Malam ini, sekitar pukul sembilan malam, suasana Rumah Sakit tempat Elena menjalani rawat inap pasca melahirkan, begitu sepi. Setelah membeli makanan di sebuah resto pada Rumah Sakit, Herlambang pun tidur di Rumah sakit tersebut.“Lena, cukup nggak, kalau Om tidur di ranjangmu ini?” tanya Herlambang memandang ke arah Elena yang telah sangat mengantuk.“Bisa kayaknya Om. Kalau gimana kita miring aja tidurnya, biar cukup,” jawab Elena, memberikan tempat pada Herlambang yang telah ada disisi tempat tidur.Herlambang pun naik ke tempat tidur dan merentangkan tangannya dan berkata, “Sini kamu ... peluk.”Elena pun tenggelam di dalam rentangan tangan Herlambang dan memeluk tubuh lelaki tampan itu. Hawa hangat nafas Elena membuat Herlambang mencium pucuk kepala wanita cantik itu.Satu jam kemudian, Herlambang yang sulit memejamkan matanya karena keinginannya untuk mencumbu Elena demikian keras, membuat Lelaki tampan ini, terus menelan salivanya dan kini tangannya meraba bagian paha Elen
Tiga hari setelah Erlangga kecelakaan, lelaki tampan itu pun tersadar dari tidur panjangnya, ketika ia tengah berada di ruang ICU, dipandanginya beberapa alat yang ada di sekitar tubuhnya. Ada monitor detak jantung, ada oksigen yang dipasang kebagian hidungnya. Tangannya juga terlihat, diisi oleh jarum infus dengan cairan infus yang berbeda dari dua tangan berbeda pula.Erlangga melihat kakinya tergantung pada sebuah besi dengan kaki yang berbalut perban gip. Ditambah lengan bagian atasnya terlihat berbalut perban gip pula. Erlangga berusaha untuk menggerakkan tangannya. Namun, seketika rasa nyeri dan ngilu teramat sangat dirasakannya. Kembali, Erlangga berusaha memerintahkan bagian otaknya untuk melakukan sesuatu pada tangan dan kakinya. Tetapi, hal itu tidak dapat dilakukannya.“Sial! Apa aku lumpuh? Oh, nggak mungkin ... nggak mungkin. Buktinya aku masih bisa menggerakkan jemariku,” sangkal Erlangga pelan berbicara sendiri. Terdengar dari luar korden suara seorang perawat bica
Setelah sepuluh hari kemudian, Erlangga pun pulang ke rumah. Lelaki tampan itu pun dibopong oleh Dimas yang telah bersiap dengan kursi roda yang akan digunakan Erlangga dalam fase pemulihan atas kaki dan lengan bagian atas yang patah.Diatas kursi roda, Erlangga duduk dengan wajah dingin menatap beberapa pelayan yang sengaja berdiri di halaman depan, menyambut kedatangan Erlangga.“Selamat datang ke rumah, Tuan Er...,” sapa tiga pelayan wanita, satu tukang kebun dan dua orang sopir pribadi bersamaan. Namun, Erlangga sama sekali tidak menjawab. Lelaki tampan yang kini tengah terluka hatinya, hanya menatap dingin pada semua pelayan rumah mewah itu.Sementara Dimas terlihat mendorong pelan kursi roda yang diduduki Erlangga menuju teras. Terlihat di teras Elena berdiri tersenyum menyambut Erlangga. Namun, lelaki tampan itu mengacuhkan dirinya.“Selamat datang Er..., semoga cepat pulih,” sapa Elena tersenyum ke arah Erlangga. Namun, Erlangga sama sekali tidak tersenyum. Bahkan, seolah
“Mami, hari ini Bella izin untuk jenguk papa sebentar aja. Paling 1 jam udah balik lagi ke rumah. Soalnya ini, barusan mama kirim pesan kalau papa baru aja jatuh dari tangga di rumah tapi, dia nggak mau disuruh ke Dokter,” izin Bella usai membaca pesan dari Elizabeth sang mama.“Ya udah kamu sekarang bersiap aja ke sana. Minta Tejo untuk antar, jangan ajak Imam, nanti mami mau ambil paspor. Udah ada juga pemberitahuannya dari kemarin, kalau perpanjang paspor Mami udah selesai,” tutur Tiara, saat Bella beranjak dari kursinya menuju kamarnya yang terletak di bawah.“Kalau barengan gimana Mii? Juga kita satu jalan. Jadi, nanti pak Imam turunin Mami di kantor Imigrasi. Nanti Mami kalau udah selesai telepon aja, biar Bella nggak terlalu lama ditahan di rumah. Mama pasti sengaja nahan Bella lama-lama, kalau papa sakit dan perlu sama Bella. Kalau bukan papa yang sakit, males juga Bella pulang ke rumah, usul Bella yang sejak peristiwa lalu, masih marah dan kesal pada mamanya.“Oh, gitu ..
“Tuan besar..., Maaf mengganggu. Tuan Erlangga mau bicara.”Terdengar suara Dimas membuyarkan kemesraan yang masih tersisa di antara kedua insan yang sedang dimabuk asmara.“Ya, tunggu,” pinta Herlambang seraya memberikan isyarat pada Elena yang telah memakai dasternya untuk bersembunyi di bawah meja kerja lelaki tampan itu.Sementara Herlambang sendiri, segera memakai pakaiannya dengan terus berkata, “Tunggu Dimas, aku baru saja selesai rapat lewat Zoom.” Ceklek!“Masuklah..., Maaf agak lama. Tapi Papi baru selesai melakukan Zoom dengan beberapa staf di Surabaya,” ujar Herlambang kembali, seolah-olah untuk meyakinkan kedua orang yang memasuki ruang kerjanya, kalau ia baru saja selesai rapat.“Papi Her, ada beberapa hal yang mau saya bicarakan,” tutur Erlangga duduk di kursi rodanya dan Herlambang duduk di sofa panjangnya.“Ok..., Silakan. Apa Dimas harus keluar ruangan ini?” tanya Herlambang memandang ke arah Dimas yang kini berada empat langkah dari kursi roda Erlangga.“Biar Pak D
“Papi ... Tunggulah sampai pak Dimas ke teras,” tahan Erlangga kala Herlambang akan meninggalkan dirinya di teras.Tak berapa lama, Dimas pun muncul dari sisi kanan rumah besar dari arah belakang taman yang berjalan menuju teras depan.“Pak Dimas, apa Elena ada di taman belakang?” tanya Erlangga saat Dimas berjalan ke depan teras.Dimas yang yakin kalau Elena ada di ruang kerja Herlambang, langsung mengiyakan ucapan Erlangga dengan menganggukkan kepalanya.“Tapi, aku kok nggak liat dia lewat sini?” tanya Erlangga menatap Dimas yang menaiki undakan menuju teras.“Lewat belakang Tuan Er..., Nyonya Elena lewat pintu belakang dia,” tutur Dimas berbohong. Walaupun dia belum melihat Elena, tapi Dimas yakin Elena telah di kamarnya.Untuk meyakinkan hal itu, Dimas pun menghubungi Indah lewat sambungan teleponnya.“Indah ... Nyonya Elena sudah di kamarnya, kan? Ini Tuan Erlangga bertanya lewat ponselku,” tanya Dimas sengaja menyalakan speaker pada ponselnya.“Sudah Pak Dimas..., Sekarang sedan
Seminggu kemudian, setelah siap dengan ruang kantor yang diminta oleh Erlangga. Herlambang pun mengajak Erlangga untuk ke perusahaan keluarga mereka. Beberapa karyawan dan karyawati yang tahu kehadiran Erlangga ke kantor itu, menyapanya dengan tersenyum dan menganggukkan kepalanya.Kemudian, Herlambang pun mengajaknya ke lantai 14. Diruang besar itu, Erlangga akan berkantor. Lelaki tampan yang masih menggunakan penyangga pada bagian kanan bahunya berjalan mengelilingi ruangannya yang cukup besar. Sedangkan pada bagian kiri bahunya masih dibalut oleh gips akibat patah pada tulang bahu kirinya. Erlangga tampak menikmati pemandangan dari lantai 14 lewat jendela kaca dengan memandang gedung-gedung pencakar langit dari lantai 14 dan ia juga mengamati jalan raya yang mulai tampak padat merapat.Terdengar, Erlangga bergumam dan tersungging saat melihat pemandangan pagi dari lantai 14, “Bagus juga pemandangannya, kalau lihat kemacetan dari lantai 14 ini, ternyata seru dan tampak lucu, liat m
Tok ... Tok ... Tok ...“Masuk!” sahut Erlangga dari dalam ruang kerjanya.Ceklek!Pintu pun terbuka. Terlihat Anggun berjalan menuju meja kerja Erlangga dan berdiri persis di belakang kursi yang ada di hadapan Erlangga.“Ada apa?” tanya Erlangga menatap dingin Anggun.“Permisi Pak, ada lelaki bernama Alexander ingin menemui Bapak,” ucap Anggun.“Suruh dia masuk! Kenapa kamu menahannya di luar?” tanya Erlangga memojokkan Anggun.Anggun yang start awal sudah kesal karena didamprat oleh Erlangga pun membela diri. “Saya nggak tahu Pak, seberapa penting tamu itu bagi Bapak. Lain kali, saya mohon Pak Er, hubungi saya kalau memang sedang menunggu tamu.”Erlangga yang mendapat bantahan dari Anggun pun berucap, “Harusnya kamu yang lapor dulu ke saya kalau ada orang yang mau menemui saya. Jangan apa-apa masuk ke sini. Kamu nggak perlu masuk ke ruangan saya, kalau nggak saya suruh.”Anggun hanya terdiam dan menganggukkan kepala dan berbalik menuju pintu keluar untuk mengajak Alexander ke ruanga
Erlangga yang mengetahui kedatangan Herlambang, membuat lelaki tampan itu uring-uringan. Di rumah, Erlangga yang tak pernah membentak Bella atas kesalahan kecil yang diperbuatnya, di pagi hari itu saat lelaki tampan itu akan ke kantor, membuat Bella menangis atas hal kecil yang tak diduganya.“Lain kali, kamu itu mikir! Masa iya aku ke kantor pakai pakaian ini? Apa kamu pikir ini cocok aku pakai? Padahal sejak awal kamu pilihkan pakaian ini, aku sudah ngomong..., singkirkan dari lemari pakaianku! Dasar perempuan nggak bisa buat suami bahagia!” teriak Erlangga pada Bella kala wanita cantik itu mengambilkan pakaian yang tak disuka oleh Erlangga.Elizabeth yang mendengar putrinya dibentak oleh Erlangga pun masuk ke dalam kamar itu dan menegur menantunya, “Ada apa sih sama kamu? Masalah pakaian saja sampai memaki-maki Bella! Apa putriku kurang baik mengurus putramu?!” Erlangga yang terkejut dengan kehadiran Elizabeth yang datang ke kamar mereka pun melirik ke arah wanita yang telah cukup
Perselingkuhan yang dimulai oleh libido yang tak tersalurkan oleh Elena, membawanya dalam pusaran ketakutan dan hasrat yang kian tak terbendungkan. Karena sejak saat itu, mereka sering melakukan hubungan intim di ruang kerja Erlangga. Terlebih, Bella kini sudah sangat percaya pada Erlangga sejak sang suami mempunyai sekretaris seorang lelaki.Seperti pagi ini, Erlangga berpamitan di pagi hari dengan alasan akan ada kunjungan dari investor sehingga ia harus mengecek seluruh data yang diminta oleh investor tersebut. Dan Erlangga juga meminta pada Elena untuk datang pukul 7 pagi, dengan alasan yang sama. Maka, saat Erlangga telah berada di ruangan kerjanya, lelaki tampan yang telah mempersiapkan diri dengan meminum vitamin dan suplemen serta obat kuat pun, menunggu kedatangan Elena.Tok ... Tok ... Tok ...“Ya masuk,” ucap Erlangga seraya tersenyum lebar kala melihat jam baru menunjukkan pukul 7 kurang sepuluh menit.Lelaki tampan itu beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri Elena y
Kepergian Herlambang dalam menjajaki pembukaan perusahaan baru atas nama putranya Sakti, membuat Elena merasa kesepian saat berada di rumah. Wanita cantik itu lebih suka menghabiskan waktu di kantor, karena lebih cepat waktu berlalu dibandingkan saat ia berada di rumah. Terlebih saat ini, Sakti yang kini telah berusia 9 tahun, lebih banyak kegiatan ekstra di sekolah atau pun di tempat bimbel serta tempat olah raga.Seperti saat ini, setelah dua minggu berlalu, Elena yang merasa kesepian karena sang putra harus melakukan kegiatan olah raga memilih untuk ke rumah Herlina. Di rumah Herlina, Elena biasanya mengobrol banyak hal pada sang mama yang telah semakin menua.“Lena..., mama kangen sekali sama Jamila. Apa kamu bisa menghubungi Jamila?” tanya Herlina.“Ya Maa.., sekarang Lena hubungi Mila,” jawab Elena.Satu jam kemudian, Jamila yang diminta datang ke rumah Herlina pun, menyambangi wanita yang telah dianggap mamanya pula. Mereka bercengkerama dan bercerita pada masa tinggal di sebua
Sejak Erlangga mengajak makan siang Elena, hubungan mereka kian akrab. Keakraban mereka tanpa diketahui pasangan masing-masing telah terjalin selama 2 tahun sejak Elena menjadi kepala cabang dari perusahaan EDC tersebut. Namun, selama ini keakraban mereka hanya sebagai atasan dan bawahan, ayah dan ibu dari seorang pewaris utama. Dan mereka juga sering bercerita tentang rumah tangga masing-masing dengan kebahagiaan masing-masing serta membicarakan tumbuh kembang Satrya di bawah pengawasan Bella, ketika mereka makan bersama di saat Herlambang keluar kota. Hal ini mereka lakukan, agar tidak adanya kesalahpahaman atas hubungan yang kini terjalin di antara mereka. Seperti saat ini usai mereka mengikuti rapat di sebuah Bank Swasta, mereka pun makan bersama pada sebuah restoran. Di momen ini, Elena mulai mengeluhkan perihal diri Herlambang pada Erlangga. Dan hal itu jelas membuat Erlangga terkejut. Karena selama ini, Elena sangat bersemangat jika membicarakan tentang Herlambang yang sering
Erlangga yang sejak awal ingin memutuskan hubungan dengan Anggun akhirnya dapat dengan mudah melempar wanita yang semakin ingin memilikinya. Sementara, Elena yang telah dua kali ditolong Erlangga saat menghadapi kendala di tempatnya bekerja merasa berhutang budi atas segala tindakan yang telah dilakukan oleh Erlangga pada dirinya. Maka, usai pemecatan yang dilakukan langsung oleh HRD, Erlangga memanfaatkan kejadian itu dengan mengajak Elena untuk keluar makan bersama, kala wanita nan cantik jelita itu sedang menghadap di ruang kerjanya. “Terima kasih Pak, sudah menolong saya dari kekasaran sekretaris Bapak,” ucap Elena tersenyum samar.“Sama-sama. Memang selama ini, aku sempat dengar beberapa staf komplain ke HRD perihal perangai Anggun yang arogan dan kurang bisa diajak kerja sama. Finalnya ya tadi itu. Berarti dia itu orang yang nggak bisa menghormati orang lain, terlebih orang baru seperti kamu,” tutur Erlangga basa-basi dengan memikirkan siasat agar Elena bisa diajak makan bersam
Sejak Elena bekerja di perusahaan milik keluarga Erlangga dan Herlambang, lelaki tampan itu sudah membuka percakapan untuk memberitahukan istrinya perihal Elena. Namun, setiap kali Erlangga membuka percakapan tentang Elena. Bella selalu menolaknya dan hal itu telah dilakukan beberapa kali, hingga akhirnya Elena telah bekerja di bawah kepemimpinan Erlangga selama tiga bulan.Erlangga kembali memberitahukan Bella perihal Elena pada pagi hari sebelum lelaki tampan itu berangkat ke kantornya di sebuah meja makan saat mereka sarapan pagi. “Sayang, aku ingin memberitahu kamu tentang Elena,” ucap Erlangga saat menyelesaikan suapan terakhir sarapannya.“Aku nggak mau tau!” ujarnya sembari meletakkan gelas usai ia meneguk air mineral yang ada dalam gelas panjang bening miliknya.“Sayang ... Mau nggak mau kamu harus mendengar penjelasanku sebelum kamu menuduhku macam-macam,” ujar Erlangga menyeka bibirnya dengan serbet putih.“Menuduh...? Maksudnya menuduh siapa?” tanya Bella menghentikan sua
Tiga bulan setelah Elena menyandang gelar sarjana manajemen and Business, wanita cantik itu pun mulai memberanikan diri untuk terjun langsung dalam bisnis yang digeluti oleh Herlambang setelah suami tercintanya menjelaskan secara rinci perusahaan yang selama ini dimiliki oleh Erlangga dan dirinya. Dimana, perusahaan tersebut telah bekerja sama dengan beberapa Bank yang menawarkan jasa dalam pengembangan digital seperti mesin EDC.Selama ini, perusahaan tersebut telah menjadi distributor utama mesin EDC, sebuah mesin yang digunakan untuk bertransaksi di beberapa merchant seperti resto, butik, swalayan termasuk hotel-hotel. Kalau selama ini, perusahaan ini hanya sebagai pemasok mesin EDC atau mesin gesek untuk transaksi yang dilakukan beberapa merchant terkait, kini sejak kehadiran Erlangga dan menyandang sebagai CEO, lelaki tampan itu melakukan terobosan baru dengan mendirikan anak perusahaan yang mengelola mesin EDC berikut System IT yang dikembangkan sebagai inovasi dari mesin EDC ya
Bella yang telah kesal dengan Elena tak mampu melampiaskan kemarahannya pada wanita cantik itu. Untuk melampiaskan kekesalannya pada Erlangga pun, bukan suatu yang bisa ia lampiaskan. Apa lagi mengikuti cara Elizabeth. Kalau saja dirinya tidak mandul, mungkin ia sudah memaki-maki dan melampiaskan kekesalannya pada Erlangga dan Elena. “Sekarang, Bella harus gimana Maa?” tanya wanita cantik nan judes itu sembari memegang dan memijat-mijat dahinya.“Kasih aja foto ini, tanya baik-baik pada Erlangga. Kenapa dia harus bohong jika harus bertemu dengan Elena? Dengan begitu, Erlangga akan semakin menghormati dan menganggap dirimu memang berkelas. Jangan marah-marah ... Pakai akalmu,” nasihat Elizabeth.“Mama sih, gampang. Pakai akal ... Mama aja yang tahu Papa nikah sama sekretarisnya langsung labrak dan buat Papa malu di kantornya dan lebih memilih wanita itu...,” cibir Bella yang kesal atas nasihat Elizabeth.“Bella, kenapa Mama minta cerai? Karena untuk apa juga Mama urus Papa kamu yang u
Bella yang penasaran atas cerita Elizabeth atas diri Erlangga sedikitnya merasa penasaran atas apa yang dikatakan mamanya. Karena itu, usai ia melakukan Nail pada kuku jemari tangan dan kakinya, wanita cantik itu dengan keraguan di hatinya beberapa kali meraih ponselnya dan meletakkannya kembali dengan bermonolog.“Aku nggak bisa curiga seperti itu terus menerus sama Erlangga. Kalau ternyata kecurigaanku salah dan apa yang dituduhkan mamaku hanya berita kebohongan, bagaimana cara aku mempertahankan mama tinggal disini?” tanyanya pada diri sendiri.Bella yang ragu untuk menghubungi Erlangga, kembali meletakkan ponselnya untuk ke sekian kalinya. Hingga akhirnya, wanita cantik itu memanggil Indah yang biasanya sedang menonton televisi di kamar Satrya.“Indah...! Indah...!” panggil Bella setengah berteriak hingga membuat beberapa pelayan di rumah itu, berlari ke ruang keluarga.Melihat dua orang pelayan di rumah itu tergopoh-gopoh berlari ke arah Bella yang ada di ruang keluarga, membuat