Erina seorang gadis muda berusia 19 tahun akhirnya hanya diberi tugas oleh Anggun hanya untuk menulis dalam buku registrasi surat masuk dan surat keluar serta untuk membawa beberapa surat yang diberikan pada divisi terkait. Hal itu tidak diketahui oleh Erlangga, karena fokus lelaki tampan itu hanya pada pekerjaannya saja.Sampai akhirnya pada suatu pagi, kala Erlangga lebih awal ke kantor karena akan mempersiapkan laporan dan materi yang akan dijabarkan dalam ruang rapat di pagi hari sekitar jam sembilan nanti, maka Erlangga telah tiba di kantor saat jam baru menunjukkan pukul setengah delapan.“Pagi Pak,” sapa Erina kala dilihat Erlangga melangkah menuju ruangnya yang telah rapi saat ia telah bekerja hampir 2 minggu.“Pagi..., kamu kok masih diluar sini. Apa nggak bawa kunci ruangan Anggun?” tanya Erlangga.“Iya Pak, saya tunggu ibu Anggun,” jawabnya.“Buatkan saya kopi,” pinta Erlangga pada Erina yang masih memakai pakaian atasan berwarna putih dan bawahan berwarna hitam, layaknya k
Bab 62 : Rahasia Erlangga dan Erina Erlangga yang tersenyum sendiri kala memikirkan kelakuannya atas diri Erina. Apa yang dilakukan pada Erina membuatnya teringat atas Elena yang dipikir Erlangga melakukan hubungan intim saat dirinya mabuk sebulan yang lalu. Namun, Erlangga yang kini semakin menjauh dari Elena karena wanita cantik itu selalu menghindari konflik dengannya. Terlebih, saat ini Elena pulang ke rumahnya setiap malam Sabtu dan kembali pada malam Senin, hingga membuat dirinya semakin penasaran atas diri Elena yang semakin acuh tak acuh pada dirinya.“Elena itu emang unik. Maunya main kalau orangnya lagi mabuk. Apa sebaiknya besok waktu papi ke Surabaya aku mabuk aja yaa? Siapa tau Elena mau berhubungan intim denganku lagi?” tanyanya pada diri sendiri dengan membayangkan bentuk tubuh Elena yang dirindukannya.Tok ... Tok ... Tok ...Ceklek!“Pagi Er!” sapa Herlambang.Herlambang masuk ke ruang kerja Erlangga dan duduk di hadapan lelaki tampan itu. Kemudian, Herlambang pun be
Sekitar pukul tiga sore Herlambang pun pulang ke rumah lebih awak untuk prepare keberangkatannya ke Singapura. Elena yang telah dihubungi terlebih dahulu menunggu kedatangan Herlambang bersama kedua putranya yang bermain di ruang keluarga.“Sakti..., lagi main sama mama yaa?” tanya Herlambang yang menghampiri putra pertamanya.Sakti yang menoleh ke arahnya, hanya melirik dan acuh tak acuh melanjutkan keasyikannya bermain mobil-mobilan.Elena yang melihat sikap Sakti seperti itu pada Herlambang pun menegur putranya dengan mengelus kepala putra pertamanya, “Sakti sayang..., kalau ditanya harus jawab yaa..., ayo sekarang jawab yang baik.”Dengan wajah kesal, Sakti pun menjawab dengan lafal cadelnya, “Maen obil.”“Sakti, sini peluk Papi dulu. Hari ini Papi mau pergi jauh dan lama nggak di rumah,” tutur Herlambang meraih tubuh Sakti.Sakti yang paham atas ucapan Herlambang menoleh ke arah papi kandungnya dengan wajah tampak bahagia dengan senyum kecilnya. Hingga Elena sampai terkejut dengan
Sekitar pukul enam petang kala waktu jam kantor telah berakhir, Erlangga tampak menghubungi Indra dan Alexander untuk menemani dirinya ke tempat nongkrong.“Sore Lex, sini ke kantor. Kita mau nongkrong buat cari pusing dikit. Barusan Indra udah gue hubungi dan oke katanya,” ajak Erlangga dalam sambungan telepon.“Bentar gue izin dulu sama Mila ya. Rencananya si kecil mau vaksin ulang nih,” jawab Alexander dalam sambungan telepon.“Gue yang ngomong sama Mila nih, supaya tunda dulu vaksin anaknya. Gue lagi pengen pusing ini...,” pinta Erlangga dalam sambungan telepon.Tak berapa lama, terdengar suara Jamila dari ujung telepon, “Ya Er..., kenapa emang lo mau cari pening? Emang ada masalah apa lagi sih? Bukannya si Lena udah pindah rumah?” “Hahahaha..., biasalah mumpung kagak ada si Bella, boleh dong gue nakal dikit. Gimana, bisa gue ajak Alex temenin gue?” tanya Erlangga.“Iya ajak aja. Nanti gue jalan sama tante Mitha. Tapi, ingat yaa..., jangan sampe mabuk berat Er...,” nasihat Jamila
Alex dan Indra yang telah sampai di kantor Erlangga sempat membuka pintu ruang kerja Erlangga kala tak dilihat satu orang pun sekretaris yang biasanya berjaga di bagian depan ruang tersebut. Namun yang terjadi mereka melihat pemandangan yang tak disangkanya sama sekali. Dimana saat itu, Erlangga bersama kedua stafnya tengah menikmati surganya dunia di ruang kerjanya sendiri. Karena itu, Alexander dan Indra memilih untuk menunggu Erlangga selesai melampiaskan hasratnya dengan duduk ada sofa yang berada persis di ruang sekretarisnya.“Alex..., kenapa si Er sekarang garang banget? Emang waktu kuliah disana dia biasa gitu berhubungan sama beberapa cewek di kampusnya?” tanya Indra yang agak terkejut dengan tingkah laku Erlangga yang terhitung berubah dari SMA.“Kagaklah..., apa lagi waktu itu kan dia masih sama Elena. Mana mau Erlangga ke Club malam. Gue baru sering ke Club malam. Mungkin karena Bella kagak ada di sini, jadi sekalian dia perdaya tuh stafnya,” jawab Alexander.“Bisa jadi...
Bab 66 : Ketakutan ElenaElena yang terus di desak oleh Erlangga pun, melakukan perlawanan pada lelaki tampan itu. Pada akhirnya Elena yang sebenarnya ragu untuk menendang Erlangga, akhirnya menendang perut lelaki tampan itu dengan sekuat tenaga hingga lelaki tampan itu terlempar mengenai meja yang berada di kamar itu.Dobrak!Suara keras terdengar dari dalam kamar Elena, saat tubuh Erlangga terlempar mengenai meja. Elena yang terkejut dengan tindakannya pun, memandang ke arah Erlangga yang berada dilantai beralaskan permadani dalam posisi memegang perutnya dan meja telah terguling.Bersamaan dengan suara keras itu, Satrya pun terbangun. Elena dengan langkah panjang melewati tubuh Erlangga untuk menggapai putranya yang menangis keras karena mendengar suara keras dari dalam kamar. Hingga Indah pun berlari ke lantai atas saat mendengar suara Satrya menangis.Tok ... Tok ... Tok ...“Nyonya ... Nyonya Elena...!” seru Indah dari depan pintu kamar Elena.Elena yang telah menggendong Satrya
Sekitar pukul sepuluh pagi, Erlangga yang masih merasakan aroma alkohol menggeliat kan tubuhnya ke kanan pada sebuah sofa yang ia tempati untuk tidur. Hingga tubuhnya pun terjatuh ke lantai berlapis permadani.Bruk!“Aduh!” pekik Erlangga saat sikunya mengenai kaki dari meja di kamar Elena.Lelaki tampan itu membuka matanya perlahan dengan menguap dan kembali menggeliat kan, tubuhnya ke kanan dan kiri seraya bergumam“Perasaan ini bukan kamar gue....”Sejenak kemudian lelaki tampan itu memandang ruang kamar tersebut dan kala matanya melihat foto Elena dan Herlambang yang tergantung di dinding kamar itu, membuat Erlangga terbangun dari tidurnya pada permadani kamar itu seraya mengumpat.“Sial! Apa yang udah aku lakukan pada Elena? Oh, sekarang gue harus gimana?” tanya Erlangga pada dirinya sendiri.Setelah merenung cukup lama, Erlangga pun bangun dari tempat tidurnya dan beranjak dari lantai terlapiskan permadani dan berjalan menuju wastafel yang ada persis di kamar mandi untuk mencuci
Erlangga memutuskan untuk ke rumah Herlina usai mengetahui kalau dini hari Elena bersama Sakti dan Mala pengasuh Sakti ke rumah mantan mertuanya. Namun, sebelum ia ke rumah terlebih dahulu Erlangga menggendong Satrya yang saat itu tengah bermain di ruang santai.“Indah, bawa kemari Satrya,” perintah Erlangga.Indah pun memberikan Satrya pada Erlangga yang telah bisa memanggilnya dengan sebutan papa, walaupun masih dengan ucapan yang berantakan. Erlangga membawa Satrya ke depan teras dan menghubungi Bella kembali untuk bisa melakukan hubungan video call dengan Tiara.“Sayang..., mami mana? Ini ada Satrya mau bicara sama omanya,” pinta Erlangga kala Bella menjawab panggilannya.Tak lama kemudian, terlihat wajah tirus Tiara yang tampak pucat dengan kulit wajah terlihat sedikit menghitam tersenyum bahagia melihat cucu lelakinya yang murah senyum dan mengoceh kala melihat wajah seseorang dari ponselnya.“Oma, gimana kabarnya? Makan yang banyak Oma..., enam bulan lagi Satrya akan jenguk Om
Erlangga yang mengetahui kedatangan Herlambang, membuat lelaki tampan itu uring-uringan. Di rumah, Erlangga yang tak pernah membentak Bella atas kesalahan kecil yang diperbuatnya, di pagi hari itu saat lelaki tampan itu akan ke kantor, membuat Bella menangis atas hal kecil yang tak diduganya.“Lain kali, kamu itu mikir! Masa iya aku ke kantor pakai pakaian ini? Apa kamu pikir ini cocok aku pakai? Padahal sejak awal kamu pilihkan pakaian ini, aku sudah ngomong..., singkirkan dari lemari pakaianku! Dasar perempuan nggak bisa buat suami bahagia!” teriak Erlangga pada Bella kala wanita cantik itu mengambilkan pakaian yang tak disuka oleh Erlangga.Elizabeth yang mendengar putrinya dibentak oleh Erlangga pun masuk ke dalam kamar itu dan menegur menantunya, “Ada apa sih sama kamu? Masalah pakaian saja sampai memaki-maki Bella! Apa putriku kurang baik mengurus putramu?!” Erlangga yang terkejut dengan kehadiran Elizabeth yang datang ke kamar mereka pun melirik ke arah wanita yang telah cukup
Perselingkuhan yang dimulai oleh libido yang tak tersalurkan oleh Elena, membawanya dalam pusaran ketakutan dan hasrat yang kian tak terbendungkan. Karena sejak saat itu, mereka sering melakukan hubungan intim di ruang kerja Erlangga. Terlebih, Bella kini sudah sangat percaya pada Erlangga sejak sang suami mempunyai sekretaris seorang lelaki.Seperti pagi ini, Erlangga berpamitan di pagi hari dengan alasan akan ada kunjungan dari investor sehingga ia harus mengecek seluruh data yang diminta oleh investor tersebut. Dan Erlangga juga meminta pada Elena untuk datang pukul 7 pagi, dengan alasan yang sama. Maka, saat Erlangga telah berada di ruangan kerjanya, lelaki tampan yang telah mempersiapkan diri dengan meminum vitamin dan suplemen serta obat kuat pun, menunggu kedatangan Elena.Tok ... Tok ... Tok ...“Ya masuk,” ucap Erlangga seraya tersenyum lebar kala melihat jam baru menunjukkan pukul 7 kurang sepuluh menit.Lelaki tampan itu beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri Elena y
Kepergian Herlambang dalam menjajaki pembukaan perusahaan baru atas nama putranya Sakti, membuat Elena merasa kesepian saat berada di rumah. Wanita cantik itu lebih suka menghabiskan waktu di kantor, karena lebih cepat waktu berlalu dibandingkan saat ia berada di rumah. Terlebih saat ini, Sakti yang kini telah berusia 9 tahun, lebih banyak kegiatan ekstra di sekolah atau pun di tempat bimbel serta tempat olah raga.Seperti saat ini, setelah dua minggu berlalu, Elena yang merasa kesepian karena sang putra harus melakukan kegiatan olah raga memilih untuk ke rumah Herlina. Di rumah Herlina, Elena biasanya mengobrol banyak hal pada sang mama yang telah semakin menua.“Lena..., mama kangen sekali sama Jamila. Apa kamu bisa menghubungi Jamila?” tanya Herlina.“Ya Maa.., sekarang Lena hubungi Mila,” jawab Elena.Satu jam kemudian, Jamila yang diminta datang ke rumah Herlina pun, menyambangi wanita yang telah dianggap mamanya pula. Mereka bercengkerama dan bercerita pada masa tinggal di sebua
Sejak Erlangga mengajak makan siang Elena, hubungan mereka kian akrab. Keakraban mereka tanpa diketahui pasangan masing-masing telah terjalin selama 2 tahun sejak Elena menjadi kepala cabang dari perusahaan EDC tersebut. Namun, selama ini keakraban mereka hanya sebagai atasan dan bawahan, ayah dan ibu dari seorang pewaris utama. Dan mereka juga sering bercerita tentang rumah tangga masing-masing dengan kebahagiaan masing-masing serta membicarakan tumbuh kembang Satrya di bawah pengawasan Bella, ketika mereka makan bersama di saat Herlambang keluar kota. Hal ini mereka lakukan, agar tidak adanya kesalahpahaman atas hubungan yang kini terjalin di antara mereka. Seperti saat ini usai mereka mengikuti rapat di sebuah Bank Swasta, mereka pun makan bersama pada sebuah restoran. Di momen ini, Elena mulai mengeluhkan perihal diri Herlambang pada Erlangga. Dan hal itu jelas membuat Erlangga terkejut. Karena selama ini, Elena sangat bersemangat jika membicarakan tentang Herlambang yang sering
Erlangga yang sejak awal ingin memutuskan hubungan dengan Anggun akhirnya dapat dengan mudah melempar wanita yang semakin ingin memilikinya. Sementara, Elena yang telah dua kali ditolong Erlangga saat menghadapi kendala di tempatnya bekerja merasa berhutang budi atas segala tindakan yang telah dilakukan oleh Erlangga pada dirinya. Maka, usai pemecatan yang dilakukan langsung oleh HRD, Erlangga memanfaatkan kejadian itu dengan mengajak Elena untuk keluar makan bersama, kala wanita nan cantik jelita itu sedang menghadap di ruang kerjanya. “Terima kasih Pak, sudah menolong saya dari kekasaran sekretaris Bapak,” ucap Elena tersenyum samar.“Sama-sama. Memang selama ini, aku sempat dengar beberapa staf komplain ke HRD perihal perangai Anggun yang arogan dan kurang bisa diajak kerja sama. Finalnya ya tadi itu. Berarti dia itu orang yang nggak bisa menghormati orang lain, terlebih orang baru seperti kamu,” tutur Erlangga basa-basi dengan memikirkan siasat agar Elena bisa diajak makan bersam
Sejak Elena bekerja di perusahaan milik keluarga Erlangga dan Herlambang, lelaki tampan itu sudah membuka percakapan untuk memberitahukan istrinya perihal Elena. Namun, setiap kali Erlangga membuka percakapan tentang Elena. Bella selalu menolaknya dan hal itu telah dilakukan beberapa kali, hingga akhirnya Elena telah bekerja di bawah kepemimpinan Erlangga selama tiga bulan.Erlangga kembali memberitahukan Bella perihal Elena pada pagi hari sebelum lelaki tampan itu berangkat ke kantornya di sebuah meja makan saat mereka sarapan pagi. “Sayang, aku ingin memberitahu kamu tentang Elena,” ucap Erlangga saat menyelesaikan suapan terakhir sarapannya.“Aku nggak mau tau!” ujarnya sembari meletakkan gelas usai ia meneguk air mineral yang ada dalam gelas panjang bening miliknya.“Sayang ... Mau nggak mau kamu harus mendengar penjelasanku sebelum kamu menuduhku macam-macam,” ujar Erlangga menyeka bibirnya dengan serbet putih.“Menuduh...? Maksudnya menuduh siapa?” tanya Bella menghentikan sua
Tiga bulan setelah Elena menyandang gelar sarjana manajemen and Business, wanita cantik itu pun mulai memberanikan diri untuk terjun langsung dalam bisnis yang digeluti oleh Herlambang setelah suami tercintanya menjelaskan secara rinci perusahaan yang selama ini dimiliki oleh Erlangga dan dirinya. Dimana, perusahaan tersebut telah bekerja sama dengan beberapa Bank yang menawarkan jasa dalam pengembangan digital seperti mesin EDC.Selama ini, perusahaan tersebut telah menjadi distributor utama mesin EDC, sebuah mesin yang digunakan untuk bertransaksi di beberapa merchant seperti resto, butik, swalayan termasuk hotel-hotel. Kalau selama ini, perusahaan ini hanya sebagai pemasok mesin EDC atau mesin gesek untuk transaksi yang dilakukan beberapa merchant terkait, kini sejak kehadiran Erlangga dan menyandang sebagai CEO, lelaki tampan itu melakukan terobosan baru dengan mendirikan anak perusahaan yang mengelola mesin EDC berikut System IT yang dikembangkan sebagai inovasi dari mesin EDC ya
Bella yang telah kesal dengan Elena tak mampu melampiaskan kemarahannya pada wanita cantik itu. Untuk melampiaskan kekesalannya pada Erlangga pun, bukan suatu yang bisa ia lampiaskan. Apa lagi mengikuti cara Elizabeth. Kalau saja dirinya tidak mandul, mungkin ia sudah memaki-maki dan melampiaskan kekesalannya pada Erlangga dan Elena. “Sekarang, Bella harus gimana Maa?” tanya wanita cantik nan judes itu sembari memegang dan memijat-mijat dahinya.“Kasih aja foto ini, tanya baik-baik pada Erlangga. Kenapa dia harus bohong jika harus bertemu dengan Elena? Dengan begitu, Erlangga akan semakin menghormati dan menganggap dirimu memang berkelas. Jangan marah-marah ... Pakai akalmu,” nasihat Elizabeth.“Mama sih, gampang. Pakai akal ... Mama aja yang tahu Papa nikah sama sekretarisnya langsung labrak dan buat Papa malu di kantornya dan lebih memilih wanita itu...,” cibir Bella yang kesal atas nasihat Elizabeth.“Bella, kenapa Mama minta cerai? Karena untuk apa juga Mama urus Papa kamu yang u
Bella yang penasaran atas cerita Elizabeth atas diri Erlangga sedikitnya merasa penasaran atas apa yang dikatakan mamanya. Karena itu, usai ia melakukan Nail pada kuku jemari tangan dan kakinya, wanita cantik itu dengan keraguan di hatinya beberapa kali meraih ponselnya dan meletakkannya kembali dengan bermonolog.“Aku nggak bisa curiga seperti itu terus menerus sama Erlangga. Kalau ternyata kecurigaanku salah dan apa yang dituduhkan mamaku hanya berita kebohongan, bagaimana cara aku mempertahankan mama tinggal disini?” tanyanya pada diri sendiri.Bella yang ragu untuk menghubungi Erlangga, kembali meletakkan ponselnya untuk ke sekian kalinya. Hingga akhirnya, wanita cantik itu memanggil Indah yang biasanya sedang menonton televisi di kamar Satrya.“Indah...! Indah...!” panggil Bella setengah berteriak hingga membuat beberapa pelayan di rumah itu, berlari ke ruang keluarga.Melihat dua orang pelayan di rumah itu tergopoh-gopoh berlari ke arah Bella yang ada di ruang keluarga, membuat