Semua Bab Harta Tahta Berdarah Dua Tuan Muda: Bab 41 - Bab 50

90 Bab

Bab 41 : Dinginnya Erlangga, Hangatnya Herlambang

Setelah sepuluh hari kemudian, Erlangga pun pulang ke rumah. Lelaki tampan itu pun dibopong oleh Dimas yang telah bersiap dengan kursi roda yang akan digunakan Erlangga dalam fase pemulihan atas kaki dan lengan bagian atas yang patah.Diatas kursi roda, Erlangga duduk dengan wajah dingin menatap beberapa pelayan yang sengaja berdiri di halaman depan, menyambut kedatangan Erlangga.“Selamat datang ke rumah, Tuan Er...,” sapa tiga pelayan wanita, satu tukang kebun dan dua orang sopir pribadi bersamaan. Namun, Erlangga sama sekali tidak menjawab. Lelaki tampan yang kini tengah terluka hatinya, hanya menatap dingin pada semua pelayan rumah mewah itu.Sementara Dimas terlihat mendorong pelan kursi roda yang diduduki Erlangga menuju teras. Terlihat di teras Elena berdiri tersenyum menyambut Erlangga. Namun, lelaki tampan itu mengacuhkan dirinya.“Selamat datang Er..., semoga cepat pulih,” sapa Elena tersenyum ke arah Erlangga. Namun, Erlangga sama sekali tidak tersenyum. Bahkan, seolah
Baca selengkapnya

Bab 42 : Kepuasan di ruang kerja Om Her

“Mami, hari ini Bella izin untuk jenguk papa sebentar aja. Paling 1 jam udah balik lagi ke rumah. Soalnya ini, barusan mama kirim pesan kalau papa baru aja jatuh dari tangga di rumah tapi, dia nggak mau disuruh ke Dokter,” izin Bella usai membaca pesan dari Elizabeth sang mama.“Ya udah kamu sekarang bersiap aja ke sana. Minta Tejo untuk antar, jangan ajak Imam, nanti mami mau ambil paspor. Udah ada juga pemberitahuannya dari kemarin, kalau perpanjang paspor Mami udah selesai,” tutur Tiara, saat Bella beranjak dari kursinya menuju kamarnya yang terletak di bawah.“Kalau barengan gimana Mii? Juga kita satu jalan. Jadi, nanti pak Imam turunin Mami di kantor Imigrasi. Nanti Mami kalau udah selesai telepon aja, biar Bella nggak terlalu lama ditahan di rumah. Mama pasti sengaja nahan Bella lama-lama, kalau papa sakit dan perlu sama Bella. Kalau bukan papa yang sakit, males juga Bella pulang ke rumah, usul Bella yang sejak peristiwa lalu, masih marah dan kesal pada mamanya.“Oh, gitu ..
Baca selengkapnya

Bab 43 : Hampir ketahuan

“Tuan besar..., Maaf mengganggu. Tuan Erlangga mau bicara.”Terdengar suara Dimas membuyarkan kemesraan yang masih tersisa di antara kedua insan yang sedang dimabuk asmara.“Ya, tunggu,” pinta Herlambang seraya memberikan isyarat pada Elena yang telah memakai dasternya untuk bersembunyi di bawah meja kerja lelaki tampan itu.Sementara Herlambang sendiri, segera memakai pakaiannya dengan terus berkata, “Tunggu Dimas, aku baru saja selesai rapat lewat Zoom.” Ceklek!“Masuklah..., Maaf agak lama. Tapi Papi baru selesai melakukan Zoom dengan beberapa staf di Surabaya,” ujar Herlambang kembali, seolah-olah untuk meyakinkan kedua orang yang memasuki ruang kerjanya, kalau ia baru saja selesai rapat.“Papi Her, ada beberapa hal yang mau saya bicarakan,” tutur Erlangga duduk di kursi rodanya dan Herlambang duduk di sofa panjangnya.“Ok..., Silakan. Apa Dimas harus keluar ruangan ini?” tanya Herlambang memandang ke arah Dimas yang kini berada empat langkah dari kursi roda Erlangga.“Biar Pak D
Baca selengkapnya

Bab 44 : Kesepakatan bersama

“Papi ... Tunggulah sampai pak Dimas ke teras,” tahan Erlangga kala Herlambang akan meninggalkan dirinya di teras.Tak berapa lama, Dimas pun muncul dari sisi kanan rumah besar dari arah belakang taman yang berjalan menuju teras depan.“Pak Dimas, apa Elena ada di taman belakang?” tanya Erlangga saat Dimas berjalan ke depan teras.Dimas yang yakin kalau Elena ada di ruang kerja Herlambang, langsung mengiyakan ucapan Erlangga dengan menganggukkan kepalanya.“Tapi, aku kok nggak liat dia lewat sini?” tanya Erlangga menatap Dimas yang menaiki undakan menuju teras.“Lewat belakang Tuan Er..., Nyonya Elena lewat pintu belakang dia,” tutur Dimas berbohong. Walaupun dia belum melihat Elena, tapi Dimas yakin Elena telah di kamarnya.Untuk meyakinkan hal itu, Dimas pun menghubungi Indah lewat sambungan teleponnya.“Indah ... Nyonya Elena sudah di kamarnya, kan? Ini Tuan Erlangga bertanya lewat ponselku,” tanya Dimas sengaja menyalakan speaker pada ponselnya.“Sudah Pak Dimas..., Sekarang sedan
Baca selengkapnya

Bab 45 : Hari pertama bekerja

Seminggu kemudian, setelah siap dengan ruang kantor yang diminta oleh Erlangga. Herlambang pun mengajak Erlangga untuk ke perusahaan keluarga mereka. Beberapa karyawan dan karyawati yang tahu kehadiran Erlangga ke kantor itu, menyapanya dengan tersenyum dan menganggukkan kepalanya.Kemudian, Herlambang pun mengajaknya ke lantai 14. Diruang besar itu, Erlangga akan berkantor. Lelaki tampan yang masih menggunakan penyangga pada bagian kanan bahunya berjalan mengelilingi ruangannya yang cukup besar. Sedangkan pada bagian kiri bahunya masih dibalut oleh gips akibat patah pada tulang bahu kirinya. Erlangga tampak menikmati pemandangan dari lantai 14 lewat jendela kaca dengan memandang gedung-gedung pencakar langit dari lantai 14 dan ia juga mengamati jalan raya yang mulai tampak padat merapat.Terdengar, Erlangga bergumam dan tersungging saat melihat pemandangan pagi dari lantai 14, “Bagus juga pemandangannya, kalau lihat kemacetan dari lantai 14 ini, ternyata seru dan tampak lucu, liat m
Baca selengkapnya

Bab 46 : Selisih Paham

Tok ... Tok ... Tok ...“Masuk!” sahut Erlangga dari dalam ruang kerjanya.Ceklek!Pintu pun terbuka. Terlihat Anggun berjalan menuju meja kerja Erlangga dan berdiri persis di belakang kursi yang ada di hadapan Erlangga.“Ada apa?” tanya Erlangga menatap dingin Anggun.“Permisi Pak, ada lelaki bernama Alexander ingin menemui Bapak,” ucap Anggun.“Suruh dia masuk! Kenapa kamu menahannya di luar?” tanya Erlangga memojokkan Anggun.Anggun yang start awal sudah kesal karena didamprat oleh Erlangga pun membela diri. “Saya nggak tahu Pak, seberapa penting tamu itu bagi Bapak. Lain kali, saya mohon Pak Er, hubungi saya kalau memang sedang menunggu tamu.”Erlangga yang mendapat bantahan dari Anggun pun berucap, “Harusnya kamu yang lapor dulu ke saya kalau ada orang yang mau menemui saya. Jangan apa-apa masuk ke sini. Kamu nggak perlu masuk ke ruangan saya, kalau nggak saya suruh.”Anggun hanya terdiam dan menganggukkan kepala dan berbalik menuju pintu keluar untuk mengajak Alexander ke ruanga
Baca selengkapnya

Bab 47 : Kekesalan Elena

Hari berganti hari dan waktu pun berjalan dengan cepatnya. Tanpa terasa, satu bulan pun berlalu. Satu hari sebelum Elena dan Herlambang melangsungkan pernikahan mereka, Tiara memutuskan untuk melakukan pengobatan di Singapura. Erlangga dan Bella pun ikut mengantar kepergian Tiara menuju ke Singapura. Saat Erlangga tengah bersiap-siap ke Bandara, lelaki tampan itu terlebih dahulu menyambangi kamar Elena untuk melihat putranya, sebelum ia mengatar Tiara ke Singapura. Tok ... Tok ... Tok ...“Lena...,” panggil Erlangga.“Ya, Er..., tunggu...,” jawab Elena dari dalam kamarnya.Ceklek! “Lama sekali. Siapa yang kamu sembunyikan di dalam kamar?” tanya Erlangga dengan alis meninggi.“Siapa yang aku sembunyikan? Nggak ada..., maksud kamu siapa? Papi Her?” tanya Elena dengan nada kesal pada Erlangga.“Hahahaha..., Baguslah kalau sudah nyadar. Bukannya selama ini kamu memasukkan lelaki itu ke kamarmu? Hal itu yang buat aku ingin mengambil Satrya dari kamu. Karena, kamu kasih contoh buruk bua
Baca selengkapnya

Bab 48 : Kemarahan berakhir kenikmatan

Mendengar kemarahan Elena, membuat Herlambang tersenyum lebar dan memeluk wanita yang sudah membuatnya ingin hidup seratus tahun lagi dalam cintanya.“Lepas! Batal aja nikahnya,” rajuk Elena berupaya melepaskan tubuhnya dari Herlambang.“Sayang, aku suka sekali liat kamu marah. Ternyata kamu kalau marah buat aku tambah gemas.”Cup!Sebuah kecupan mendarat di bibir Elena, hingga wanita cantik yang sudah terlalu kesal dengan ucapan Herlambang justru menutup mulutnya rapat. Setelah itu, Herlambang membopong tubuh Elena masuk ke dalam kamar dan membawanya ke ranjangnya. Di tempat tidur itu, Herlambang memegang kedua tangan Elena dan menciumi lehernya.Namun, Elena yang memang sangat kesal pada Erlangga atas kata-katanya ditambah Herlambang yang seolah menyudutkannya, Elena pun memberontak kala Herlambang melakukan ciuman pada bagian leher jenjang Elena. Hingga membuat Elena yang sangat kesal bertambah kesal. Sesaat kemudian, tanpa diduga kaki Elena di pakainya untuk menendang perut Herlam
Baca selengkapnya

Bab 49 : Menikah

Di sebuah hotel mewah, Elena dengan gaun indahnya bersanding dengan Herlambang, usai melakukan ijab kabul yang dilakukan pada sebuah ruangan yang khusus diperuntukkan bagi keluarga Elena dan keluarga Herlambang, pada pukul 9 pagi.Di perhelatan resepsi Herlambang dan Elena yang dilakukan pukul 10 pagi hingga pukul satu sing pun, dihadiri para kolega dan teman-teman kuliah Herlambang. Hadir pula segelintir anggota teman nongkrong Elena sewaktu SMA yang diundang lewat Jamila dan Alexander. Mereka duduk pada sebuah meja melingkar. Dimana, setiap tamu akan disapa oleh pengantin dengan menyambangi tiap meja yang bisa diisi oleh 6 orang.Beberapa kolega Herlambang menanyakan keberadaan Tiara yang memang telah dikenalnya dalam persatuan pengusaha Indonesia. Dimana, Tiara beberapa kali ikut dalam kegiatan sosial yang selalu diselenggarakan oleh para pengusaha setiap akhir bulan.Seorang wanita yang dikenal sebagai teman Tiara yang juga seorang pengusaha, menyindir Elena yang dikenalkan Herlam
Baca selengkapnya

Bab 50 : Keinginan Herlambang

Satu minggu kemudian, Erlangga kembali ke Jakarta seorang diri tanpa di dampingi Bella. Lelaki tampan itu pulang ke rumah dengan menggunakan taxi tanpa minta di jemput oleh sopir pribadi Tiara. Dua orang sekuriti yang menghampiri taxi yang berhenti di depan pintu pagar rumah mewah itu dengan mengetuk kaca taxi.Tok ... Tok ...Kaca pintu taxi pun dibuka, dan seorang sekuriti yang tidak menyadari kalau Erlangga berada di belakang kursi penumpang, menegur sopir taxi tersebut.“Minggir dari depan pagar ini! Jangan parkir disini!” bentak sekuriti bernama Bento.“Buka pintunya!” bentak Erlangga membuka kaca belakang taxi.Bento yang mendengar dan melihat Erlangga di belakang kursi penumpang langsung membungkukkan kepalanya dan salah seorang sekuriti berlari ke pintu gerbang untuk membukakan pintu gerbang rumah mewah tersebut.“Maaf Tuan Erlangga, saya pikir ada taxi yang parkir disini. Silakan masuk Tuan....”Bento memberikan hormat kembali dengan tangan kanan memberikan jalan taxi kala te
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status