Anira benar-benar mengumpulkan keberaniannya saat mengatakan itu. Mungkin dia terbawa suasana, atau dia hanya ingin mencoba untuk jujur sesekali, dia tidak tahu. Tetapi, sayangnya, saat melihat ekspresi di wajah Reksa, semua keberanian itu lenyap seketika.“Gue bercanda! Lo nggak usah serius gitu.”“Gue serius, Ra.” Anira terdiam. “Fine. Gue juga serius.”Tatapan Reksa semakin skeptis, dia merasa dipermainkan oleh wanita yang dia cintai itu. “Lo tahu nggak kalimat lo itu bisa bikin orang salah paham.”“Makanya gue Cuma ngomong ini sama lo. Nggak sama orang lain.”Anira paling tidak bisa ditantang, dan mundur. Dia akan memilih nekat maju, meski pada akirnya dia harus malu. “Susah ngomong serius sama lo.” Anira tertawa kecil, dia sedikit sedih juga. Dia benar-benar mencoba untuk jujur, tapi masih dikira bercanda. Mungkin, memang tidak seharusnya perasaan ini sampai ke Reksa.“Mungkin, lo harus menilai lagi, apa yang dimaksud dengan bicara serius.”Anira hanya bisa menjulurkan l
Baca selengkapnya