All Chapters of Jadul Tapi Mantul : Chapter 161 - Chapter 170
225 Chapters
Pengantin Baru Yang Lama Tak Bertemu
Semenjak debat calon peserta Pilkades itu, desa kami jadi geger. Jelas sekali dikatakan oleh Abadi kalau saja dia mengincar dana desa yang satu miliar satu tahun. Dia bahkan jelaskan perhitungannya yang 40% untuk dirinya 60% untuk keperluan desa. Akan tetapi Abadi masih melakukan perlawanan, perlawanannya tetap poster yang berisi makian dan himbauan. "Aku dihipnotis, dipaksa untuk mengatakan yang tidak aku tahu sama sekali. Kalian kenal bang Parlin kan dia punya ilmu sihir yang bisa mempengaruhi pikiran orang. Jangan pilih tukang sihir." Begitu narasinya kali ini.Akan tetapi sepertinya warga tak peduli lagi, bahkan poster itu dicopoti warga tanpa disuruh. Beberapa warga bahkan datang ke rumah menyatakan dukungannya. Juga mengecam perbuatan Abadi. Tak ada lagi yang mendukung Abadi bahkan saudaranya pun berbalik mendukung Bang Parlin.Satu minggu sebelum masa pencoblosan, ada minggu tenang, yaitu tidak boleh ada kegiatan kampanye, tidak boleh ada poster bertebaran, tidak boleh ada ker
Read more
Hilang Dibawa Jin?
Menantuku punya pendapat kalau saja Abang Parlin menghilang karena dibawa jin. Aku jadi tentu saja tidak percaya. Butet pun tidak percaya, sedangkan Ucok terus berusaha terus mencari ayahnya.Terdengar pengumuman dari masjid."Karena calon kepala desa menghilang , maka dari itu kami sebagai tetua desa mengusulkan untuk menghentikan sementara proses pencoblosan yang rencananya berlangsung hari ini. Ini untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan," begitu terdengar pengumuman dari masjid Yang disuarakan lewat pengeras suara.Sementara aku sudah tak peduli lagi dengan pemilihan kepala desa, fokusku kini mencari suamiku. Akan tetapi suamiku memang seperti menghilang tanpa jejak. Pagi itu sekitar jam 06.30, para tetua desa dan alim ulama remaja masjid pendukung Bang Parlin berkumpul di rumah kami. Ada juga panitia pemilihan kepala desa."Seperti kita tahu Bang Parlin tiba-tiba menghilang sejak jam 02.00 dini hari, sementara hari ini adalah jadwal pencoblosan, dan menurut para ulama
Read more
Dukun Parlin
Bang Parlin lalu pergi ke warung yang di depan pesantren, setahuku warung itu sudah tutup. Ucok mengikuti ayahnya, tinggal kami para perempuan di rumah. Padahal hari sudah menjelang dini hari."Tania, ternyata betul yang kau duga ya?" kataku pada menantuku tersebut. "Iya, Bu, tapi ternyata bukan karena terlalu lama berzikir," kata Tania."Aku kok gak percaya ya, sulit dijelaskan secara logika?" kata Butet."Ada beberapa hal yang tak bisa dijelaskan, Butet," kata Tania."Masa cuma minum kopi, hilang dua puluh empat jam?" kata Butet lagi."Dunia kita memang jauh lebih cepat, semua ada diterangkan di dalam Alquran,"kata Tania.Kami bertiga terus ngobrol sampai lama, sedangkan cantik sudah lama tidur. Beberapa saat kemudian, Bang Parlin dan Ucok sudah kembali."Aneh, warung kopi itu memang tidak buka, aku tadi minum kopi sama siapa? Di mana?" Bang Parlin menggaruk kepalanya yang mungkin tidak gatal."Bapak pergi ke dunia jin," kata Tania."Luar biasa, aku hanya satu jam minum kopi, sud
Read more
Kepala Desa Merangkap Dukun
Sungguh aku tak menyangka, usaha Bang Parlin yang hanya memberikan doa keluar rumah itu bisa membuat gadis ini mendapatkan jodoh. Gadis itu nampak tersenyum, penampilannya juga berubah dari saat pertama kali datang. "Benarkah ada yang lamar?" Aku masih tak percaya."Bener, Bu, kami langsung cocok, malam minggu ini mereka akan datang mengantarkan mahar," kata gadis tersebut."Alhamdulillah, syukurlah kalau begitu," kataku kemudian."Kami datang mau berterima kasih sekaligus mau mengundang Pak Parlin datang ke rumah kami mewakili alim ulama desa untuk menerima hantaran mahar mereka," kata ibu itu lagi."Baik, Bu," nanti saya sampaikan.Ibu dan gadis yang berusia 30 tahun itu permisi untuk pulang, setelah mereka pulang. Butet melah tertawa."ini hanya kebetulan, Mak tidak mungkin ayah jadi dukun," kata Butet."Entahlah, Tet,""Kita harus menatar ayah, Mak, apa kata dunia nanti, kepala desa merangkap dukun," kata Butet."Iya, Bu, Betul kata Butet, saat debat itu pun Bapak sebetulnya kala
Read more
Tidak Ada Buaya Yang Menolak Bangkai
PoV ButetMungkin aku sudah ditakdirkan jadi anak kepala desa, Setelah Mamak tak lagi menjabat, kini ayah yang jadi kepala desa. Ada yang berubah dengan ayah, kini ayah terlihat makin bijaksana. Tak lagi seperti dulu suka ngeles dan mencari pembenaran atas perbuatannya. Seperti saat kami makan malam dengan Pak Johan, Ayah tidak lagi marah-marah saat Pak Johan membicarakan soal lamaran. Biasanya ayah akan marah jika disinggung soal orang yang mau melamarku. Kami jadi diskusi terbuka, Pak Johan ingin diberi marga Batak. Ayah menyambut baik keinginan Pak Johan tersebut. Setelah jadi orang Islam, kini Pak Johan mau jadi orang Batak. Aku terharu, untuk yang pindah agama Pak Johan mengaku atas dasar keinginan sendiri. Akan tetapi pindah suku dia melakukan katanya untuk melancarkan pernikahan kami nanti. Aku juga bingung dengan hubungan kami, Apakah kamu pacaran? Rasanya tidak, jika dibandingkan dengan teman-teman yang pacaran yang malam minggu berduaan, kami tidak ada berpacaran. Apakah
Read more
Hamil Duluan
Akan tetapi Sersan Hasan masih mengajak basa-basi, dia menawarkan minum, sampai menawarkan mie instan. Hampir saja aku tergoda dengan tawaran mie instan tersebut. Sampai akhirnya aku bisa menguasai diri dan hanya minta teh manis saja. "Cepatlah, aku tidak punya banyak waktu,": kataku kemudian."Kamu tidak peka, Butet," kata Sersan Hasan."Yang mau kita bahas di sini adalah kamu merusak temanku, kok malah aku yang dibilang tidak peka?" kataku kemudian."Aku melakukan semua ini masih dalam misi mendapatkanmu, Butet, kamu tidak peka, tadinya aku sengaja dekat dengan temanmu, supaya kamu cemburu, karena kata orang, salah satu cara mendapatkan wanita idaman itu adalah membuatnya cemburu, tapi dasar kamu tidak peka," kata Sersan Hasan.Aku terhenyak, sungguh pengakuan yang tidak ingin kudengar."Butet, kamu tahu dari awal, kalau aku suka padamu, ingin menjadikanmu istriku, tapi kamu malah tidak jelas, aku ajak Wulan supaya kamu cemburu dan minta dinikahi, ternyata aku salah, aku dapat aja
Read more
Roda Berputar
Aku langsung bertindak, kuambil kain lalu mengikat luka di tangan Wulan. Aku berteriak teriak, minta bantuan orang-orang yang ramai menonton. Akan tetapi seorang ibu-ibu tetap melarang. Katanya tidak boleh disentuh karena bisa menghilangkan bukti."Jangan dulu sentuh nanti bukti-bukti hilang," begitu kata ibu tersebut.Beberapa orang yang lain justru merekam kejadian tersebut. Tanpa berusaha untuk menolong.Aku mengangkat sendiri tubuh Wulan, membawanya keluar dari kamar mandi."Nanti bukti hilang," kata ibu itu lagi."Hai, Bu, Apa bukti itu lebih berharga daripada nyawa orang yang hilang?" Aku geram juga akhirnya.Berapa saat kemudian mobil polisi sudah datang, Wulan masih bernapas, polisi gerak cepat, beberapa detik kemudian Wulan sudah diangkut pakai mobil dan dilarikan ke rumah sakit.Aku ikut di dalam mobil tersebut, Wulan dibawa ke rumah sakit terdekat. Sampai di rumah sakit langsung dibawa ke ruang gawat darurat. Aku tak bisa ikut lagi. Yang bisa kulakukan kini hanya berdoa.
Read more
Survey Rumah Calon Besan
Wulan justru menolak, ini kejutan, padahal dia sudah hamil, Apa yang membuatnya berubah pikiran seperti ini? Apakah percobaan bunuh diri itu telah membuatnya bertemu dengan malaikat? Ah, pikiranku justru makin ke mana-mana.Apapun yang dikatakan oleh Sersan Hasan dan ibunya, Wulan tetap bersekukuh tidak akan menerima lamaran. Sampai-sampai Sersan Hasan minta tolong padaku untuk membujuk Wulan."Maaf ya, aku tidak bisa," kataku kemudian.Tentu saja aku tidak akan mau terlibat kalau disuruh membujuk-bujuk lagi, Wulan mungkin sudah mengambil keputusan yang tepat untuknya. Seperti kata Sersan Hasan dia tidak mungkin menikahi orang yang tak dicintainya.Akan tetapi aku penasaran juga apa yang membuat Wulan berubah pikiran. Sebelum kami kembali ke kota aku mengajak Wulan untuk bicara berdua."Aku akan berhenti kuliah, Butet," kata Wulan. "Kenapa? padahal kan tinggal satu semester lagi," "Aku tidak mungkin kuliah dengan kondisi perut seperti ini, Butet,""Ya sudah jika memang tidak mau mun
Read more
Calon Besan Yang Beda Agama
"Mengotori bagaimana?" tanya Ayah."Tanya saja dia," kata ibu tersebut seraya menunjuk ibunya Johan.Ibu itu tampak ketakutan sekali, aku mendekatinya coba bertanya ada apa. Ternyata ibu itu hanya melakukan ritual sembahyang seperti biasanya. Pagi hari dia bakar dupa dan sembahyang di depan penginapan, terus dia olah raga pagi dengan pakaian olahraga yang sangat ketat. Ini hanya salah paham."Ibu-ibu semua, ini hanya salah paham, ibu ini hanya melakukan ritual agamanya," kataku kemudian."Heh, Butet, jangan sok tau kau, ibu ini duduk bersimpuh, terus ada yang dibakar, terus ada air disiramkan ke jalan, itu ritual yang pernah kulihat di tukang santet," kata ibu-ibu berjilbab ungu tersebut."Astaghfirullah, ibu pernah menyantet orang?" tanyaku."Ibu itu tanya?" katanya seraya menunjuk ibunya Johan."Ibu bilang tadi seperti ritual tukang santet, emangnya ibu pernah santet orang?" tanyaku lagi."Kau ini, Tet, ibu inilah yang santet orang," kata ibu itu lagi."Ibu ini sembayang, Bu, tiap p
Read more
Pak Parlin Sang Kades
Seharian bersama Ayah di kantor kepala desa, kami membahas banyak hal. Banyak memang Yang berubah pada ayahku ini, sekarang dia sudah mulai terbuka membicarakan laki-laki yang coba dekat denganku. Dulu itu adalah sesuatu yang tidak boleh, ada yang coba melamar pun Ayah akan marah."Ayah kalau sekiranya memilih, siapa yang Ayah pilih jadi menantu Ayah?""Emang siapa aja calonnya?""Sandi, Umar, ustad Rizal," "Waduh yang banyak kali lah itu,""Hahaha, kan aku bilang sekiranya, Yah," kataku."Jujur saja ya, Butet, tadinya mengharapkan ustadz Rizal,""Alasannya, Yah?""Ayah ingin ada yang meneruskan pesantren itu," kata ayah lagi."Tapi udah nikah dia, Yah,""Itulah, jodoh itu di tangan Tuhan," "Tapi Johan juga bisa jadi pengurus pesantren,""Mana mungkin,""Dia serius loh yah belajar agama, baru berapa tahun dia masuk agama Islam dia sudah hafal Quran 15 juz," kataku."Iya, tapi untuk jadi pengurus pesantren itu tidak hanya hafal Quran tapi mesti harus lulusan pesantren," "Ayah tahu
Read more
PREV
1
...
1516171819
...
23
DMCA.com Protection Status