All Chapters of Kau Duakan Aku, Kubawa Anakmu Pergi : Chapter 81 - Chapter 90

105 Chapters

Bab 81

Tanpa berkata-kata lagi, Aini keluar dari dalam mobilnya. Ia berjalan meninggalkan Khalid yang sedang berusaha mengejarnya. "Sayang, aku memilihmu. Mengapa kamu pergi dariku," ucap Khalid sambil terus berjalan mengejar Aini. Ia berusaha menarik tangan Aini agar tak lagi berjalan meninggalkannya."Aku sedih. Mengapa Melissa baru hadir disaat aku sudah benar-benar mencintai Mas dengan segala apa yang ku punya. Hatiku patah sebelum prahara datang menerpa. Rasa takut kehilangan itu sungguh membuatku merasa lemah berhadapan dengan perempuan secantik dirinya.""Cantik memang tapi hatinya tidak."Aini memicingkan matanya. Ia tidak menyangka jika Khalid akan berujar demikian. "Mas tahu isi hatinya?" Aini mulai tertarik dengan pembahasan ini.Khalid mengangguk yakin. "Iya. Mas paham bagaimana dia.""Sedekat apa kalian dulu?""Kami pacaran."Aini mengerutkan dahi. Lipatan dalam dahinya itu makin banyak seiring dengan keterkejutannya."Pacaran?" Aini mengulang kembali pernyataan Khalid."Iya.
last updateLast Updated : 2023-09-17
Read more

Bab 82

"Mas Hisyam single kan? Anak Bapak juga single, kalau mau Bapak bisa jodohin kalian." Suara itu kembali bertanya saat Hisyam tak juga menggubris ucapan sebelumnya.Hanya senyum yang terbit dari bibir Hisyam saat laki-laki paruh baya itu menyodorkan anak gadisnya pada Hisyam."Mas Hisyam sudah pernah menikah, Pak. Opo iya Bapak mau anaknya nikah sama duda?" sahut Abizar, sesuai permintaan Hisyam padanya beberapa waktu lalu.Di kampung, menikah dengan duda akan menjadi bahan pembicaraan. Berbeda jauh dengan di kota, yang tidak banyak orang mau tau siapa atau berasal dari mana calon mantu tetangganya.Hal itu menjadi perhatian Hisyam. Selain memang ia datang untuk membuka lembaran baru, tetap saja tak dipungkiri bahwa dirinya juga sesekali menginginkan sebuah keluarga yang harmonis. Layaknya laki-laki mapan pada umumnya.Sayangnya, rasa penyesalan yang mendarah daging dalam hati membuatnya mengubur keinginan itu demi menyiapkan masa depan yang terbaik untuk anaknya kelak. Baginya, tidak
last updateLast Updated : 2023-09-18
Read more

Bab 83

"Mas Hisyam?" pekik perempuan itu kaget. Ia menghentikan langkahnya karena tak tahu harus bagaimana. Hendak lari juga tidak mungkin ia lakukan sebab di depan sana terdapat makam yang sudah berbaris-baris.Tanpa disangka, Hisyam mengulurkan tangannya ke arah perempuan itu."Sebuah kebetulan yang menyenangkan," ucap Hisyam dengan suara sengau. Wajah yang sembab dan basah membuat perempuan di depannya tak setakut tadi pagi. Kabut kesedihan masih kental dalam wajahnya.Sayangnya, perempuan itu membiarkan tangan Hisyam mengambang di udara tanpa sedikitpun ia merespon."Suamimu di mana?" tanya Hisyam sambil mengedarkan pandangan. Ada sebuah mobil yang berhenti dekat pintu masuk, tapi ia tak mendapati siapapun di dekat mobil itu."Ada di sini, masih beli kembang." Perempuan itu menjawab dengan gugup. Ia memegang tali tasnya dengan gusar. Berulang kali kepalanya menoleh ke arah pintu masuk makam, seolah ia sedang meminta sang suami untuk segera datang."Ouwh. Aku senang kamu masih ingat denga
last updateLast Updated : 2023-09-19
Read more

Bab 84

Pemilik suara itu masuk ke dalam, lalu mencium tangan ibunya dengan takdzim."Kalau ngomong ya mbok dijaga. Masak sama mas nya sendiri bilang seperti itu." Bu Airin mengusap pipi anak gadisnya. Nirmala namanya."Ya habisnya, Mas Khalid sibuk terus. Mana sempat pulang sekarang." Gadis itu duduk di antara Bu Airin dan Aini."Mas memang sibuk dan ngga sempat pulang, tapi Mas selalu tahu kabar ibu kok. Mas rajin telepon ibu. Nih bocil kalau ngambek mulutnya suka ngegemesin." Khalid mencubit gemas pipi adiknya.Mala mengaduh. Ia membalas cubitan kakaknya dengan pukulan gemas. "Selalu menganiaya!" sungut Mala.Usai bersalaman dengan ibunya, Mala mengulurkan tangannya pada Aini. Meskipun sedikit kaget dengan ucapan dan sikap Mala, Aini mencoba menjaga ekspresinya menjadi sebiasa mungkin. Ia tak mau kelihatan muram di depan keluarga suaminya. Bagaimana pun, ia sadar bahwa perubahan yang terjadi pada Khalid juga karena pernikahan yang belum lama dibangun dengannya.Jika dulu Khalid akan stay d
last updateLast Updated : 2023-09-20
Read more

Bab 85

Aini terisak dalam mobil ambulan. Ia memegangi tangan Khalid yang sudah tak sadarkan diri. Darah segar mengalir di sekitar kepala. Sebuah alat yang diletakkan di leher pun tak luput dari badan Khalid.Seketika perasaan bersalah bergelayut dalam dada Aini. Kalimat permohonan maaf tak luput dari lisannya yang sedang terisak."Maafkan aku, Mas. Aku salah. Aku salah karena marah padamu." Aini berujar dengan dada yang sesak. Sesal atas sikapnya yang keras pada sang suami kini menjadi bahan bakar tangisannya.Hingga mobil ambulan itu tiba di rumah sakit, Aini masih tergugu. Ia takut untuk membagi informasi ini pada sang ibu, mengingat betapa wanita itu menyayangi Khalid dengan sepenuh hatinya. Tak terbayang bagaimana sedihnya jika mengetahui anaknya sedang dalam keadaan kritis seperti ini.Namun seburuk apapun kondisi anak, seorang ibu tetap berhak tahu. Aini pun terpaksa mengambil ponselnya untuk memberi tahu sang ibu atas apa yang meninpa anak laki-lakinya."Assalamualaikum Ibu." Aini ber
last updateLast Updated : 2023-09-21
Read more

Bab 86

Jenazah Khalid sudah dimasukkan ke liang lahat. Di saksikan oleh ratusan pengantar yang berasal dari kalangan manapun, baik tetangga, kerabat atau rekan kerja. Beberapa diantara mereka menyaksikan sambil menitikkan air mata. Betapa orang baik tidak bertahan lama di muka bumi ini. Tuhan terbukti lebih menyayanginya daripada kasih sayang sesamanya. Aini tak kuasa melihat tubuh yang terbungkus kain putih itu ditimbun oleh tanah. Meskipun merasa lemah, Aini berusaha kuat untuk bisa menyaksikan proses pemakaman ini hingga selesai. Ia tidak mau kehilangan sedikit saja kesempatan untuk melihat bagaimana proses itu berjalan."Mana Dek," ucap Aini pada Nirmala. Ia meminta setoples bunga yang dibawa oleh Nirmala.Dengan bergetar tangan Aini menabur bunga di atas makam yang basah itu. Air nata berjatuhan seiring dengan kembang-kembang yang terberai sepanjang makam. Wangi kembang itu menggelitik hidungnya dan menambah deras air mata yang mengalir."Mengapa pergi secepat ini, Mas," rintih Aini s
last updateLast Updated : 2023-09-22
Read more

Bab 87

Aini menatap wajah di depannya tak berkedip. Kejadian saat di depan toko oleh-oleh beberapa waktu lalu kembali menusuk-nusuk ingatannya. Hatinya kembali nyeri saat mengingat tatapan perempuan kala itu yang seolah menertawakannya.Bibir Aini mengatup rapat. Giginya saling menekan satu sama lainnya. Tangannya meremas ujung baju untuk melampiaskan rasa yang mulai mengusik hatinya.Perlahan dada Aini bergemuruh. Tak cukup hanya ketika itu, saat ini pun perempuan di depannya itu kembali berulah dan makin membuat hati Aini tersulut api."Perlu kamu tahu bahwa aku juga merasa kehilangan atas kepergian Mas Khalid," balas Aini penuh penekanan. Ia masih menjaga bicaranya agar tak didengar oleh Bu Airin yang ada di depannya."Oh ya? Dari kabar yang aku dengar Mas Khalid kecelakaan karena kamu penyebabnya? Apa kamu sengaja melakukan ini?" sengit Melissa. Ya, perempuan itu adalah Melissa. Ia masih belum puas telah mengusik ketenangan Khalid beberapa waktu lalu. Bahkan saat Khalid sudah berganti ge
last updateLast Updated : 2023-09-22
Read more

Bab 88

Selama tujuh hari, Aini dan Bu Airin tak pernah absen pergi ke makam Khalid. Dua perempuan itu sama-sama memendam rindu untuk laki-laki yang telah meninggalkan dunia ini.Raganya memang telah melebur ke dalam bumi, tapi kebaikan dan segala tentangnya telah melekat dengan sempurna ke dalam hati orang-orang yang menyayanginya.Namanya menang sudah mendapat gelar di depannya, tapi di hati orang-orang yang menyayanginya tetap utuh dan abadi."Bu, sebenarnya ingin sekali Aini menetap di sini, menemani Ibu menggantikan tugas Mas Khalid untuk menjaga Ibu hingga akhir hayat. Tapi, ada banyak yang harus Aini kerjakan untuk masa depan Adza. Tidak ada lagi yang bisa Aini andalkan selain kedua tangan dan kaki Aini," ucap Aini dengan nada suara berat. Keduanya sedang duduk di ruang tengah usai menghilangkan dahaga rindunya pada almarhum.Bu Airin menghela napas berat. Ia pun sama beratnya dengan Aini. Akan tetapi ia sadar bahwa apapun yang terjadi dengan kehidupannya, kehidupan Aini dan putrinya t
last updateLast Updated : 2023-09-23
Read more

Bab 89

"Ai kenapa!" pekik Aisha saat melihat Aini yang tiba-tiba jatuh di lantai. Ia menepuk pipi Aini dengan telapak tangannya.Aini tidak sadarkan diri. Ia tak merespon tepukan Aisha di pipinya."Elah nih bocah, kenapa pake pingsan sih!" kesal Aisha. Dalam gendongannya ada Adza yang matanya masih terang benderang, sementara di lantai ada Aini yang sedang tak sadarkan diri. Ia celingukan ke arah luar, tidak ada satu orang pun yang sedang berada di sekitar rumah itu."Ai, bangun dong! Kamu kenapa?" ucap Aisha bingung. Ia berlari keluar untuk mencari bantuan. Aisha berdiri di depan pagar. Ia menoleh ke kanan dan kiri, mencari seseorang yang bisa dimintai tolong."Kok sepi sih! Rumah tetangga pada tutup semua! Ngga ada orang lewat lagi!" gerutu Aisha. Ia pun berjalan menuju rumah sebelah kiri dan mendapati seseorang yang hendak keluar dari rumahnya."Mbak tolongin saya!" teriak Aisha pada tetangga sebelah rumah yang baru saja mengeluarkan motornya. Perempuan itu menurunkan standar motornya da
last updateLast Updated : 2023-09-24
Read more

Bab 90

Aisha mengambil bayi yang ada di dalam dekapan Aini. Ia sengaja membiarkan Aini menangis sebelum bercerita untuk meluapkan isi hatinya.Dengan sabar, tangan Aisha tergerak mengusap punggung Aini. Ia hanya diam sambil terus melihat Aini tergugu. Hatinya turut sedih melihat Aini yang seperti ini."Keinget Mas Khalid lagi ya?" ujar Aisha sambil menatap dalam wajah Aini yang basah itu.Aini mengangguk. "Biasanya jam segini dia sempetin buat jemput aku sama Adza pulang ke rumah. Biasanya dia selalu ngajak kami makan diluar dalam perjalanan pulang karena dia ngga mau waktuku habis buat sibuk di dapur. Sekarang ngga ada lagi yang ajak aku makan dan jemput aku," ucap Aini sambil tergugu. Hatinya sedang dililit rindu yang menggebu. Kesadarannya kalah akan kesedihannya yang dalam."Iya, wajar kalau kamu masih ingat kebiasaannya. Ngga apa-apa, nangis aja. Itu hal yang lumrah kok," ucap Aisha. "Maafin aku ya? Aku seperti anak kecil kayak gini terus." Tangan Aini mengusap sisa air mata, sementara
last updateLast Updated : 2023-09-25
Read more
PREV
1
...
67891011
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status