet beladiri SH di salah satu perguruan pencak silat
Read more

SISI LAIN IFAH!

SISI LAIN IFAH"Ya perasaanmu bagaimana?" sahut Dinda."Jelas Ifah akan mendukung," sahut Ifah."Kau serius, Fah?" tanya Dinda."Ya mau bagaimana lagi, Mbak? Mbak Dinda pikir dengan usia Ifah yang sekarang ini bisa berbuat apa? Dengan pemikiran yang Ifah punya Ifah bisa apa? Mengubah semuanya dan melarang Ibu memiliki hubungan dengan lelaki lain, karena Ifah tak terima? Alasan apa yang Harus Ifah katakan, Mbak? Karena Ifah masih menyayangi Abah? Karena Ifah belum bisa terima jika Ibu memiliki lelaki lain selain Abah? Tak mungkin kan, Mbak?" jawab Ifah memberondong Dinda dengn sejumlah pertanyaan."Mungkin memang itu jalan terbaiknya untuk Ibu, Mbak! Ifah tak pernah melarang Ibu dekat dengan siapapun, karena Ifah sendiri juga menyadari bahwa tak bisa menemaninya setiap waktu, jadi mungkin memang Ibu ingin berbahagia dengan caranya sendiri," sambung Ifah.Dinda mengelus kepala Ifah perlahan. Dia tak henti- hentinya bersyuku, kaena adik iparnya sudah dimulai dewasa dan memiliki pengertia
Read more

Saat Papa Bukhari turun tangan! Bu Nafis terheran-heran!

Saat Papa Bukhari turun tangan! Bu Nafis terheran-heran!"Apa Hasan tak mau mengantarkanmu?" tanya papa Dinda."Mas Hasan....." Apa yang harus di katakan Dinda. Dinda takut papanya tambah marah saat tahu prilaku Hasan. Tapi jika tidak begitu alasan apa yang bisa Dinda katakan pada papanya. Papa Dinda menyadari sesuatu hal yang tak beres sedang terjadi."Jujur, katakanlah pada Papa apa yang terjadi sebenarnya? Mengapa kau tiba-tiba tidak diantar Hasan dan memilih naik travel?" tanya papa Dinda dengan setengah mendesak Dinda untuk jujur."Sebenarnya kemarin sudah berencana untuk ke Kediri dengan mengendarai mobil Abah, Pah! Tapi entah mengapa tiba-tiba Mas Hasan hari ini mengirim Dinda pesan agar bersiap, karena dijemput oleh travel nanti siang karena Mas Hasan sibul! Padahal Dinda sudah menyiapkan semuanya dalam koper," ujar Dinda sambil terisak menangis."Tak usah Kau berangkat! Batalkan saja travelnya, kalau memang sudah terlanjur maka bisa kau uruh berangkat sendiri! Paling hanya k
Read more

Kesalahan Fatal!

Kesalahan fatal!Bu Nafis langsung masuk ke dalam rumahnya. Dia segera mengambil handphone yang ada di atas meja rias kamar Ifah. Ifah sendiri kebetulan masih pergi ke rumah Laras temannya yang berada di samping rumah.[San sepertinya Dinda tadi tak jadi naik travel pulang ke Kediri tapi dia dijemput seorang pria tampan mengendarai mobil Alphard mahal]Send pesan terkirim pada Hasan. Ibu Nafis langsung duduk diranjang milik Ifah, dia masih takjub dan tak percaya melihat pemandangan yang beberapa saat lalu disaksikannya. Tak mungkin jika Dinda tak memiliki hubungan apa-apa dengan pria naik Alphard tadi. Terlihat jelas pria tadi sangat menghormati Dinda. Bahkan dia membukakan pintu untuknya melayani Dinda seperti layaknya bos atau juragan saja. Pakaian yang dikenakan pria itu juga rapi menggunakan setelan jas seperti yang ada di TV. Yang menjadi pertanyaan bu Nafis adalah siapa pria itu dan apa hubungannya dengan Dinda. Mengapa mendadak menantunya itu bisa menjadi kaya raya. Seketika B
Read more

BOOMERANG!

BOOMERANG!Hasan tertegun mendapati pesan dari istrinya Dinda. Dia tak menyangka dan tak mengira Dinda bisa mengirim pesan seperti itu. Selama ini Dinda adalah istri yang sangat menurut bukan tipikal istri yang mendominasi. Tetapi sepertinya akhir-akhir ini berbeda, dia telah berubah menjadi istri pembangkang dan tak bisa diatur. Bahkan mengarah ke arah semaunya sendiri."Apa dan siapa yang membuatmu seperti ini, Dek?" batin Hasan dalam hati.Hasan memutuskan untuk tidak membalas pesan itu. Karena dia sadar jika pesan itu di lanjutkan lagi, mungkin akan ada setan di antara mereka yang memanas-manasi dan membuat mereka emosi satu sama lain. Lebih baik ini di biarkan mereda terlebih dahulu, baru mereka akan membicarakannya lagi. Hasan segera menyelesaikan pekerjaannya di kantor sebelumnya dia sudah menghubungi satu tukang untuk membenahi jendela sang ibu.Sedangkan di rumah Bu Nafis berpindah kamar dengan memanfaatkan kamar Hasan untuk tempat tinggalnya sementara. Karena Dinda juga bera
Read more

Darah Yang Berceceran!

Darah yang berceceran"Bayangkan kalau itu terjadi pada anakmu, dia menyukai lelaki dan anak kita wanita! jika kita tak merestuinya lalu dia bertemu diam- diam dengan lelaki itu di belakang, bagaimana?" tanya bu Nafis."Ibu hanya takut Ifah terjerumus hubungan yang tidak benar. Lebih baik mereka jujur pada ibu bahwa benar ada hubungan. Suatu saat jika ada apa-apa ibu tahu pada siapa harus mencari dan siapa lelaki yang bertanggung jawab atas dirinya," jelas bu Nafis seolah-olah membijakkan dirinya di hadapan anak-anaknya.Padahal Bu Nafis tidak berniat seperti itu. Memang benar dia merestui hubungan Arif dengan Ifah karena Arif sudah PNS. Itu dirasa lebih aman daripada kehidupan anak-anaknya sekarang.Sekarang Mbak Alif terdiam mendengar penjelasan ibunya yang memang masuk akal. Mungkin dia akan berlaku seperti itu juga jika anaknya menemukan lelaki yang mapan. Tapi jujur saja hati Mbak Alif masih saja tak terima takut jika terjadi apa-apa dengan Ifah."Sudah, sudah tak usah di bahas l
Read more

KURETASE?

KURETASE?Dinda segera naik ke dalam mobil di ikuti dengan kedua orang tuanya. Mereka langsung pergi ke salah satu rumah sakit swasta terkenal di kotanya . Semua yang ada di dalam mobil ikut panik namun Dinda tak merasakan apapun dia juga tak merasakan sakit yang ada hanyalah rasa ketakutan luar biasa di hatinya. Dia takut jika sesuatu terjadi dalam kandungannya, sekitar lima belas menit. Mereka sampai di rumah sakit tujuan. Papa Dinda langsung turun dan berteriak di IGD meminta bantuan karena panik."Tolong, Dok! Tolong anak saya sudah pendarahan! Dia sedang hamil empat bulan," ujar Papa Dinda sambil menggeret lengan seorang suster yang di dekatnya."Baik, Pak! Sebentar, sebentar mana anaknya? Apakah bisa berjalan?" tanya suster UGD lagi."Bawakan kursi roda saja, Sus!" teriak seorang perawat lelaki di belakangnya.Tanpa banyak bicara lagi suster perempuan itu mengambil sebuah kursi roda dan berjalan di belakang Papa Dinda. Mereka menuju sebuah mobil, Dinda langsung di suruh duduk di
Read more

Keputusan Tanpa Hasan!

Keputusan tanpa Hasan."Apa itu artinya anak kami keguguran, Dok?" sahut Mama Dinda yang mulai paham ke mana arah pembicaraan dokter.Dengan berat hati dokter hanya menganggukkan kepalanya. Seketika tubuh Papa Dinda lurus menyender ke kursi. Mama Dinda langsung menghampiri Dinda. Berbeda dengan respon yang diduga Dinda justru tersenyum menguatkan."Sudah tak papa kok, Pah! Mama tak usah sedih juga, Mungkin memang belum rezeki, Dinda," ujar Dinda.Tanpa semua orang tahu sebenarnya Dinda memiliki pemikiran yang berbeda. Sedikit banyak dia mulai mengerti mengapa Tuhan memberikan jalan ini kepadanya. Mungkin memang ini jalan yang terbaik untuk rumah tangga mereka saat ini. Indah justru kasihan jika bayi ini lahir di dunia.Dinda merasa sebagai wanita psikisnya belum siap menjadi seorang ibu. Apalagi Hasan yang masih suka bertindak semaunya tidak mencerminkan sosok sedikitpun sebagai seorang ayah yang baik. Walaupun hati Dinda sakit setidaknya dia bersyukur jika memang kemungkinan terburuk
Read more

KABAR MENGEJUTKAN!

KABAR MENGEJUTKAN!'Tring'Satu pesan masuk di HP Hasan. Hasan mengeroko HP di sakunya dia melihat pesan dari siapa yang masuk ternyata satu pesan dari mertuanya. Segera dia membuka pesan itu sambil meminum kopi yang telah dibuatkan Pak Heru tadi.[Dinda harus menjalani operasi kuretase. Bayi kalian meninggal, ini dinda masuk ruang operasi]'prang' Cangkir yang berisi kopi dipegangnya tadi langsung luruh. Terjatuh di meja kerjanya dan pecah berkeping-keping. Air kopi itu membasahi semua file dokumen Hasan dan kertas yang ada di meja kerjanya. Pesan sampai berkali-kali mengerjakan matanya berharap dia salah membaca."Astaghfirullahaladzim innalillahi wa inna ilaihi rojiun," pekik Hasan tertahan.Dia duduk di kursinya sambil terbengong. Dia tak bisa berkata-kata lagi saat ini. Pikirannya kosong mencoba mencerna semua yang telah terjadi. Membaca pesan itu sekali lagi berharap dia salah. Tapi nyatanya pesan itu tak berubah dan masih sama.Hasan sege
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
41
DMCA.com Protection Status