Tepat pukul dua dini hari, Anggun mengantar Erlangga pulang ke rumah dalam keadaan mabuk berat. Bahkan, untuk berjalan ke kamarnya saja, lelaki tampan itu perlu dipapah oleh dua orang sekuriti yang berjaga di rumah itu, usai Anggun meminta tolong pada kedua sekuriti.“Maaf Pak, ini rumah pak Erlangga?” tanya Anggun membuka kaca mobil berbicara dengan seorang sekuriti.“Iya benar. Bukannya ini mobil Tuan Erlangga?” tanya sekuriti curiga.“Iya Pak, saya sekretarisnya. Ini pak Erlangga ada dibangku belakang mabuk. Bisa minta tolong bawa ke dalam?” tanya Anggun membuka kaca pada bagian penumpang.Setelah itu, pintu gerbang pun di buka. Mobil masuk ke dalam rumah mewah itu dan kedua sekuriti membawa Erlangga masuk ke dalam rumah serta memapahnya ke kamarnya diikuti oleh Anggun. Setelah itu, sekuriti pun kembali ke posnya masing-masing.Di dalam kamar itu, Anggun membukakan sepatu yang dikenakan Erlangga dan membuka pakaiannya yang terkena muntahnya. Lalu, dengan mengamati kamar lelaki tamp
Pagi hari di hari Sabtu ceria, Erlangga yang dini hari baru pulang dalam keadaan mabuk, masih terlelap dalam tidur nyenyak di peraduannya. Sekitar pukul 9 pagi saat Erlangga membuka matanya, ia terkejut dengan kondisi tubuhnya yang tanpa selembar kain, melekat di tubuhnya.“Gila! Kenapa aku telanjang bulat seperti ini?” tanya Erlangga pada dirinya sendiri yang bingung dengan kondisinya.Kemudian, lelaki tampan itu mulai mengingat dan memilah kejadian kemarin hingga ia masuk ke dalam kamarnya. Lalu, Erlangga pun bermonolog pada dirinya lagi.“Siapa yang antar aku sampai ke kamar? Apa Elena ... Aku merasakan sentuhan dan ... Ya! Elena semalam kesini dan kami bercumbu ... Uhm, ternyata dia memang maniak,” ucapnya lagi sendiri di dalam kamar menatap platform dan tersenyum sendiri.Setelah puas dengan pikirannya sendiri, Erlangga pun beranjak dari tempat tidurnya dan membersihkan diri. Usai membersihkan diri, Erlangga memakai pakaiannya dan bergegas menemui putra tercintanya, Satrya.Kelua
Usai menikmati makanannya bersama Sakti, Erlangga pun menuju ruang santai dengan menggandeng jemari mungil Sakti. Ia memilih ruang santai, karena di ruang keluarga Elena dan Herlambang masih duduk di sofa dan bersantai. Setelah itu, Erlangga menghubungi Dimas untuk meminta Indah membawa putranya ke ruang santai.“Pak Dimas, minta Indah bawa Satrya ke ruang santai,” pinta Erlangga.“Baik Tuan,” jawab Dimas dalam sambungan telepon.Sekitar 5 menit, Indah membawa Satrya ke ruang santai dan menyerahkan putranya ke dalam dekapannya.“Sakti, duduk dulu di sebelah. Papa mau gendong Satrya dulu,” pinta Erlangga mengangkat tubuh kecil Sakti duduk disisi kanannya dan menerima tubuh mungil putra tampannya.Setelah itu, mereka bercengkerama satu dan lainnya. Tampak Sakti dengan tawa cerianya bermain dengan Satrya yang berada dalam gendongan Erlangga. Sebelum Indah berlalu dari ruang santai, wanita itu pun menyampaikan pesan Herlambang padanya, kala ia mengambil Satrya dalam dekapan Elena.“Tuan E
Elena yang merasa gusar atas ucapan putra kecilnya, menyambangi kamar pengasuh Sakti yang bernama Mala. Hati dan pikirannya yang kesal dan panas mendengar penolakan Erlangga atas Satrya yang tidak diperbolehkan ikut pindah ke rumah barunya, ditambah dengan ucapan Sakti yang membuatnya terpojok, meyakini diri Elena kalau apa yang dipikirkan oleh Herlambang tentang orang lain yang menghasut Sakti untuk membenci Herlambang dengan ceritanya.“Mala! Ikut aku,” perintah Elena saat membuka pintu kamar pengasuh Sakti.Mala yang tidak tahu atas peristiwa yang terjadi di ruang kerja Herlambang, hanya manut dengan mengikuti langkah ibu muda nan cantik jelita menuju kamarnya di lantai satu. Sesampai dikamarnya, tampak Indah tengah menggendong Satrya untuk menidurkannya usai diberikan Asi yang tersedia di botol pada kulkas kecil yang ada di kamar itu. Saat melihat kedatangan Mala ke kamar Elena, Indah hanya melirik dan mengamati gestur wajah sang Nyonya rumah yang tampak tegang.“Masuk!” ajak Ele
Elena yang berada di ruang kerja Herlambang pun, menerima servis dari suami tercintanya di meja kerja sang suami, hingga mengerang hebat. Di dalam ruang kerja itu, Herlambang seorang direktur utama pada sebuah perusahaan besar harus membenamkan kepalanya di antara kedua kaki jenjang Elena yang mulus.Dan dengan liar, Elena terus menaik dan menurunkan pinggulnya serta menekan kepala Herlambang untuk tetap berada diselangkangkannya serta memberikan aba-aba pada lelaki tampan itu, kapan menjilat, menghisap daging legit miliknya. “Aakh! Papiiiii! Iseeep lebih kuat! Oouuhhh...! Eenaak Piii..., Terusss....,” Erang Elena yang minta berulang kali Herlambang melakukan hal yang diingini.“Keluarkan sayang..., Hmmmm...,” pinta Herlambang yang telah merasakan bagian intim Elena telah basah.Herlambang terus memberikan kenikmatan pada Elena sesuai dengan keinginannya. Bahkan, Elena juga meminta Herlambang memasukkan jemari tengahnya sembari menyesapnya kuat.“Oouuwwh..., Papiiiii.... Aaakh! Eenaak
Dua minggu kemudian, usai terjadi kesepakatan antara Erlangga dan Elena serta Herlambang perihal kepindahan Elena dan Herlambang, membuat Erlangga lebih jarang berseteru³ dengan Elena. Karena kesibukan Erlangga yang harus ke kantor setiap paginya.Seperti di pagi ini, sekitar pukul setengah delapan Erlangga telah tiba di kantor, sementara Anggun yang terbiasa ke kantor pukul delapan kurang sepuluh menit belum menampakkan hidungnya untuk mengurusi Erlangga yang telah duduk di ruang kerjanya setelah seorang sekuriti membukakan pintu ruangannya dengan kunci cadangan yang selalu ada di tempat sekuriti berjaga.“Maaf, apa bapak akan minum kopi atau teh, biar nanti saya minta ke pesuruh untuk buat minuman ke Bapak,” ujar seorang sekuriti bernama Toto.“Biar nanti saja Pak Toto, terima kasih,” jawab Erlangga tersenyum ramah.“Baik Pak, saya permisi dulu,” ucap Toto menganggukkan kepalanya dan berlalu dari ruang kerja sang bos.Erlangga menghubungi Bella untuk menanyakan perkembangan Tiara se
Erina seorang gadis muda berusia 19 tahun akhirnya hanya diberi tugas oleh Anggun hanya untuk menulis dalam buku registrasi surat masuk dan surat keluar serta untuk membawa beberapa surat yang diberikan pada divisi terkait. Hal itu tidak diketahui oleh Erlangga, karena fokus lelaki tampan itu hanya pada pekerjaannya saja.Sampai akhirnya pada suatu pagi, kala Erlangga lebih awal ke kantor karena akan mempersiapkan laporan dan materi yang akan dijabarkan dalam ruang rapat di pagi hari sekitar jam sembilan nanti, maka Erlangga telah tiba di kantor saat jam baru menunjukkan pukul setengah delapan.“Pagi Pak,” sapa Erina kala dilihat Erlangga melangkah menuju ruangnya yang telah rapi saat ia telah bekerja hampir 2 minggu.“Pagi..., kamu kok masih diluar sini. Apa nggak bawa kunci ruangan Anggun?” tanya Erlangga.“Iya Pak, saya tunggu ibu Anggun,” jawabnya.“Buatkan saya kopi,” pinta Erlangga pada Erina yang masih memakai pakaian atasan berwarna putih dan bawahan berwarna hitam, layaknya k
Bab 62 : Rahasia Erlangga dan Erina Erlangga yang tersenyum sendiri kala memikirkan kelakuannya atas diri Erina. Apa yang dilakukan pada Erina membuatnya teringat atas Elena yang dipikir Erlangga melakukan hubungan intim saat dirinya mabuk sebulan yang lalu. Namun, Erlangga yang kini semakin menjauh dari Elena karena wanita cantik itu selalu menghindari konflik dengannya. Terlebih, saat ini Elena pulang ke rumahnya setiap malam Sabtu dan kembali pada malam Senin, hingga membuat dirinya semakin penasaran atas diri Elena yang semakin acuh tak acuh pada dirinya.“Elena itu emang unik. Maunya main kalau orangnya lagi mabuk. Apa sebaiknya besok waktu papi ke Surabaya aku mabuk aja yaa? Siapa tau Elena mau berhubungan intim denganku lagi?” tanyanya pada diri sendiri dengan membayangkan bentuk tubuh Elena yang dirindukannya.Tok ... Tok ... Tok ...Ceklek!“Pagi Er!” sapa Herlambang.Herlambang masuk ke ruang kerja Erlangga dan duduk di hadapan lelaki tampan itu. Kemudian, Herlambang pun be
Erlangga yang mengetahui kedatangan Herlambang, membuat lelaki tampan itu uring-uringan. Di rumah, Erlangga yang tak pernah membentak Bella atas kesalahan kecil yang diperbuatnya, di pagi hari itu saat lelaki tampan itu akan ke kantor, membuat Bella menangis atas hal kecil yang tak diduganya.“Lain kali, kamu itu mikir! Masa iya aku ke kantor pakai pakaian ini? Apa kamu pikir ini cocok aku pakai? Padahal sejak awal kamu pilihkan pakaian ini, aku sudah ngomong..., singkirkan dari lemari pakaianku! Dasar perempuan nggak bisa buat suami bahagia!” teriak Erlangga pada Bella kala wanita cantik itu mengambilkan pakaian yang tak disuka oleh Erlangga.Elizabeth yang mendengar putrinya dibentak oleh Erlangga pun masuk ke dalam kamar itu dan menegur menantunya, “Ada apa sih sama kamu? Masalah pakaian saja sampai memaki-maki Bella! Apa putriku kurang baik mengurus putramu?!” Erlangga yang terkejut dengan kehadiran Elizabeth yang datang ke kamar mereka pun melirik ke arah wanita yang telah cukup
Perselingkuhan yang dimulai oleh libido yang tak tersalurkan oleh Elena, membawanya dalam pusaran ketakutan dan hasrat yang kian tak terbendungkan. Karena sejak saat itu, mereka sering melakukan hubungan intim di ruang kerja Erlangga. Terlebih, Bella kini sudah sangat percaya pada Erlangga sejak sang suami mempunyai sekretaris seorang lelaki.Seperti pagi ini, Erlangga berpamitan di pagi hari dengan alasan akan ada kunjungan dari investor sehingga ia harus mengecek seluruh data yang diminta oleh investor tersebut. Dan Erlangga juga meminta pada Elena untuk datang pukul 7 pagi, dengan alasan yang sama. Maka, saat Erlangga telah berada di ruangan kerjanya, lelaki tampan yang telah mempersiapkan diri dengan meminum vitamin dan suplemen serta obat kuat pun, menunggu kedatangan Elena.Tok ... Tok ... Tok ...“Ya masuk,” ucap Erlangga seraya tersenyum lebar kala melihat jam baru menunjukkan pukul 7 kurang sepuluh menit.Lelaki tampan itu beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri Elena y
Kepergian Herlambang dalam menjajaki pembukaan perusahaan baru atas nama putranya Sakti, membuat Elena merasa kesepian saat berada di rumah. Wanita cantik itu lebih suka menghabiskan waktu di kantor, karena lebih cepat waktu berlalu dibandingkan saat ia berada di rumah. Terlebih saat ini, Sakti yang kini telah berusia 9 tahun, lebih banyak kegiatan ekstra di sekolah atau pun di tempat bimbel serta tempat olah raga.Seperti saat ini, setelah dua minggu berlalu, Elena yang merasa kesepian karena sang putra harus melakukan kegiatan olah raga memilih untuk ke rumah Herlina. Di rumah Herlina, Elena biasanya mengobrol banyak hal pada sang mama yang telah semakin menua.“Lena..., mama kangen sekali sama Jamila. Apa kamu bisa menghubungi Jamila?” tanya Herlina.“Ya Maa.., sekarang Lena hubungi Mila,” jawab Elena.Satu jam kemudian, Jamila yang diminta datang ke rumah Herlina pun, menyambangi wanita yang telah dianggap mamanya pula. Mereka bercengkerama dan bercerita pada masa tinggal di sebua
Sejak Erlangga mengajak makan siang Elena, hubungan mereka kian akrab. Keakraban mereka tanpa diketahui pasangan masing-masing telah terjalin selama 2 tahun sejak Elena menjadi kepala cabang dari perusahaan EDC tersebut. Namun, selama ini keakraban mereka hanya sebagai atasan dan bawahan, ayah dan ibu dari seorang pewaris utama. Dan mereka juga sering bercerita tentang rumah tangga masing-masing dengan kebahagiaan masing-masing serta membicarakan tumbuh kembang Satrya di bawah pengawasan Bella, ketika mereka makan bersama di saat Herlambang keluar kota. Hal ini mereka lakukan, agar tidak adanya kesalahpahaman atas hubungan yang kini terjalin di antara mereka. Seperti saat ini usai mereka mengikuti rapat di sebuah Bank Swasta, mereka pun makan bersama pada sebuah restoran. Di momen ini, Elena mulai mengeluhkan perihal diri Herlambang pada Erlangga. Dan hal itu jelas membuat Erlangga terkejut. Karena selama ini, Elena sangat bersemangat jika membicarakan tentang Herlambang yang sering
Erlangga yang sejak awal ingin memutuskan hubungan dengan Anggun akhirnya dapat dengan mudah melempar wanita yang semakin ingin memilikinya. Sementara, Elena yang telah dua kali ditolong Erlangga saat menghadapi kendala di tempatnya bekerja merasa berhutang budi atas segala tindakan yang telah dilakukan oleh Erlangga pada dirinya. Maka, usai pemecatan yang dilakukan langsung oleh HRD, Erlangga memanfaatkan kejadian itu dengan mengajak Elena untuk keluar makan bersama, kala wanita nan cantik jelita itu sedang menghadap di ruang kerjanya. “Terima kasih Pak, sudah menolong saya dari kekasaran sekretaris Bapak,” ucap Elena tersenyum samar.“Sama-sama. Memang selama ini, aku sempat dengar beberapa staf komplain ke HRD perihal perangai Anggun yang arogan dan kurang bisa diajak kerja sama. Finalnya ya tadi itu. Berarti dia itu orang yang nggak bisa menghormati orang lain, terlebih orang baru seperti kamu,” tutur Erlangga basa-basi dengan memikirkan siasat agar Elena bisa diajak makan bersam
Sejak Elena bekerja di perusahaan milik keluarga Erlangga dan Herlambang, lelaki tampan itu sudah membuka percakapan untuk memberitahukan istrinya perihal Elena. Namun, setiap kali Erlangga membuka percakapan tentang Elena. Bella selalu menolaknya dan hal itu telah dilakukan beberapa kali, hingga akhirnya Elena telah bekerja di bawah kepemimpinan Erlangga selama tiga bulan.Erlangga kembali memberitahukan Bella perihal Elena pada pagi hari sebelum lelaki tampan itu berangkat ke kantornya di sebuah meja makan saat mereka sarapan pagi. “Sayang, aku ingin memberitahu kamu tentang Elena,” ucap Erlangga saat menyelesaikan suapan terakhir sarapannya.“Aku nggak mau tau!” ujarnya sembari meletakkan gelas usai ia meneguk air mineral yang ada dalam gelas panjang bening miliknya.“Sayang ... Mau nggak mau kamu harus mendengar penjelasanku sebelum kamu menuduhku macam-macam,” ujar Erlangga menyeka bibirnya dengan serbet putih.“Menuduh...? Maksudnya menuduh siapa?” tanya Bella menghentikan sua
Tiga bulan setelah Elena menyandang gelar sarjana manajemen and Business, wanita cantik itu pun mulai memberanikan diri untuk terjun langsung dalam bisnis yang digeluti oleh Herlambang setelah suami tercintanya menjelaskan secara rinci perusahaan yang selama ini dimiliki oleh Erlangga dan dirinya. Dimana, perusahaan tersebut telah bekerja sama dengan beberapa Bank yang menawarkan jasa dalam pengembangan digital seperti mesin EDC.Selama ini, perusahaan tersebut telah menjadi distributor utama mesin EDC, sebuah mesin yang digunakan untuk bertransaksi di beberapa merchant seperti resto, butik, swalayan termasuk hotel-hotel. Kalau selama ini, perusahaan ini hanya sebagai pemasok mesin EDC atau mesin gesek untuk transaksi yang dilakukan beberapa merchant terkait, kini sejak kehadiran Erlangga dan menyandang sebagai CEO, lelaki tampan itu melakukan terobosan baru dengan mendirikan anak perusahaan yang mengelola mesin EDC berikut System IT yang dikembangkan sebagai inovasi dari mesin EDC ya
Bella yang telah kesal dengan Elena tak mampu melampiaskan kemarahannya pada wanita cantik itu. Untuk melampiaskan kekesalannya pada Erlangga pun, bukan suatu yang bisa ia lampiaskan. Apa lagi mengikuti cara Elizabeth. Kalau saja dirinya tidak mandul, mungkin ia sudah memaki-maki dan melampiaskan kekesalannya pada Erlangga dan Elena. “Sekarang, Bella harus gimana Maa?” tanya wanita cantik nan judes itu sembari memegang dan memijat-mijat dahinya.“Kasih aja foto ini, tanya baik-baik pada Erlangga. Kenapa dia harus bohong jika harus bertemu dengan Elena? Dengan begitu, Erlangga akan semakin menghormati dan menganggap dirimu memang berkelas. Jangan marah-marah ... Pakai akalmu,” nasihat Elizabeth.“Mama sih, gampang. Pakai akal ... Mama aja yang tahu Papa nikah sama sekretarisnya langsung labrak dan buat Papa malu di kantornya dan lebih memilih wanita itu...,” cibir Bella yang kesal atas nasihat Elizabeth.“Bella, kenapa Mama minta cerai? Karena untuk apa juga Mama urus Papa kamu yang u
Bella yang penasaran atas cerita Elizabeth atas diri Erlangga sedikitnya merasa penasaran atas apa yang dikatakan mamanya. Karena itu, usai ia melakukan Nail pada kuku jemari tangan dan kakinya, wanita cantik itu dengan keraguan di hatinya beberapa kali meraih ponselnya dan meletakkannya kembali dengan bermonolog.“Aku nggak bisa curiga seperti itu terus menerus sama Erlangga. Kalau ternyata kecurigaanku salah dan apa yang dituduhkan mamaku hanya berita kebohongan, bagaimana cara aku mempertahankan mama tinggal disini?” tanyanya pada diri sendiri.Bella yang ragu untuk menghubungi Erlangga, kembali meletakkan ponselnya untuk ke sekian kalinya. Hingga akhirnya, wanita cantik itu memanggil Indah yang biasanya sedang menonton televisi di kamar Satrya.“Indah...! Indah...!” panggil Bella setengah berteriak hingga membuat beberapa pelayan di rumah itu, berlari ke ruang keluarga.Melihat dua orang pelayan di rumah itu tergopoh-gopoh berlari ke arah Bella yang ada di ruang keluarga, membuat