Home / Pernikahan / Jadi Miskin Di Hadapan Mertua / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Jadi Miskin Di Hadapan Mertua: Chapter 101 - Chapter 110

403 Chapters

TEROR LANJUTAN!

TEROR LANJUTAN!"HASAN! DINDA!" teriak bu Nafis memotong ucapan Hasan di kamar."Asatagfirulloh!" teriak DInda terlonjak kaget."Ada apa, Mas? Ayo keluar!" perintah Dinda bergegas.Dinda dan Hasan segera keluar dari kamar. Mereka takut terjadi apa-apa dengan ibu Nafis. Sesaat setelah membuka pintu kamar, mereka tak mendapati bu Nafis di ruang tamu seperti saat terakhir mereka tadi. Dinda segera mencari ke kamar mertuanya, benar saja dia melihat pecahan kaca di kamar ibunya."Astaghfirullahaladzim, ada apa ini? Ibu mengapa bisa seperti ini?" tanya Dinda panik melihat pecahan kaca berserakan di lantai ruang kamar bu Nafis."Ibu tidak tahu, Ibu tadi mendengar suara 'prang' dari kamar, lalu Ibu masuk ke dalam rumah! Dan ternyata begitu Ibu datang sudah seperti ini," kata ini bu Nafis."Sudah, sudah biar Mas Hasan yang membersihkan pecahan beling dan kaca ini, kau dan Ibu minggir dulu! Ini bahaya jika terkena tubuh, biar Mas Hasan saja!" perintah Hasan.Dinda segera menggandeng lengan ibun
Read more

DI PALAK BU NAFIS SATU JUTA!

DI PALAK BU NAFIS SATU JUTA!"Benar apa yang di katakan Mbak Eva! Apakah aku harus menelpon Papa juga untuk ikut campur masalah ini? Mengingat Papa lebih punya kekuasaan dan uang, ini demi anak yang aku kandung, apa aku harus mengatakan jujur semuanya?" tanya Dinda dalam hati dengan bimbang."Baik Mbak, aku akan pertimbangkan lagi saran Mbak Eva! Makasih ya, Mbak! Sudah kalau begitu teleponnya Dinda tutup! Assalamualaikum," pamit Dinda.Setelah menelpon Eva Dinda keluar lagi. Dia menemui Bu Nafis, Hasan sudah kembali ke ruang tamu. Melihat istrinya keluar dari kamar."Bagaimana, Dek? Apakah Mas Zain sudah bisa di hubungi?" tanya Hasan."Belum Mas, kata Mbak Eva tadi sepertinya Mas Hasan masih ada pasien! Oh ya bungkusan itu Mas taruh mana?" tanya Dinda."Itu ada di luar," jawab Hasan."Apa sudah Mas buka? Isinya apa, Mas?" tanya Dinda"Belum, Mas belum berani membukanya, Dek! Mas takut kenapa- napa, apalagi kau hamil! Mas menunggu Mas Zain saja dulu," jelas Hasan."Tapi sudah Mas taru
Read more

VC DADAKAN!

VC DADAKAN!"Mas, benarkah kamu ikhlas aku pulang ke kediri?" tanya Dinda."Ya," sahut Hasan."Kenapa kamu sepertinya tidak ikhlas? Tidak suka dan tidak ridho, Mas?" tanya Dinda."Alah itu perasaan kamu saja, Dek!" jawab Hasan dengan nada tak suka."Wes sudah! Sudah! Ndak usah di perdebatkan lagi! Kayak anak kecil saja, ingat kalian ada anak! Masalah seperti ini saja untuk di perdebatkan," Omel bu Nafis.Hasan menggaruk kepalanya yang tak gatal. Sedangkan Dinda mendumel sendiri. Semenjak hamil dia memang sensitif pada semua orang. Untung bu Nafis saat ini sedang waras dan bijak. Sehingga bisa melerai pasangan suami istri itu."Oh iya Dinda, nanti ingat kalau di Kediri kau harus tetap jaga cucu Ibu! Baik-baik di sana, jangan berbuat dan makan sembarangan! Bawa gunting dan sesuatu yang tajam di tas, awas kalau terjadi apa- apa sama cucuku," ancam bu Nafis."Iya Bu, Iya! Dinda akan menjaga segenap hati dan sepenuh jiwa pada anak ini, cucu kesayangan
Read more

ANTARA SUAMI ATAU KELUARGA SENDIRI?

SUAMI ATAU KELUARGA SENDIRI?"Kau di mana, Fah? Cepat pulang!" perintah Hasan dengan tegas tak ingin di bantah."Suara siapa itu di belakangmu itu? Sepertinya ada suara lelaki? Ayo video call!" perintah Hasan."Oh itu ini Mas dia adalah teman Ifah Mas," dengan cepat Ifah menyahut walaupun kegugupan tampak jelas terlihat."Apakah itu adalah suara Arif?" tanya Hasan."Bukan," jawab Ifah mengelak dan langsung menunjukkan panggilan video call ke seluruh ruangan.Memang Ifah sedang ada di sebuah cafe hits di wilayahnya. Dia memang bersama temannya yang rata- rata berjenis kelamin lelaki. Membuat Dinda sedikit lega karena takut akan berujung hal-hal yang tak di inginkan. "Tuh, Mas lihat sendiri kan?" tanya Ifah setelah memperlihatkan semua ruangan cafe lewat VC."Hmm! Baiklah, kau pulang jam berapa?" tanya Hasan sedikit lega,Ternyata setelah VC dan Arif nampak tak ada di Cafe, Hasan sedikit lega dan menurunkan nada bicaranya tak emosi lagi. Hasan
Read more

MAS ZAIN ADALAH SOLUSI

MAS ZAIN ADALAH SOLUSIDinda memandangi suaminya dengaan tatapan mendalam. Sebenarnya dia juga tak tega meninggalkan Hasan sendiri saat posisi seperti ini. Tapi kali ini dia juga tak mau egois mementingkan cinta pada suami. Karena Dinda sadar ada bayi yang di kandungnya memerlukan mental dan psikis dari ibu yang tenang. Dinda pikir dia akan balik ke Kediri barang beberapa hari untuk menata hidupnya kembali. Dia ingin mencharge tenaganya yang selama ini habis di gunakan untuk menghadapi mertuanya sendiri."Itu emmmm.....""Paket!" teriak seorang dari luar membiarkan percakapan Dinda dan Hasan.Untunglah tukang paket datang di saat yang tepat. Membuat percakapan serius antara Dinda dan Hasan terputus. Dinda segera keluar menemui tukang paket itu. Dia yakin paket itu adalah paket miliknya yang berisi pesanannya CCTV kemarin. Dia harus segera mengamankannya. Karena dia tak ingin seorang pun tahu termasuk suaminya juga. Setelah berfoto tanda bukti penyerahan paket, D
Read more

MITOS DAN KLENIK

MITOS DAN KLENIK"Astaghfirullahaladzim ini sudah tidak benar, jika itu memang lemparan buhul," sahut Zain."Apa yang seharusnya aku lakukan, Mas?" tanya Hasan."Sekarang kau harus segera membawanya keluar rumah dulu," perintah Mas Zain."Sudah Mas," jawab Hasan."Kau sudah membukannya? Apa isinya?" tanya Zain penasaran."Aku hanya membawanya keluar, Mas! Tapi aku belum berani membukanya langsung, hanya ku taruh di luar rumah belakag pawon dapur belakang," jelas Hasan."Baik sekarang kau dan Dinda dengarkan aku! Untuk mengusir gangguan sihir, santet, dan guna-guna baca Alfatihah, Al ikhlas, Annas, Albaqarah, Ayat kursi dan Sholawatan! Jangan putus dulu, itu adalah cara yang di anjurkan dalam agama kita untuk menangkal kekuatan gaib yang berniat buruk," kata Zain."Lalu untukmu Le, Hasan! Bakar batu itu, minta temani Ibu tak masalah, tapi pastikan kondisimu dan Ibu benar- benar fit dan sehat! Bukalah dulu lalu baca doa- doa sambil terus sholawat! Bakarlah semua barang yang di buat untu
Read more

TUGAS SEORANG ISTRI YANG SESUNGGUHNYA!

TUGAS SEORANG ISTRI YANG SESUNGGUHNYA!"Iyo Mas, tapi Mas harus janji satu hal pada Dinda," ucap Dinda."Apa?" tanya Hasan heran, karena sekarang Dinda hobi sekali memberikan berbagai syarat padanya untuk mendapatkan balasan."Mas harus bisa untuk lebih sabar lagi dan lebih mengontrol emosi! Ingat Mas apa yang terjadi di dunia ini tidak semuanya bisa berjalan sesuai kemauan, keinginan dan rencana kita! Mas harus banyak- banyak mengontrol diri, jika seperti ini kan Mas sendiri yang rugi? Tak papa untuk kali ini Dinda membelikan Mas HP untuk pembelajaran juga toh, katanya sesuatu yang di dapat dari pembelajaran itu akan mahal! Ya sudah toh kita harus membeli HP untuk menebus pembelajaran kali ini," ujar Dinda sambil tertawa."Iya Dek, maafkan Mas ya! Akhir-akhir ini Mas memang banyak pikiran sehingga membuat Mas uring-uringan sendiri, padahal kau sudah banyak membantu Mas," sahut Hasan."Sekarang saja Mas, sudah tak pernah memikirkan biaya Ifah lagi, tapi rasa
Read more

HINAAN MERTUA? SUDAH BIASA!

HINAAN MERTUA? SUDAH BIASA!"Tungu lo ya, biar Ibu membereskan ini semua dulu! Tapi kalau kita memang pergi, bagaimana Ifah? Jangan sampai Ifah di rumah sendiri, Ibu juga tidak tega meninggalkannya sendiri!" jelas bu Nafis."Din.... DINDA!!!" teriak bu Nafis lagi."Apa sih, Bu? Dinda lo di sini," sahut Dinda."La kamu gak jawab- jawab diajak omong Ibu," tegur bu Nafis kesal."Lah Dinda kira tadi Ibu belum selesai ngomongnya, makanya Dinda diem aja," jawab Dinda."Bantah teros! Sekarang kau ke sini, Din! Ibu akan mengajakmu berdiskusi untuk masalah telon-telon nanti, kau kan Ibu jabang bayi ini," kata bu Nafis.Dinda segera menghampiri ibu mertuanya dari pada Kanjeng Ratu itu akan maah- marah lagi. Dia memilih duduk di ranjang milik bu Nafis. Sambil duduk, mata Dinda memindai ke seluruh ruangan. Dia masih berusaha mencari sesuatu yang mungkin bisa di jadikan barang bukti nanti. Karena jujur saja, Dinda masih menyimpan kecurigaan bahwa peneror itu ada
Read more

BU NAFIS YANG TAK PERNAH KEHABISAN IDE!

BU NAFIS YANG TAK PERNAH KEHABISAN IDE!"Alah, kau itu tak asik! Tak bisa di ajak hidup mewah! Lahirnya dari keluarga miskin sih, tak mengerti tren dan mode," sanggah bu Nafis tak mau kalah."Baiklah kalau begitu begini saja, bagaimana kalau nanti acara tujuh bulananmu di barengkan saja sama acara ulang tahun Ibu! Nanti Ibu bisa subsidi sedikit-sedikit, Din! Sepertinya itu ide yang bagus toh? Mengingat acara tujuh bulannya juga bertepatan dengan ulang tahun Ibu kok, bulanya sama tinggal menyesuaikan saja," kata bu Nafis."Anakmu tak Papa masih kecil menyesuaikan ulang tahun Ibu saja, dia pasti seneng acaranya bareng dengan ulang tahun neneknya, bagaimana?" tanya bu Nafis.Dinda memutar bola matanya malas. Memang ibu mertuanya itu tak pernah kehabisan ide untuk mengakalinya, bahkan mengakali semua orang. Dinda terus saja mendengar ibu mertuanya mengoceh berbagai hal. Dia hanya menjadi pendengar yang baik saja, tak mau banyak bicara. Setelah puas memindai baju-baju Ibu mertuanya sekaran
Read more

MISTERI MULAI TERKUAK!

MISTERI MULAI TERKUAK "Mbak nomor kemarin sudah berhasil di lacak oleh Mas Arif, Mbak tahu di mana letaknya?" tanya Ifah balik.Dinda menggelengkan kepalannya."Ternyata letaknya tak jauh dari rumah kita, artinya orang itu berada di sekitar sini," jelas Ifah."Astaghfirullahaladzim, ini sangat berbahaya! Siapa ya orangnya?" sahut Dinda penasaran."Iya Mbak Dinda! Ifah sendiri juga tidak bisa memastikan siapa orangnya begitupun Mas arif," sahut Ifah."Lalu bagaimana dengan Mas Arif? Apa tak bisa membantu, Dek?" tanya Dinda penasaran."Kita harus serius segera menyelidikinya, apa kau tak tahu apa yang terjadi tadi? Bahkan orang itu sudah berani meneror masuk ke dalam rumah dengan cara memecahkan jendela kamar Ibu dengan melempari batu yang di bungkus dengan alat-alat seperti sihir atau buhul," jelas Dinda."Astagfirullah! Benarkah Mbak? Mana Mbak? Pengen lihat, Ifah penasaran," ujar Ifah antusias."Sudah di bakar oleh Masmu Hasan tadi, siang bagaimana? Apakah Mas Arif tidak bisa menyel
Read more
PREV
1
...
910111213
...
41
DMCA.com Protection Status