Home / CEO / Harta Tahta Berdarah Dua Tuan Muda / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Harta Tahta Berdarah Dua Tuan Muda: Chapter 31 - Chapter 40

90 Chapters

Bab 31 : Erlangga sayang Sakti

“Halo Er..., elo masih di Jakarta?” tanya Alexander dalam sambungan telepon.“Iya, satu bulan lagi gue balik. Ada apa? Elo mau balik barengan sama gue?” jawabnya seraya bertanya“Ini ... gue disuruh Mila untuk ngasih kabar elo. Kalau hari ini Mila udah lahiran,” tutur Alexander dengan nada penuh bahagia.“Oh, syukurlah. Cewek apa cowok anaknya? Di rumah sakit mana? Gue mau jenguk dia,” ujar Erlangga dengan senyum bahagianya.“Cewek, cantik banget ... putih, kaya . Di Rumah bersalin Ananda, dekat rumah gue,” ujar Alexander.“Serius? Kok bisa yaa....,” sambung Erlangga.“Ya udah elo kesini. Sekalian bawain makanan buat Mila. Soalnya dari semalem dia puasa untuk operasi. Katanya sih, tunggu dia bisa buang gas, baru bisa minum dan makan dikit-dikit,” ungkap Alexander.“Ok! Siap ... gue kesana sama Bella.”“Er, ngomong-ngomong elo tinggal di rumah nyokap elo ya?” tanya Alexander kembali.“Iya, sampe gue balik ke Perth. Soalnya mami gue juga kan ada rencana mau tinggal di Singapura
Read more

Bab 32 : Elena pecah ketuban

Satu bulan setelah Jamila melahirkan, satu hari sebelum keberangkatan Erlangga menuju Perth, malam harinya sekitar pukul tujuh malam, usai Elena makan malam bersama Erlangga, Bella dan Tiara, tanpa Herlambang yang sudah dua hari berada di Surabaya. Wanita cantik dengan perut besarnya pamitan untuk kembali ke kamar, saat merasakan perutnya agak sedikit sakit dan berkontraksi. Saat Elena menaiki anak tangga untuk menuju kamarnya, wanita itu merasakan sesuatu keluar dari area sensitifnya dibarengi dengan rasa sakit pada perutnya. Hingga wanita cantik jelita itu pun menjerit. “Aduh!” pekik Elena memegang perutnya. “Nyonya besar! Nyonya Elena, sepertinya mau melahirkan, Nyonya!” “Apa?!” “Dimana dia?!” Tiara yang terkejut bertanya dan beranjak dari tempat duduk di ruang makan, melangkah panjang ke arah tangga rumah itu. Sementara, Erlangga berlari kecil menuju tangga. Sesampai di tangga, tampak Elena terduduk pada anak tangga ketiga. “Kenapa Lena?!” tanya Erlangga menghampiri Elena ya
Read more

Bab 33 : Amarah Erlangga pada Dimas

“Er, bisa kamu pulang ke rumah? Mami mau kamu ambil satu koper warna silver yang terbungkus plastik di lemari kamar mami,” perintah Tiara kala Erlangga membawakan makanan, minuman untuk Elena.“Koper? Untuk apa bawa koper ke Rumah Sakit?” tanya Erlangga, heran dengan perintah Tiara.“Mami masih menyimpan baju-baju bayi sewaktu kamu baru lahir sampai umur 2 tahun,” ungkap Tiara.“Ya Allah, Mami..., nggak usah aja pakai baju udah lama seperti itu. Er takut baju-baju itu udah nggak layak pakai,” tolak Erlangga.“Ngawur kamu ... Mami selalu bawa baju-baju bayi kamu ke laundry satu bulan sekali. Dan itu udah berlangsung sejak dulu. Kalau kamu nggak percaya, coba tanya Dimas yang sering Mami minta bawa koper itu ke laundry,” urai Tiara atas penolakan Erlangga.Elena yang mendengar percakapan ibu dan anak ikut memberikan pendapatnya.“Mii, saya juga udah siapkan kok, baju-baju untuk Satrya. Tadi itu saya mau ke atas untuk ambil bajunya waktu saya udah merasa agak mules. Malah, ketubann
Read more

Bab 34 : Nakalnya Herlambang

Herlambang yang seharusnya pulang dua hari lagi. Akhirnya pulang usai mendapat telepon dari Dimas. Dan tepat pada dini hari, Herlambang sampai ke Jakarta. Lalu, dengan hati gelisah, lelaki tampan itu meluncur ke Rumah Sakit dengan menggunakan taxi.Sekitar 1 jam kemudian, sekitar pukul 1 dini hari, Herlambang pun sampai di Rumah Sakit. Lelaki itu bergegas melangkah ke ruang perawatan Elena dengan rasa kuatir. Karena, sejak Dimas menghubunginya, kepala pelayan itu tidak menghubunginya kembali.Cklek!Pintu ruangan VIP terbuka, tampak pada ruang tunggu ruang tersebut, Setya tertidur nyenyak pada sebuah sofa. Kemudian, Herlambang masuk pada pintu kedua, dimana Elena tidur dalam perawatan pasca melahirkan.Cklek!Perlahan dibukanya pintu tersebut dengan perlahan. Lalu, dilihatnya wanita cantik yang telah membuat hatinya begitu kuatir tengah tertidur pulas dengan cantiknya.Herlambang mendekati tempat tidur Elena. Lalu, dengan penuh kasih sayang dikecupnya kening Elena dengan lembut
Read more

Bab 35 : Mandi bersama

Herlambang dengan telaten menyuapi Elena hingga makanan dalam piring itu tandas tak tersisa. Saat Herlambang tengah memberikan minum, datang seorang perawat untuk mengecek suhu pada tubuh Elena dan menanyakan beberapa keluhan pada wanita cantik itu. “Selamat pagi, gimana Bu Elena apa ada keluhan? Seperti pusing atau merasa lemas?” tanya seorang perawat seraya mengecek tensi dan suhu pada tubuh Elena.“Nggak ada keluhan, suster. Jam berapa bisa saya susui putra saya?” tanya Elena bersamaan selesainya pengukuran tensi dan suhu tubuh Elena.“Suhu dan tensinya normal. Sekarang Ibu sudah boleh jalan, bisa ke kamar mandi membersihkan diri. Setelah ibu selesai mandi, nanti putranya akan dibawa ke kamar untuk disusui,” tutur perawat tersebut seraya merapikan alat-alat yang dibawanya.“Terima kasih, suster,” jawab Elena.“Baiklah, saya permisi dulu. Silakan Ibu mandi dulu, mumpung suaminya belom ke kantor,” ucap perawat itu kembali dan keluar ruang perawatan Elena.Setelah itu, Elena be
Read more

BAB 36 : Jahatnya Tiara & Naasnya Erlangga

Bella dan Erlangga yang kembali pulang ke rumah mewah itu, mengejutkan Tiara yang menduga kalau putranya akan menunda perjalanannya selama 2 hari karena Tiara tidak berpikir sedikit pun, kalau Herlambang sudah kembali ke Jakarta.“Er ... kok kamu balik lagi? Apa ada yang diminta sama Elena?” tanya Tiara kala melihat kemunculan putranya dan sang menantu.“Nggak kok, Mii. Rencananya kami akan balik ke Perth hari ini. Tadi Er liat, ada Papi Her disana,” jawab Erlangga dan diiyakan oleh Bella yang mengangguk.“Oh, gitu. Apa nggak sebaiknya besok aja kamu balik ke Perth? Maunya Mami ajak Bella ke Salon,” pinta Tiara kala Erlangga melangkah ke dalam kamarnya untuk bersiap-siap merapikan kopernya.“Kapan Mami mau ke salon? Kalau gimana ... sekarang aja. Biar nanti sore, Bella bisa siap-siap rapikan kopernya. Berarti, kami fix besok balik ke Perth. Er sekarang mau boking tiket dan langsung Boarding Pass biar besok nggak repot lagi.” Ujar lelaki tampan yang terlihat tambah dewasa dan lebi
Read more

Bab 37 : PATAH!

“Selamat sore, dengan keluarga Erlangga?” tanya seseorang dari ujung telepon. “Iya, saya istrinya. Ada apa ya? Kok kamu bisa pakai ponsel suami ya?!” ketus jawab Bella. “Maaf Ibu, saya dari kantor polisi disini...” “Kantor polisi? Ada apa dengan suami saya Pak? Dia baik-baik aja kan?” tanya Bella dengan suara bergetar dan parau. “Sabar ya Buu..., sebaiknya Ibu ke Rumah Sakit Bakti Rahayu, karena bapak Erlangga sudah dibawa ke sana usai mengalami kecelakaan tunggal. Silakan pihak keluarga ke Rumah Sakit tersebut!” Tegas suara seorang polisi menyampaikan peristiwa kecelakaan tersebut. “Er...! Mami! Hikss...,” teriak Bella menangis seketika di saat tengah melakukan perawatan pada wajahnya. Ia terbangun dari tempatnya melakukan perawatan. Lalu, dengan kaki lemas, Bella mencari Tiara ke ruang perawatan lainnya. “Mamiii...!” panggil Bella diantara pekik histerisnya, sembari berlari kecil ke arah Tiara yang tersentak kaget. “Ada apa? Bella? Kenapa kamu teriak seperti itu?!” seru Tiara
Read more

Bab 38 : Om Her tidur di RS

Sementara itu, suasana berbeda terlihat di ruang perawatan Elena. Usai perawat bolak-balik membawa bayi Satrya ke ruang perawatan Elena untuk disusui, maka atas persetujuan Herlambang, maka box bayi Satrya diletakkan pada ruang yang sama dengan Elena. Hal itu agar mempermudah, Elena untuk menyusui putranya saat menangis kehausan.Seperti saat sore ini, saat Satrya menangis, Herlambang dengan cekatan membawa bayi Satrya dalam pelukan Elena untuk disusuinya. Namun, pada saat Herlambang melihat Satrya dengan rakus menyusu pada Elena, membuat Herlambang yang telah merasakan nikmatnya air susu, meminta pada Elena, agar ia bisa merasakan hal yang sama seperti Satrya.“Sayang..., aku juga pengen mimi susu kamu...,” pinta Herlambang dengan mengelus kepala dan rambut Elena.“Om, jangan seperti itu..., nanti Om malah pengen yang lainnya,” bisik Elena, saat jemari tangan Herlambang telah membuka penutup Bra bagian satunya.“Sebentar aja sayang..., yaaa,” pinta Herlambang, memandang manja pad
Read more

Bab 39 : Elena memanjakan Om Her

Malam ini, sekitar pukul sembilan malam, suasana Rumah Sakit tempat Elena menjalani rawat inap pasca melahirkan, begitu sepi. Setelah membeli makanan di sebuah resto pada Rumah Sakit, Herlambang pun tidur di Rumah sakit tersebut.“Lena, cukup nggak, kalau Om tidur di ranjangmu ini?” tanya Herlambang memandang ke arah Elena yang telah sangat mengantuk.“Bisa kayaknya Om. Kalau gimana kita miring aja tidurnya, biar cukup,” jawab Elena, memberikan tempat pada Herlambang yang telah ada disisi tempat tidur.Herlambang pun naik ke tempat tidur dan merentangkan tangannya dan berkata, “Sini kamu ... peluk.”Elena pun tenggelam di dalam rentangan tangan Herlambang dan memeluk tubuh lelaki tampan itu. Hawa hangat nafas Elena membuat Herlambang mencium pucuk kepala wanita cantik itu.Satu jam kemudian, Herlambang yang sulit memejamkan matanya karena keinginannya untuk mencumbu Elena demikian keras, membuat Lelaki tampan ini, terus menelan salivanya dan kini tangannya meraba bagian paha Elen
Read more

Bab 40 : Bahagia Om Her diatas derita Er

Tiga hari setelah Erlangga kecelakaan, lelaki tampan itu pun tersadar dari tidur panjangnya, ketika ia tengah berada di ruang ICU, dipandanginya beberapa alat yang ada di sekitar tubuhnya. Ada monitor detak jantung, ada oksigen yang dipasang kebagian hidungnya. Tangannya juga terlihat, diisi oleh jarum infus dengan cairan infus yang berbeda dari dua tangan berbeda pula.Erlangga melihat kakinya tergantung pada sebuah besi dengan kaki yang berbalut perban gip. Ditambah lengan bagian atasnya terlihat berbalut perban gip pula. Erlangga berusaha untuk menggerakkan tangannya. Namun, seketika rasa nyeri dan ngilu teramat sangat dirasakannya. Kembali, Erlangga berusaha memerintahkan bagian otaknya untuk melakukan sesuatu pada tangan dan kakinya. Tetapi, hal itu tidak dapat dilakukannya.“Sial! Apa aku lumpuh? Oh, nggak mungkin ... nggak mungkin. Buktinya aku masih bisa menggerakkan jemariku,” sangkal Erlangga pelan berbicara sendiri. Terdengar dari luar korden suara seorang perawat bica
Read more
PREV
1234569
DMCA.com Protection Status