Di sebuah hotel mewah, Elena dengan gaun indahnya bersanding dengan Herlambang, usai melakukan ijab kabul yang dilakukan pada sebuah ruangan yang khusus diperuntukkan bagi keluarga Elena dan keluarga Herlambang, pada pukul 9 pagi.Di perhelatan resepsi Herlambang dan Elena yang dilakukan pukul 10 pagi hingga pukul satu sing pun, dihadiri para kolega dan teman-teman kuliah Herlambang. Hadir pula segelintir anggota teman nongkrong Elena sewaktu SMA yang diundang lewat Jamila dan Alexander. Mereka duduk pada sebuah meja melingkar. Dimana, setiap tamu akan disapa oleh pengantin dengan menyambangi tiap meja yang bisa diisi oleh 6 orang.Beberapa kolega Herlambang menanyakan keberadaan Tiara yang memang telah dikenalnya dalam persatuan pengusaha Indonesia. Dimana, Tiara beberapa kali ikut dalam kegiatan sosial yang selalu diselenggarakan oleh para pengusaha setiap akhir bulan.Seorang wanita yang dikenal sebagai teman Tiara yang juga seorang pengusaha, menyindir Elena yang dikenalkan Herlam
Satu minggu kemudian, Erlangga kembali ke Jakarta seorang diri tanpa di dampingi Bella. Lelaki tampan itu pulang ke rumah dengan menggunakan taxi tanpa minta di jemput oleh sopir pribadi Tiara. Dua orang sekuriti yang menghampiri taxi yang berhenti di depan pintu pagar rumah mewah itu dengan mengetuk kaca taxi.Tok ... Tok ...Kaca pintu taxi pun dibuka, dan seorang sekuriti yang tidak menyadari kalau Erlangga berada di belakang kursi penumpang, menegur sopir taxi tersebut.“Minggir dari depan pagar ini! Jangan parkir disini!” bentak sekuriti bernama Bento.“Buka pintunya!” bentak Erlangga membuka kaca belakang taxi.Bento yang mendengar dan melihat Erlangga di belakang kursi penumpang langsung membungkukkan kepalanya dan salah seorang sekuriti berlari ke pintu gerbang untuk membukakan pintu gerbang rumah mewah tersebut.“Maaf Tuan Erlangga, saya pikir ada taxi yang parkir disini. Silakan masuk Tuan....”Bento memberikan hormat kembali dengan tangan kanan memberikan jalan taxi kala te
Erlangga yang telah membersihkan diri pun, keluar kamar dan menghubungi Dimas.“Pak Dimas, minta Indah bawa Satrya ke ruang santai. Aku ingin melihatnya,” pinta Erlangga dalam sambungan telepon sebelum ia akan ke kantor.“Siap Tuan Er,” jawab Dimas dan menutup sambungan teleponnya.Sekitar lima menit berlalu, Erlangga yang tak melihat Indah membawa putranya kembali menghubungi Dimas.“Pak Dimas, mana Satrya? Mau berapa lama lagi aku bisa menggendong putraku? Cepat aku akan ke kantor!” sungut Erlangga.“Sebentar lagi Tuan,” jawab Dimas tanpa menjelaskan alasannya.“Ini udah lima menit berlalu. Mana Indah?! Panggil dia!” perintah Erlangga yang merasa jenuh menunggu hingga 5 menit.Dimas yang tak ingin menyampaikan kendala yang terjadi meminta Indah menemui Erlangga. Satu menit kemudian, indah pun telah menghadap Erlangga. Melihat Indah tidak membawa Satrya, membuat Erlangga berdiri dan menatap tajam ke arah netra Indah.“Untuk apa kamu menghadapku! Mana Tuan muda?!” tanya Erlangga bert
Sesampai di kantor Erlangga langsung menuju ruang kerjanya dan menghubungi Anggun.“Ke ruangku,” perintah Erlangga dari sambungan telepon direct.Satu menit kemudian, Anggun yang ruangnya berada di sebelah ruang Erlangga pun, telah masuk ke ruangan tersebut tanpa mengetuk pintu.“Pagi Pak,” sapa Anggun masuk dan menghadap Erlangga.“Anggun duduklah,” sambut Erlangga. Anggun pun duduk di hadapan Erlangga.Dengan bolpoin dan sebuah notes di tangannya Anggun menunggu perintah yang akan diberikan oleh Erlangga.“Anggun, undang beberapa kepala divisi ke sebuah restoran. Aku ingin mengadakan rapat diluar dengan menjamu mereka makan malam,” perintah Erlangga.“Maaf, untuk tempatnya, restoran mana Pak?” tanya Anggun.“Cari restoran yang ada di hotel bintang 5 di dekat kantor ini saja. Undang mereka dengan email resmi dengan subject membahas kendala dalam perusahaan,” perintah Erlangga kembali.“Baik Pak. Berarti Bapak mengundang 5 divisi? Operasional, Marketing, Keuangan, Produksi dan HRD?” t
Sekitar pukul 6 sore, mobil yang membawa Erlangga dan dikendarai oleh Imam sampai di rumah. Bersamaan dengan itu, mobil yang dikendarai oleh Herlambang juga masuk ke halaman rumah besar dan mewah tersebut.Erlangga dengan sikap acuhnya keluar dari dalam mobil dan melangkahkan kakinya menuju pintu masuk utama rumah mewah tersebut tanpa menghiraukan Herlambang yang keluar dari dalam mobil bersama Elena.Dengan langkah panjangnya, Erlangga sengaja meninggalkan Herlambang dan Elena yang merengkuh lengan bagian atas Herlambang.Sesampai di dalam rumah, Erlangga langsung menemui Indah di kamarnya yang sedang menidurkan Satrya dan wanita itu langsung beranjak dari tempat tidur Erlangga.“Maaf Tuan, soalnya kalau nggak saya jaga di sampingnya takut jatuh. Kalau gimana, tempat tidurnya Tuan muda bawa ke kamar Tuan aja,” saran Indah berdiri dan menunduk malu, karena gadis muda itu ikut tidur di tempat tidur Erlangga.“Ya,” jawab Erlangga dingin.“Tuan, apakah Tuan muda saya bawa ke Nyonya sekar
Erlangga dan ketiga orang kepala divisi serta seorang sekretaris bersantap malam dengan sesekali membicarakan masalah pekerjaan yang dilakukan oleh ketiga orang di bawahnya. Mereka semua sangat menghargai Erlangga yang memintanya makan malam bersama. Bahkan, dari ketiganya berjanji akan setia pada kepemimpinan Erlangga.“Pak Mus, sebagai kepala divisi Marketing ... Kira-kira apa yang harus dilakukan oleh Pak Her selaku direktur utama untuk pengembangan perusahaan? Mungkin pak Mus bisa memberikan gambaran?” tanya Erlangga pada Mustofa selaku kepala divisi Marketing.“Menurut saya, pembukaan cabang-cabang pembantu itu perlu Pak Er. Selama ini, banyak dari cabang di daerah mengeluh masalah lambatnya pengiriman barang pada distributor. Karena untuk cakupan Jawa Timur itu luas, Pak Er. Nanti saya berikan titik-titik yang harus di lakukan pembukaan cabang pembantu, jika bisnis ini akan besar,” saran Mustofa.“Apa Pak Mus sudah pernah menyampaikan pada pak Dirut?” tanya Erlangga yang menyebu
Tepat pukul dua dini hari, Anggun mengantar Erlangga pulang ke rumah dalam keadaan mabuk berat. Bahkan, untuk berjalan ke kamarnya saja, lelaki tampan itu perlu dipapah oleh dua orang sekuriti yang berjaga di rumah itu, usai Anggun meminta tolong pada kedua sekuriti.“Maaf Pak, ini rumah pak Erlangga?” tanya Anggun membuka kaca mobil berbicara dengan seorang sekuriti.“Iya benar. Bukannya ini mobil Tuan Erlangga?” tanya sekuriti curiga.“Iya Pak, saya sekretarisnya. Ini pak Erlangga ada dibangku belakang mabuk. Bisa minta tolong bawa ke dalam?” tanya Anggun membuka kaca pada bagian penumpang.Setelah itu, pintu gerbang pun di buka. Mobil masuk ke dalam rumah mewah itu dan kedua sekuriti membawa Erlangga masuk ke dalam rumah serta memapahnya ke kamarnya diikuti oleh Anggun. Setelah itu, sekuriti pun kembali ke posnya masing-masing.Di dalam kamar itu, Anggun membukakan sepatu yang dikenakan Erlangga dan membuka pakaiannya yang terkena muntahnya. Lalu, dengan mengamati kamar lelaki tamp
Pagi hari di hari Sabtu ceria, Erlangga yang dini hari baru pulang dalam keadaan mabuk, masih terlelap dalam tidur nyenyak di peraduannya. Sekitar pukul 9 pagi saat Erlangga membuka matanya, ia terkejut dengan kondisi tubuhnya yang tanpa selembar kain, melekat di tubuhnya.“Gila! Kenapa aku telanjang bulat seperti ini?” tanya Erlangga pada dirinya sendiri yang bingung dengan kondisinya.Kemudian, lelaki tampan itu mulai mengingat dan memilah kejadian kemarin hingga ia masuk ke dalam kamarnya. Lalu, Erlangga pun bermonolog pada dirinya lagi.“Siapa yang antar aku sampai ke kamar? Apa Elena ... Aku merasakan sentuhan dan ... Ya! Elena semalam kesini dan kami bercumbu ... Uhm, ternyata dia memang maniak,” ucapnya lagi sendiri di dalam kamar menatap platform dan tersenyum sendiri.Setelah puas dengan pikirannya sendiri, Erlangga pun beranjak dari tempat tidurnya dan membersihkan diri. Usai membersihkan diri, Erlangga memakai pakaiannya dan bergegas menemui putra tercintanya, Satrya.Kelua
Erlangga yang mengetahui kedatangan Herlambang, membuat lelaki tampan itu uring-uringan. Di rumah, Erlangga yang tak pernah membentak Bella atas kesalahan kecil yang diperbuatnya, di pagi hari itu saat lelaki tampan itu akan ke kantor, membuat Bella menangis atas hal kecil yang tak diduganya.“Lain kali, kamu itu mikir! Masa iya aku ke kantor pakai pakaian ini? Apa kamu pikir ini cocok aku pakai? Padahal sejak awal kamu pilihkan pakaian ini, aku sudah ngomong..., singkirkan dari lemari pakaianku! Dasar perempuan nggak bisa buat suami bahagia!” teriak Erlangga pada Bella kala wanita cantik itu mengambilkan pakaian yang tak disuka oleh Erlangga.Elizabeth yang mendengar putrinya dibentak oleh Erlangga pun masuk ke dalam kamar itu dan menegur menantunya, “Ada apa sih sama kamu? Masalah pakaian saja sampai memaki-maki Bella! Apa putriku kurang baik mengurus putramu?!” Erlangga yang terkejut dengan kehadiran Elizabeth yang datang ke kamar mereka pun melirik ke arah wanita yang telah cukup
Perselingkuhan yang dimulai oleh libido yang tak tersalurkan oleh Elena, membawanya dalam pusaran ketakutan dan hasrat yang kian tak terbendungkan. Karena sejak saat itu, mereka sering melakukan hubungan intim di ruang kerja Erlangga. Terlebih, Bella kini sudah sangat percaya pada Erlangga sejak sang suami mempunyai sekretaris seorang lelaki.Seperti pagi ini, Erlangga berpamitan di pagi hari dengan alasan akan ada kunjungan dari investor sehingga ia harus mengecek seluruh data yang diminta oleh investor tersebut. Dan Erlangga juga meminta pada Elena untuk datang pukul 7 pagi, dengan alasan yang sama. Maka, saat Erlangga telah berada di ruangan kerjanya, lelaki tampan yang telah mempersiapkan diri dengan meminum vitamin dan suplemen serta obat kuat pun, menunggu kedatangan Elena.Tok ... Tok ... Tok ...“Ya masuk,” ucap Erlangga seraya tersenyum lebar kala melihat jam baru menunjukkan pukul 7 kurang sepuluh menit.Lelaki tampan itu beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri Elena y
Kepergian Herlambang dalam menjajaki pembukaan perusahaan baru atas nama putranya Sakti, membuat Elena merasa kesepian saat berada di rumah. Wanita cantik itu lebih suka menghabiskan waktu di kantor, karena lebih cepat waktu berlalu dibandingkan saat ia berada di rumah. Terlebih saat ini, Sakti yang kini telah berusia 9 tahun, lebih banyak kegiatan ekstra di sekolah atau pun di tempat bimbel serta tempat olah raga.Seperti saat ini, setelah dua minggu berlalu, Elena yang merasa kesepian karena sang putra harus melakukan kegiatan olah raga memilih untuk ke rumah Herlina. Di rumah Herlina, Elena biasanya mengobrol banyak hal pada sang mama yang telah semakin menua.“Lena..., mama kangen sekali sama Jamila. Apa kamu bisa menghubungi Jamila?” tanya Herlina.“Ya Maa.., sekarang Lena hubungi Mila,” jawab Elena.Satu jam kemudian, Jamila yang diminta datang ke rumah Herlina pun, menyambangi wanita yang telah dianggap mamanya pula. Mereka bercengkerama dan bercerita pada masa tinggal di sebua
Sejak Erlangga mengajak makan siang Elena, hubungan mereka kian akrab. Keakraban mereka tanpa diketahui pasangan masing-masing telah terjalin selama 2 tahun sejak Elena menjadi kepala cabang dari perusahaan EDC tersebut. Namun, selama ini keakraban mereka hanya sebagai atasan dan bawahan, ayah dan ibu dari seorang pewaris utama. Dan mereka juga sering bercerita tentang rumah tangga masing-masing dengan kebahagiaan masing-masing serta membicarakan tumbuh kembang Satrya di bawah pengawasan Bella, ketika mereka makan bersama di saat Herlambang keluar kota. Hal ini mereka lakukan, agar tidak adanya kesalahpahaman atas hubungan yang kini terjalin di antara mereka. Seperti saat ini usai mereka mengikuti rapat di sebuah Bank Swasta, mereka pun makan bersama pada sebuah restoran. Di momen ini, Elena mulai mengeluhkan perihal diri Herlambang pada Erlangga. Dan hal itu jelas membuat Erlangga terkejut. Karena selama ini, Elena sangat bersemangat jika membicarakan tentang Herlambang yang sering
Erlangga yang sejak awal ingin memutuskan hubungan dengan Anggun akhirnya dapat dengan mudah melempar wanita yang semakin ingin memilikinya. Sementara, Elena yang telah dua kali ditolong Erlangga saat menghadapi kendala di tempatnya bekerja merasa berhutang budi atas segala tindakan yang telah dilakukan oleh Erlangga pada dirinya. Maka, usai pemecatan yang dilakukan langsung oleh HRD, Erlangga memanfaatkan kejadian itu dengan mengajak Elena untuk keluar makan bersama, kala wanita nan cantik jelita itu sedang menghadap di ruang kerjanya. “Terima kasih Pak, sudah menolong saya dari kekasaran sekretaris Bapak,” ucap Elena tersenyum samar.“Sama-sama. Memang selama ini, aku sempat dengar beberapa staf komplain ke HRD perihal perangai Anggun yang arogan dan kurang bisa diajak kerja sama. Finalnya ya tadi itu. Berarti dia itu orang yang nggak bisa menghormati orang lain, terlebih orang baru seperti kamu,” tutur Erlangga basa-basi dengan memikirkan siasat agar Elena bisa diajak makan bersam
Sejak Elena bekerja di perusahaan milik keluarga Erlangga dan Herlambang, lelaki tampan itu sudah membuka percakapan untuk memberitahukan istrinya perihal Elena. Namun, setiap kali Erlangga membuka percakapan tentang Elena. Bella selalu menolaknya dan hal itu telah dilakukan beberapa kali, hingga akhirnya Elena telah bekerja di bawah kepemimpinan Erlangga selama tiga bulan.Erlangga kembali memberitahukan Bella perihal Elena pada pagi hari sebelum lelaki tampan itu berangkat ke kantornya di sebuah meja makan saat mereka sarapan pagi. “Sayang, aku ingin memberitahu kamu tentang Elena,” ucap Erlangga saat menyelesaikan suapan terakhir sarapannya.“Aku nggak mau tau!” ujarnya sembari meletakkan gelas usai ia meneguk air mineral yang ada dalam gelas panjang bening miliknya.“Sayang ... Mau nggak mau kamu harus mendengar penjelasanku sebelum kamu menuduhku macam-macam,” ujar Erlangga menyeka bibirnya dengan serbet putih.“Menuduh...? Maksudnya menuduh siapa?” tanya Bella menghentikan sua
Tiga bulan setelah Elena menyandang gelar sarjana manajemen and Business, wanita cantik itu pun mulai memberanikan diri untuk terjun langsung dalam bisnis yang digeluti oleh Herlambang setelah suami tercintanya menjelaskan secara rinci perusahaan yang selama ini dimiliki oleh Erlangga dan dirinya. Dimana, perusahaan tersebut telah bekerja sama dengan beberapa Bank yang menawarkan jasa dalam pengembangan digital seperti mesin EDC.Selama ini, perusahaan tersebut telah menjadi distributor utama mesin EDC, sebuah mesin yang digunakan untuk bertransaksi di beberapa merchant seperti resto, butik, swalayan termasuk hotel-hotel. Kalau selama ini, perusahaan ini hanya sebagai pemasok mesin EDC atau mesin gesek untuk transaksi yang dilakukan beberapa merchant terkait, kini sejak kehadiran Erlangga dan menyandang sebagai CEO, lelaki tampan itu melakukan terobosan baru dengan mendirikan anak perusahaan yang mengelola mesin EDC berikut System IT yang dikembangkan sebagai inovasi dari mesin EDC ya
Bella yang telah kesal dengan Elena tak mampu melampiaskan kemarahannya pada wanita cantik itu. Untuk melampiaskan kekesalannya pada Erlangga pun, bukan suatu yang bisa ia lampiaskan. Apa lagi mengikuti cara Elizabeth. Kalau saja dirinya tidak mandul, mungkin ia sudah memaki-maki dan melampiaskan kekesalannya pada Erlangga dan Elena. “Sekarang, Bella harus gimana Maa?” tanya wanita cantik nan judes itu sembari memegang dan memijat-mijat dahinya.“Kasih aja foto ini, tanya baik-baik pada Erlangga. Kenapa dia harus bohong jika harus bertemu dengan Elena? Dengan begitu, Erlangga akan semakin menghormati dan menganggap dirimu memang berkelas. Jangan marah-marah ... Pakai akalmu,” nasihat Elizabeth.“Mama sih, gampang. Pakai akal ... Mama aja yang tahu Papa nikah sama sekretarisnya langsung labrak dan buat Papa malu di kantornya dan lebih memilih wanita itu...,” cibir Bella yang kesal atas nasihat Elizabeth.“Bella, kenapa Mama minta cerai? Karena untuk apa juga Mama urus Papa kamu yang u
Bella yang penasaran atas cerita Elizabeth atas diri Erlangga sedikitnya merasa penasaran atas apa yang dikatakan mamanya. Karena itu, usai ia melakukan Nail pada kuku jemari tangan dan kakinya, wanita cantik itu dengan keraguan di hatinya beberapa kali meraih ponselnya dan meletakkannya kembali dengan bermonolog.“Aku nggak bisa curiga seperti itu terus menerus sama Erlangga. Kalau ternyata kecurigaanku salah dan apa yang dituduhkan mamaku hanya berita kebohongan, bagaimana cara aku mempertahankan mama tinggal disini?” tanyanya pada diri sendiri.Bella yang ragu untuk menghubungi Erlangga, kembali meletakkan ponselnya untuk ke sekian kalinya. Hingga akhirnya, wanita cantik itu memanggil Indah yang biasanya sedang menonton televisi di kamar Satrya.“Indah...! Indah...!” panggil Bella setengah berteriak hingga membuat beberapa pelayan di rumah itu, berlari ke ruang keluarga.Melihat dua orang pelayan di rumah itu tergopoh-gopoh berlari ke arah Bella yang ada di ruang keluarga, membuat