Home / Romansa / Lara Cinta / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Lara Cinta: Chapter 21 - Chapter 30

75 Chapters

Kencan Buta

Velma yang baru saja tiba, menghampiri mereka bersama dengan seorang gadis manis yang terlihat anggun.“Gue sama Reksa duluan ya.” Anira tidak ingin berpapasan dengan Velma. Dia terlalu malas untuk basa-basi pada orang yang sama sekali tidak dia suka.“Hmm. Sebentar lagi aku nyusul.” Velma melirik Anira, kemudian sengaja meninggikan volume suaranya. “Kakak mau kemana? Ini Kak Zeva bawain makanan lo untuk kakak. Perhatian banget kan? Calon istri idaman banget deh.”Deg!Anira merasa jantungnya mencelos, tapi dia mengabaikan itu. Dia tetap berjalan menjauh dari orang-orang itu, seolah kata itu tidak berarti apa-apa untuknya.“Kamu ngomong apa, Vel!” gumam Zeva lirih. Wajahnya tersipu malu.“Kenapa mesti malu sih, Kak? Cepat atau lambat orang kantor juga bakal tahu, kalau Kakak calon istri Kak Deril.”“Velma! Jangan asal bicara! Nanti orang lain yang dengar salah paham!” Deril menatap Velma marah, omong kosong adiknya itu semakin menjadi-jadi. Dia menoleh ke arah Anira yang sudah
Read more

Tunangan Baru

Deril terkejut, dia sampai menatap wajah Zeva lama, karena merasakan nada aneh di suara gadis itu.“Kenapa? Ada yang salah dengan pertanyaannya?” Mata Zeva melebar. “Gue Cuma salut saja, lo masih bertahan bahkan setelah kalian putus sekian lama.”Mulut Deril membulat. “Oh.” Dia tersenyum tipis, melankolis. “Gue kehilangan dia di saat gue mau melamar dia.”“Hanya karena itu?”Deril tidak menjawab. Sulit untuk mengatakan pada orang lain apa yang terjadi dengan hubungan mereka. Bagaimana dia bisa move on dari Anira ketika dia sadar betul, masalahnya bukan berada di mereka berdua?Sampai saat ini, sudah lima tahun berlalu, Deril masih sering berharap kalau semuanya hanya mimpi buruk.Zeva tidak lagi bertanya. “Kalau memang lo suka sama dia, kenapa nggak kejar lagi?”“Semuanya nggak semudah itu.” Deril merasa selamanya jurang terbesar yang memisahkan mereka itu akan sangat sulit menyatu. Satu kejadian iseng yang berakibat semua akhir tragis ini.“Why?”Deril tersenyum. “Gue agak malas u
Read more

Reksa vs Deril

“Oh, halo.” Anira dengan cepat mengangguk ramah. Dia berusaha mengontrol ekspresi wajahnya, mengabaikan rasa sakit menusuk yang terasa di hatinya. “Kami ke atas dulu. Nggak mau ganggu,” ujarnya sambil tersenyum.Dia langsung menarik Reksa dari sana, pergi menjauh dari pasangan itu. “Ra, aku ....” Kalimat Deril terputus begitu saja, karena Anira sudah menjauh. Dia bergegas melangkah mengejar gadis itu, tapi dia di tahan oleh Zeva.“Tunggu dulu.”Deril mengerutkan keningnya tidak sabar. “Kenapa lo ngomong gitu tadi?” tanyanya kesal. Bahkan tanpa salah paham seperti itu, hubungannya dengan Anira sudah sangat kacau.Zeva tersenyum, sama sekali tidak terpengaruh dengan amarah Deril. “Gue sengaja ngomong gitu.”Deril menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal. “Dan kenapa lo ngomong gitu!!” ulangnya marah. “Tenang dulu, gue kaya gitu, Cuma untuk lihat reaksi Anira.”“Dan apa yang lo lihat?” tanyanya kasar. Saat itu, Deril tidak bisa menahan amarahnya, dia bahkan mulai menye
Read more

Bahagia Kamu

Reksa menatap Deril tajam. “Ya, gue takut!” akunya jujur. “Gue takut, berakhir kaya lo! Bahkan nggak bisa berteman lagi!” sindirnya sinis.Dia hanya ingin mengetahui apa yang terjadi, tapi Deril harus melampiaskan kemarahan itu padanya. Reksa tidak bisa menahan diri. Dia juga sedikit kesal.Deril tersenyum pahit. “Lo bener. Jadi lo mending, daripada jadi gue sekarang ini.” Siapa dia, menyindir Reksa, saat situasinya sendiri lebih buruk dari Deril.Mendadak, Reksa juga tidak tahu harus mengatakan apa. Deril layak mendapat simpati, pria itu tidak bisa memilih siapa yang akan menjadi keluarganya. Namun, di saat yang sama, dia bisa mengerti keputusan Anira.“Kalau lo nggak mau cerita, gue juga nggak akan nanya.”Deril menyadari kalau dia bersikap berlebihan. Dia melampiaskan amarahnya pada orang yang salah. “Sorry.”“It’s okay. Take your time.” Reksa mengangguk. “Gue keluar dulu, kalau gitu.”“Anira,” ujarnya ragu. “Apa, dia bilang sesuatu?” Reksa menatap sahabatnya itu sejenak. “D
Read more

Suruh Dia Masuk

‘Apa tidak bisa denganku?’ Deril menelan sisa kalimat itu di hatinya. Dengan dia? Sudah syukur, gadis itu masih mau bertemu dengannya.“Gue? Gue cukup bahagia dengan keadaan sekarang.” Ayahnya kembali stabil, kakaknya mulai membangun keluarga baru, ibunya kembali bisa tersenyum. Rasanya, Anira sudah mendapat banyak sekali berkah. Hingga dia tidak berani berharap lebih.Dia takut keserakahannya akan membuatnya kehilangan semuanya.“Aku juga cukup puas dengan keadaan sekarang,” tirunya. “Jadi? Kita berteman sekarang?”Deril menjulurkan tangannya. Anira menatap tangan itu sejenak. Kemudian menyambutnya. “Tentu saja, kita selalu berteman.”Berteman? Keputusan ini apa sudah ketuk palu? Apa ini satu-satunya yang bisa dia harapkan? Pertemanan? Deril menelan ludahnya getir.Dia ingin mencoba optimis, kalau ini adalah awal baru bagi mereka. Namun, senyum di wajah Anira membuatnya ragu. Masih ada kemungkinan untuknya, kan?“Ah iya, aku Cuma mau kasih tahu, aku dan Zeva Cuma berteman. Kami s
Read more

Anira dan Sepeda Motor

“Lo kenapa sih? Mabuk?” Anira mengerutkan kening bingung, akhir-akhir ini, Reksa sering sekali mengeluarkan candaan yang membuatnya terdiam.“Kenapa? Lo langsung panik? Nggak kaya gue minta lo langsung nikahin gue, kan?” pancing Reksa lagi.“Reksa! Please! Gue beneran takut!” Membayangkannya saja, berhasil membuat Anira merinding. Cara bicara Reksa, selalu sama, sehingga dia sulit membedakan apakah pria itu serius, atau bercanda.“Coward.”“Biarin!” Anira merasa ada gejolak di dadanya, mendengar cemoohan itu. “Kalau gue iyain, lo juga gantian panik paling!” balasnya tidak mau kalah.“Kenapa nggak lo coba?”“Coba apa?”“Iyain.”Anira benar-benar kehabisan kata-kata kali ini. “Nggak jelas! Gue tidur dulu! Bye!” Seakan menghindari penagih utang, Anira langsung mengakhiri panggilan itu begitu saja.Dia merasa wajahnya panas, langkahnya sedikit melayang saat beranjak. Anira mencuci wajahnya di kamar mandi.Kemudian menatap pantulan wajahnya sendiri di cermin. ‘Reksa itu sahabatmu! Apa y
Read more

Mengejar Cinta Anira

Anira mengerutkan kening. “Lo sakit?” Dia mengakui kalau sikapnya tadi sedikit tidak sopan. Namun, dia tidak menyangka kalau reaksi Deril akan sedrastis ini.Reksa bergegas merangkul bahu Deril. “Lo mau tahu kami bicara tentang apa? Biar gue yang cerita.” Merasakan tubuh Deril memberontak, dia berbisik dengan suara lirih. “Lo akan menyesal, kalau buat keributan lagi di sini.”Seketika Deril terdiam, mencerna ucapan sahabatnya itu. Hatinya terasa panas, matanya menatap tajam ke arah Reksa, marah.Tidak peduli dengan reaksi Deril, Reksa menarik pria itu menjauh dari sana. Ketika melewati Anira, dia mengangguk tipis, menenangkan gadis itu. “Thank you,” gumam Anira tanpa suara. Dia orang baru di tempat ini, bermasalah dengan dua orang bos itu di depan karyawan lain bukanlah sesuatu yang ingin dia lakukan.Anira hendak menuju ruangannya, ada berkas yang harus dia urus hari ini. Apa yang terjadi antara Deril dan Reksa sama sekali tidak mempengaruhi harinya.Dia sudah mulai te
Read more

Strategi Baru Deril

Wajah Reksa menegang, menahan murka, dia mempercepat langkahnya, kembali ke ruangan Deril. Membuka pintu itu kasar, dan mendorong Velma ke dalam. Saking terkejutnya, Velma sama sekali tidak bisa melawan.Kakinya sempoyongan berusaha mengembalikan keseimbangannya.“Reksa! Lo ngapain!” Deril menghampiri adiknya itu, dan menangkapnya. Dia kemudian menatap Reksa marah. “Ini kantor! Bukan hutan! Bilang sama adek lo, nggak usah teriak-teriak!” Reksa menatap Velma dingin. “Kalau gue tahu, lo ngejelek-jelekin Anira lagi, nama lo akan blacklist di kantor ini!”Kerutan di kening Deril sama sekali belum hilang. Sementara itu wajah Velma pucat pasi. Meski Reksa terus bersikap dingin padanya, tidak pernah sekalipun dia marah besar pada Velma sampai seperti ini.Apa dia benar-benar mengenal Reksa? Pertanyaan itu terlintas sekilas di benaknya, tapi dia dengan cepat membantahnya. Dia adalah perempuan yang paling mengenal Reksa. Bertahun-tahun sudah dia mencintai pria itu.“Apa yang gue
Read more

Strategi Reksa

Reksa hendak bersaing dengannya? Siapa takut? Kalau Anira tidak bekerja di tempat in, dia akan sulit mendekati Anira, apalagi sampai kembali dekat dengannya. Reksa punya kesempatan yang jauh lebih besar.Tetapi, selama gadis itu bekerja satu perusahaan dengannya, dia punya berbagai alasan untuk berbicara dengan gadis itu.Lima tahun, Reksa masih berada di titik yang sama. Dia masih punya kesempatan, kan?Tidak lama setelah permintaan Reksa ke kantor pusat Anira disetujui, berita itu sampai ke Anira.“Apa? Ditambah? Tapi kenapa?” Kening Anira berkerut. “Dalam tiga bulan, proyek ini sudah masuk tahap lanjutan. Kita semua sepakat, kalau tahap selanjutnya akan di-handle sama atasan kan?” Anira benar-benar tidak mengerti, finishing proyek ini bukanlah tanggung jawabnya, ada orang dari divisi berbeda yang bertanggung jawab. “Kamu di sana Cuma untuk ngawasin kok, dari sini tetap akan dikirim orang.”“Kenapa?” Dia masih tidak habis pikir. Keberadaannya di sini setelah tiga bulan, tida
Read more

Bahagia Anira

“Apa yang mau dilihat!” Anira mendorong wajah Reksa kuat, hingga wajah pria itu berpaling ke kiri. Dengan cepat, Reksa berpaling kembali menatap Anira lekat. “Masih kelihatan tua?”Saat itu, Anira merasa tenggorokannya terasa sangat kering. “Tua! Lo tua!” gumamnya cepat, suaranya sedikit serak. “Lo nggak perlu dekat-dekat, gue belum rabun!”Anira hendak menyentuh pipi Reksa dan mendorongnya menjauh, tapi tiba-tiba dia merasa sangat canggung, ujung jarinya otomatis melengkung ke dalam. Mendadak, dia merasa seperti melakukan suatu yang salah. Dia akhirnya menghentikan niatnya, dan memilih mengibaskan tangannya dekat wajah pria itu. “Mundur, mundur, nanti rambut lo jatuh di atas makanan!”Reksa tertawa marah, tidak cukup menuduhnya tua, gadis ini juga mengatakan kalau rambutnya rontok? Dia memegang tangan Anira berani dan meletakkannya di rambutnya. “Coba lo periksa, rontok, nggak?”Senasi helaian rambut itu berada di tangannya, tidak bisa dideskripsikan. Reksa selalu menjag
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status