Kesalahan fatal!Bu Nafis langsung masuk ke dalam rumahnya. Dia segera mengambil handphone yang ada di atas meja rias kamar Ifah. Ifah sendiri kebetulan masih pergi ke rumah Laras temannya yang berada di samping rumah.[San sepertinya Dinda tadi tak jadi naik travel pulang ke Kediri tapi dia dijemput seorang pria tampan mengendarai mobil Alphard mahal]Send pesan terkirim pada Hasan. Ibu Nafis langsung duduk diranjang milik Ifah, dia masih takjub dan tak percaya melihat pemandangan yang beberapa saat lalu disaksikannya. Tak mungkin jika Dinda tak memiliki hubungan apa-apa dengan pria naik Alphard tadi. Terlihat jelas pria tadi sangat menghormati Dinda. Bahkan dia membukakan pintu untuknya melayani Dinda seperti layaknya bos atau juragan saja. Pakaian yang dikenakan pria itu juga rapi menggunakan setelan jas seperti yang ada di TV. Yang menjadi pertanyaan bu Nafis adalah siapa pria itu dan apa hubungannya dengan Dinda. Mengapa mendadak menantunya itu bisa menjadi kaya raya. Seketika B
BOOMERANG!Hasan tertegun mendapati pesan dari istrinya Dinda. Dia tak menyangka dan tak mengira Dinda bisa mengirim pesan seperti itu. Selama ini Dinda adalah istri yang sangat menurut bukan tipikal istri yang mendominasi. Tetapi sepertinya akhir-akhir ini berbeda, dia telah berubah menjadi istri pembangkang dan tak bisa diatur. Bahkan mengarah ke arah semaunya sendiri."Apa dan siapa yang membuatmu seperti ini, Dek?" batin Hasan dalam hati.Hasan memutuskan untuk tidak membalas pesan itu. Karena dia sadar jika pesan itu di lanjutkan lagi, mungkin akan ada setan di antara mereka yang memanas-manasi dan membuat mereka emosi satu sama lain. Lebih baik ini di biarkan mereda terlebih dahulu, baru mereka akan membicarakannya lagi. Hasan segera menyelesaikan pekerjaannya di kantor sebelumnya dia sudah menghubungi satu tukang untuk membenahi jendela sang ibu.Sedangkan di rumah Bu Nafis berpindah kamar dengan memanfaatkan kamar Hasan untuk tempat tinggalnya sementara. Karena Dinda juga bera
Darah yang berceceran"Bayangkan kalau itu terjadi pada anakmu, dia menyukai lelaki dan anak kita wanita! jika kita tak merestuinya lalu dia bertemu diam- diam dengan lelaki itu di belakang, bagaimana?" tanya bu Nafis."Ibu hanya takut Ifah terjerumus hubungan yang tidak benar. Lebih baik mereka jujur pada ibu bahwa benar ada hubungan. Suatu saat jika ada apa-apa ibu tahu pada siapa harus mencari dan siapa lelaki yang bertanggung jawab atas dirinya," jelas bu Nafis seolah-olah membijakkan dirinya di hadapan anak-anaknya.Padahal Bu Nafis tidak berniat seperti itu. Memang benar dia merestui hubungan Arif dengan Ifah karena Arif sudah PNS. Itu dirasa lebih aman daripada kehidupan anak-anaknya sekarang.Sekarang Mbak Alif terdiam mendengar penjelasan ibunya yang memang masuk akal. Mungkin dia akan berlaku seperti itu juga jika anaknya menemukan lelaki yang mapan. Tapi jujur saja hati Mbak Alif masih saja tak terima takut jika terjadi apa-apa dengan Ifah."Sudah, sudah tak usah di bahas l
KURETASE?Dinda segera naik ke dalam mobil di ikuti dengan kedua orang tuanya. Mereka langsung pergi ke salah satu rumah sakit swasta terkenal di kotanya . Semua yang ada di dalam mobil ikut panik namun Dinda tak merasakan apapun dia juga tak merasakan sakit yang ada hanyalah rasa ketakutan luar biasa di hatinya. Dia takut jika sesuatu terjadi dalam kandungannya, sekitar lima belas menit. Mereka sampai di rumah sakit tujuan. Papa Dinda langsung turun dan berteriak di IGD meminta bantuan karena panik."Tolong, Dok! Tolong anak saya sudah pendarahan! Dia sedang hamil empat bulan," ujar Papa Dinda sambil menggeret lengan seorang suster yang di dekatnya."Baik, Pak! Sebentar, sebentar mana anaknya? Apakah bisa berjalan?" tanya suster UGD lagi."Bawakan kursi roda saja, Sus!" teriak seorang perawat lelaki di belakangnya.Tanpa banyak bicara lagi suster perempuan itu mengambil sebuah kursi roda dan berjalan di belakang Papa Dinda. Mereka menuju sebuah mobil, Dinda langsung di suruh duduk di
Keputusan tanpa Hasan."Apa itu artinya anak kami keguguran, Dok?" sahut Mama Dinda yang mulai paham ke mana arah pembicaraan dokter.Dengan berat hati dokter hanya menganggukkan kepalanya. Seketika tubuh Papa Dinda lurus menyender ke kursi. Mama Dinda langsung menghampiri Dinda. Berbeda dengan respon yang diduga Dinda justru tersenyum menguatkan."Sudah tak papa kok, Pah! Mama tak usah sedih juga, Mungkin memang belum rezeki, Dinda," ujar Dinda.Tanpa semua orang tahu sebenarnya Dinda memiliki pemikiran yang berbeda. Sedikit banyak dia mulai mengerti mengapa Tuhan memberikan jalan ini kepadanya. Mungkin memang ini jalan yang terbaik untuk rumah tangga mereka saat ini. Indah justru kasihan jika bayi ini lahir di dunia.Dinda merasa sebagai wanita psikisnya belum siap menjadi seorang ibu. Apalagi Hasan yang masih suka bertindak semaunya tidak mencerminkan sosok sedikitpun sebagai seorang ayah yang baik. Walaupun hati Dinda sakit setidaknya dia bersyukur jika memang kemungkinan terburuk
KABAR MENGEJUTKAN!'Tring'Satu pesan masuk di HP Hasan. Hasan mengeroko HP di sakunya dia melihat pesan dari siapa yang masuk ternyata satu pesan dari mertuanya. Segera dia membuka pesan itu sambil meminum kopi yang telah dibuatkan Pak Heru tadi.[Dinda harus menjalani operasi kuretase. Bayi kalian meninggal, ini dinda masuk ruang operasi]'prang' Cangkir yang berisi kopi dipegangnya tadi langsung luruh. Terjatuh di meja kerjanya dan pecah berkeping-keping. Air kopi itu membasahi semua file dokumen Hasan dan kertas yang ada di meja kerjanya. Pesan sampai berkali-kali mengerjakan matanya berharap dia salah membaca."Astaghfirullahaladzim innalillahi wa inna ilaihi rojiun," pekik Hasan tertahan.Dia duduk di kursinya sambil terbengong. Dia tak bisa berkata-kata lagi saat ini. Pikirannya kosong mencoba mencerna semua yang telah terjadi. Membaca pesan itu sekali lagi berharap dia salah. Tapi nyatanya pesan itu tak berubah dan masih sama.Hasan sege
MURKANYA HASAN!"Fah, mana kuncinya?" bentak Hasan bukan karena panik, tetapi Hasan begitu terkejut melihat Ifah.Ifah sontak terkejut, dia tersentak kaget mendapati Kakak lelakinya masuk ke kamarnya tanpa mengetuk pintu lebih dahulu. Padahal posisinya dia sekarang sedang melakukan video call dengan arif. Hasan sekelipat melihat seragam polisi tertera di layar Ifah dia langsung merebut HP Ifah dengan kasar."Kenapa kau masih mengganggu keluargaku dan adikku? Tak cukup kau merusaknya semua dengan mendatangkan istrimu yang meneror keluarga kami?" hardik Hasan."Bangsat kau!" umpat Hasan melampiaskan rasa emosi yang meluap karena keterkejutannya mendapatkan kabar bahwa Dinda keguguran.Ifah sontak langsung merebut hp-nya kembali dari genggaman tangan kakaknya itu. Dia berusaha menggapai HPnya. Tetapi tidak bisa, Hasan justru menepis tangannya dan mendorong tubuhnya ke belakang hingga Ifah jatuh terduduk di sebelah ranjang miliknya. Hasan kemudian membanting HP
TANGIS PENYESALAN'brak'"Alloh!" Teriak Hasan.Motor Hasan terpental karena menabrak sebuah truk yang tiba-tiba berhenti mendadak. Untung saja Hasan dapat menguasai keadaan jalan itu karena memang belumlah jauh dari rumahnya. Hasan terpental dan terjatuh ke arah semak-semak. Luka yang dideritanya tidak terlihat tetapi tangannya sangat susah digerakkan. Sedangkan motor ifa sudah masuk pada kolong truk. Pak truk itu berhenti karena juga menabrak mobil di depannya sepertinya itu adalah tabrakan beruntun. "Astaga bagaimana keadaannya, Pak?" tanya seorang warga yang langsung datang menolong Hasan."Alhamdulillah tidak begitu parah, Pak! Tetapi tangan saya sakit sekali rasanya, entah keseleo atau bagaimana ini!" ujar Hasan sambil terus memegangi tangannya yang sangat susah digerakkan.Sepertinya tangan itu sudah bengkak. Tangan itu pas sekali bertepatan dengan tangan kanan. Hasan takut jika tangan itu mengalami retak atau patah. Karena sebagian aktivitas yang di lakukan bertumpu di tangan