Home / CEO / Harta Tahta Berdarah Dua Tuan Muda / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Harta Tahta Berdarah Dua Tuan Muda: Chapter 51 - Chapter 60

90 Chapters

Bab 51 : Pertengkaran

Erlangga yang telah membersihkan diri pun, keluar kamar dan menghubungi Dimas.“Pak Dimas, minta Indah bawa Satrya ke ruang santai. Aku ingin melihatnya,” pinta Erlangga dalam sambungan telepon sebelum ia akan ke kantor.“Siap Tuan Er,” jawab Dimas dan menutup sambungan teleponnya.Sekitar lima menit berlalu, Erlangga yang tak melihat Indah membawa putranya kembali menghubungi Dimas.“Pak Dimas, mana Satrya? Mau berapa lama lagi aku bisa menggendong putraku? Cepat aku akan ke kantor!” sungut Erlangga.“Sebentar lagi Tuan,” jawab Dimas tanpa menjelaskan alasannya.“Ini udah lima menit berlalu. Mana Indah?! Panggil dia!” perintah Erlangga yang merasa jenuh menunggu hingga 5 menit.Dimas yang tak ingin menyampaikan kendala yang terjadi meminta Indah menemui Erlangga. Satu menit kemudian, indah pun telah menghadap Erlangga. Melihat Indah tidak membawa Satrya, membuat Erlangga berdiri dan menatap tajam ke arah netra Indah.“Untuk apa kamu menghadapku! Mana Tuan muda?!” tanya Erlangga bert
Read more

Bab 52 : Rencana Terselubung Erlangga

Sesampai di kantor Erlangga langsung menuju ruang kerjanya dan menghubungi Anggun.“Ke ruangku,” perintah Erlangga dari sambungan telepon direct.Satu menit kemudian, Anggun yang ruangnya berada di sebelah ruang Erlangga pun, telah masuk ke ruangan tersebut tanpa mengetuk pintu.“Pagi Pak,” sapa Anggun masuk dan menghadap Erlangga.“Anggun duduklah,” sambut Erlangga. Anggun pun duduk di hadapan Erlangga.Dengan bolpoin dan sebuah notes di tangannya Anggun menunggu perintah yang akan diberikan oleh Erlangga.“Anggun, undang beberapa kepala divisi ke sebuah restoran. Aku ingin mengadakan rapat diluar dengan menjamu mereka makan malam,” perintah Erlangga.“Maaf, untuk tempatnya, restoran mana Pak?” tanya Anggun.“Cari restoran yang ada di hotel bintang 5 di dekat kantor ini saja. Undang mereka dengan email resmi dengan subject membahas kendala dalam perusahaan,” perintah Erlangga kembali.“Baik Pak. Berarti Bapak mengundang 5 divisi? Operasional, Marketing, Keuangan, Produksi dan HRD?” t
Read more

Bab 53 : Dua wanita memburu Er?

Sekitar pukul 6 sore, mobil yang membawa Erlangga dan dikendarai oleh Imam sampai di rumah. Bersamaan dengan itu, mobil yang dikendarai oleh Herlambang juga masuk ke halaman rumah besar dan mewah tersebut.Erlangga dengan sikap acuhnya keluar dari dalam mobil dan melangkahkan kakinya menuju pintu masuk utama rumah mewah tersebut tanpa menghiraukan Herlambang yang keluar dari dalam mobil bersama Elena.Dengan langkah panjangnya, Erlangga sengaja meninggalkan Herlambang dan Elena yang merengkuh lengan bagian atas Herlambang.Sesampai di dalam rumah, Erlangga langsung menemui Indah di kamarnya yang sedang menidurkan Satrya dan wanita itu langsung beranjak dari tempat tidur Erlangga.“Maaf Tuan, soalnya kalau nggak saya jaga di sampingnya takut jatuh. Kalau gimana, tempat tidurnya Tuan muda bawa ke kamar Tuan aja,” saran Indah berdiri dan menunduk malu, karena gadis muda itu ikut tidur di tempat tidur Erlangga.“Ya,” jawab Erlangga dingin.“Tuan, apakah Tuan muda saya bawa ke Nyonya sekar
Read more

Bab 54 : Menghina Tiara, PECAT!

Erlangga dan ketiga orang kepala divisi serta seorang sekretaris bersantap malam dengan sesekali membicarakan masalah pekerjaan yang dilakukan oleh ketiga orang di bawahnya. Mereka semua sangat menghargai Erlangga yang memintanya makan malam bersama. Bahkan, dari ketiganya berjanji akan setia pada kepemimpinan Erlangga.“Pak Mus, sebagai kepala divisi Marketing ... Kira-kira apa yang harus dilakukan oleh Pak Her selaku direktur utama untuk pengembangan perusahaan? Mungkin pak Mus bisa memberikan gambaran?” tanya Erlangga pada Mustofa selaku kepala divisi Marketing.“Menurut saya, pembukaan cabang-cabang pembantu itu perlu Pak Er. Selama ini, banyak dari cabang di daerah mengeluh masalah lambatnya pengiriman barang pada distributor. Karena untuk cakupan Jawa Timur itu luas, Pak Er. Nanti saya berikan titik-titik yang harus di lakukan pembukaan cabang pembantu, jika bisnis ini akan besar,” saran Mustofa.“Apa Pak Mus sudah pernah menyampaikan pada pak Dirut?” tanya Erlangga yang menyebu
Read more

Bab 55 : Tercapainya keinginan Anggun

Tepat pukul dua dini hari, Anggun mengantar Erlangga pulang ke rumah dalam keadaan mabuk berat. Bahkan, untuk berjalan ke kamarnya saja, lelaki tampan itu perlu dipapah oleh dua orang sekuriti yang berjaga di rumah itu, usai Anggun meminta tolong pada kedua sekuriti.“Maaf Pak, ini rumah pak Erlangga?” tanya Anggun membuka kaca mobil berbicara dengan seorang sekuriti.“Iya benar. Bukannya ini mobil Tuan Erlangga?” tanya sekuriti curiga.“Iya Pak, saya sekretarisnya. Ini pak Erlangga ada dibangku belakang mabuk. Bisa minta tolong bawa ke dalam?” tanya Anggun membuka kaca pada bagian penumpang.Setelah itu, pintu gerbang pun di buka. Mobil masuk ke dalam rumah mewah itu dan kedua sekuriti membawa Erlangga masuk ke dalam rumah serta memapahnya ke kamarnya diikuti oleh Anggun. Setelah itu, sekuriti pun kembali ke posnya masing-masing.Di dalam kamar itu, Anggun membukakan sepatu yang dikenakan Erlangga dan membuka pakaiannya yang terkena muntahnya. Lalu, dengan mengamati kamar lelaki tamp
Read more

Bab 56 : Kesedihan Herlambang

Pagi hari di hari Sabtu ceria, Erlangga yang dini hari baru pulang dalam keadaan mabuk, masih terlelap dalam tidur nyenyak di peraduannya. Sekitar pukul 9 pagi saat Erlangga membuka matanya, ia terkejut dengan kondisi tubuhnya yang tanpa selembar kain, melekat di tubuhnya.“Gila! Kenapa aku telanjang bulat seperti ini?” tanya Erlangga pada dirinya sendiri yang bingung dengan kondisinya.Kemudian, lelaki tampan itu mulai mengingat dan memilah kejadian kemarin hingga ia masuk ke dalam kamarnya. Lalu, Erlangga pun bermonolog pada dirinya lagi.“Siapa yang antar aku sampai ke kamar? Apa Elena ... Aku merasakan sentuhan dan ... Ya! Elena semalam kesini dan kami bercumbu ... Uhm, ternyata dia memang maniak,” ucapnya lagi sendiri di dalam kamar menatap platform dan tersenyum sendiri.Setelah puas dengan pikirannya sendiri, Erlangga pun beranjak dari tempat tidurnya dan membersihkan diri. Usai membersihkan diri, Erlangga memakai pakaiannya dan bergegas menemui putra tercintanya, Satrya.Kelua
Read more

Bab 57 : Sakti pilih Erlangga

Usai menikmati makanannya bersama Sakti, Erlangga pun menuju ruang santai dengan menggandeng jemari mungil Sakti. Ia memilih ruang santai, karena di ruang keluarga Elena dan Herlambang masih duduk di sofa dan bersantai. Setelah itu, Erlangga menghubungi Dimas untuk meminta Indah membawa putranya ke ruang santai.“Pak Dimas, minta Indah bawa Satrya ke ruang santai,” pinta Erlangga.“Baik Tuan,” jawab Dimas dalam sambungan telepon.Sekitar 5 menit, Indah membawa Satrya ke ruang santai dan menyerahkan putranya ke dalam dekapannya.“Sakti, duduk dulu di sebelah. Papa mau gendong Satrya dulu,” pinta Erlangga mengangkat tubuh kecil Sakti duduk disisi kanannya dan menerima tubuh mungil putra tampannya.Setelah itu, mereka bercengkerama satu dan lainnya. Tampak Sakti dengan tawa cerianya bermain dengan Satrya yang berada dalam gendongan Erlangga. Sebelum Indah berlalu dari ruang santai, wanita itu pun menyampaikan pesan Herlambang padanya, kala ia mengambil Satrya dalam dekapan Elena.“Tuan E
Read more

Bab 58 : Salah Orang

Elena yang merasa gusar atas ucapan putra kecilnya, menyambangi kamar pengasuh Sakti yang bernama Mala. Hati dan pikirannya yang kesal dan panas mendengar penolakan Erlangga atas Satrya yang tidak diperbolehkan ikut pindah ke rumah barunya, ditambah dengan ucapan Sakti yang membuatnya terpojok, meyakini diri Elena kalau apa yang dipikirkan oleh Herlambang tentang orang lain yang menghasut Sakti untuk membenci Herlambang dengan ceritanya.“Mala! Ikut aku,” perintah Elena saat membuka pintu kamar pengasuh Sakti.Mala yang tidak tahu atas peristiwa yang terjadi di ruang kerja Herlambang, hanya manut dengan mengikuti langkah ibu muda nan cantik jelita menuju kamarnya di lantai satu. Sesampai dikamarnya, tampak Indah tengah menggendong Satrya untuk menidurkannya usai diberikan Asi yang tersedia di botol pada kulkas kecil yang ada di kamar itu. Saat melihat kedatangan Mala ke kamar Elena, Indah hanya melirik dan mengamati gestur wajah sang Nyonya rumah yang tampak tegang.“Masuk!” ajak Ele
Read more

Bab 59 : Elena Sange?

Elena yang berada di ruang kerja Herlambang pun, menerima servis dari suami tercintanya di meja kerja sang suami, hingga mengerang hebat. Di dalam ruang kerja itu, Herlambang seorang direktur utama pada sebuah perusahaan besar harus membenamkan kepalanya di antara kedua kaki jenjang Elena yang mulus.Dan dengan liar, Elena terus menaik dan menurunkan pinggulnya serta menekan kepala Herlambang untuk tetap berada diselangkangkannya serta memberikan aba-aba pada lelaki tampan itu, kapan menjilat, menghisap daging legit miliknya. “Aakh! Papiiiii! Iseeep lebih kuat! Oouuhhh...! Eenaak Piii..., Terusss....,” Erang Elena yang minta berulang kali Herlambang melakukan hal yang diingini.“Keluarkan sayang..., Hmmmm...,” pinta Herlambang yang telah merasakan bagian intim Elena telah basah.Herlambang terus memberikan kenikmatan pada Elena sesuai dengan keinginannya. Bahkan, Elena juga meminta Herlambang memasukkan jemari tengahnya sembari menyesapnya kuat.“Oouuwwh..., Papiiiii.... Aaakh! Eenaak
Read more

Bab 60 : Calon sepri baru Erlangga

Dua minggu kemudian, usai terjadi kesepakatan antara Erlangga dan Elena serta Herlambang perihal kepindahan Elena dan Herlambang, membuat Erlangga lebih jarang berseteru³ dengan Elena. Karena kesibukan Erlangga yang harus ke kantor setiap paginya.Seperti di pagi ini, sekitar pukul setengah delapan Erlangga telah tiba di kantor, sementara Anggun yang terbiasa ke kantor pukul delapan kurang sepuluh menit belum menampakkan hidungnya untuk mengurusi Erlangga yang telah duduk di ruang kerjanya setelah seorang sekuriti membukakan pintu ruangannya dengan kunci cadangan yang selalu ada di tempat sekuriti berjaga.“Maaf, apa bapak akan minum kopi atau teh, biar nanti saya minta ke pesuruh untuk buat minuman ke Bapak,” ujar seorang sekuriti bernama Toto.“Biar nanti saja Pak Toto, terima kasih,” jawab Erlangga tersenyum ramah.“Baik Pak, saya permisi dulu,” ucap Toto menganggukkan kepalanya dan berlalu dari ruang kerja sang bos.Erlangga menghubungi Bella untuk menanyakan perkembangan Tiara se
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status