Home / CEO / Hamil Anak CEO / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of Hamil Anak CEO: Chapter 141 - Chapter 150

185 Chapters

Pesta Pernikahan

Yasmin terdiam mencerna perkataan ayahnya, dia tersadar jika tindakannya memang tidak dibenarkan. Akhirnya dia memutuskan untuk melupakan Revan dan hanya akan berhubungan untuk urusan bisnis saja.***Keesokan paginya di rumah Hendra sedang terjadi keributan karena Anjani terus memaksa Revan untuk meminum jus buah mengkudu. "Nggak mau Yang, aku nggak suka jus mengkudu. Kamu jangan maksa gitu dong!" sungut Revan pada Anjani."Mas kasihan Bibik, dia sudah bersusah payah buatin jus mengkudu ini harusnya Mas apresiasi dong. Pokoknya kamu harus mau meminumnya!" paksa Anjani."Ya siapa yang suruh buat bikin jus mengkudu?" tanya Revan lagi."Ya aku lah Mas yang suruh bikin. Terus kamu harus minum.""Lho kamu yang suruh bikin kenapa yang harus minum, harusnya ya kamu saja yang minum!" sergah Revan.Tetapi Anjani terus memaksa Revan untuk meminum jus mengkudu, mau tidak mau akhirnya Revan meminum jus mengkudu itu walau sedikit jijik dengan rasa dan baunya. Anjani tersenyum senang melihat eks
Read more

Gagal Mengacaukan Malam Pertama

Anjani dan Revan langsung menengok ke arah Arya dan Raisa yang juga ikut turun."Lho kalian ngapain ikut turun?" tanya Anjani."Kami juga lapar kali Dek, masa iya kalian tega ninggalin kami di pelaminan sementara kalian makan sih?" canda Raisa."Oh ternyata kalian bisa lapar juga ya," kelakar Anjani disambut gelak tawa.Akhirnya ke dua pasang pengantin itu makan setelah tamu mulai sepi. Dan setelah acara selesai mereka segera kembali ke hotel. ***Sesampainya di kamar hotel, Raisa segera melepas aksesoris yang menempel di tubuhnya. Ketika dia ingin melepas gaunnya dia nampak kesulitan."Butuh bantuan nggak? Sini Mas bantu," ucap Arya tiba-tiba datang.Raisa mendadak gugup dan malu. "Nggak usah Mas, aku bisa melepasnya sendiri kok," ucap Raisa canggung.Namun Arya tak mengindahkan penolakan Raisa, dia tetap membantu Raisa menurunkan resleting gaunnya. Arya mematung kala melihat kulit putih nan mulus milik Raisa terekspose. Dia langsung menyentuhnya. Seperti ada yang tegang tapi bukan
Read more

Trauma Anjani

Agung dan Nurma saling melirik ketika melihat Revan juga menyusul Anjani ke kamarnya."Kalian kenapa? Habis berantem?" tanya Agung heran. Revan menggigit kedua bibirnya. Dia melirik ke arah ranjang di mana Anjani menatapnya dengan tatapan seperti ingin memakannya hidup-hidup. Revan menghela nafas panjang sebelum mengatakan alasan istrinya pergi ke kamar kedua orang tuanya."Anjani ingin mengacaukan malam pertama Kak Arya sejak tadi sore, dan karena Revan tidak mengizinkan akhirnya dia kabur ke sini karena marah permintaannya tidak aku kabulkan, Pa!" jelas Revan.Agung dan Nurma menepuk keningnya. "Ada-ada saja tingkah anak itu. Ya sudah tidak masalah, malam ini biarkan anak itu tidur dengan kami," tegas Agung.Dengan berat hati, Revan mengiyakan keinginan Agung. Revan sebal karena harus menahan hasratnya."Terpaksa solo karir deh," gumamnya lemas.***Sementara di dalam kamar, saat Agung dan Nurma hendak kembali ke kamar mereka menggelengkan kepala melihat putrinya sudah terlelap.
Read more

Rina Kembali Meradang

Alex tidak terlalu bisa bergerak bebas karena Rina terus mengawasi gerak geriknya. Dia bisa memberi Linda fasilitas karena dia menggunakan ponsel lain yang sama untuk mengecoh Rina."Ternyata tidak semudah itu melepas kebiasaan bermain dengan wanita. Shittt ... " umpat Alex.Siang ini, Rina berencana mengunjungi suaminya di kantor. Semua karyawan membungkuk saat Rina melewati setiap orang yang lewat. Namun kedatangannya dicegat oleh sekretaris yang sudah diberi tahu oleh Alex."Maaf Nyonya, Tuan Alex tadi berpesan agar tidak ada yang mengganggunya siapa pun orangnya sampai tamunya pergi. Katanya beliau sedang ada tamu penting." 'Sepertinya ada sesuatu yang disembunyikan lagi oleh Mas Alex dariku,' batin Rina.Rina menautkan alisnya, "Kamu melarang saya masuk? Asal kamu tahu ini perusahaan milik saya Vin. Saya berhak ke luar masuk perusahaan sesuka hati saya!" tegas Rina."Maafkan saya, Bu." Rina terus melangkah ke depan pintu ruangan Alex berada tanpa mengindahkan teguran Vindi. Nam
Read more

Aku Menyerah

Amarah Linda langsung tersulut karena perkataan Rina. Dia tidak terima dikatai perebut suami orang walau kenyataannya dia sudah main gila dengan Alex."Jaga mulutmu Rina, kau sendiri tidak pandai menjaga suami. Harusnya kau salahkan dirimu sendiri. Masih untung aku tidak meminta Alex untuk menikahiku dan meninggalkanmu!" sentak Linda pada Rina."Percaya diri sekali kau kalau Alex akan mau menikahimu. Asal kamu tahu kalau Alex memang berani meninggalkanku apa lagi demi seorang wanita murahan sepertimu maka dengan senang hati akan aku persilahkan, aku tidak takut kehilangan dia. Justru dialah yang akan memohon padaku untuk tidak menceraikannya. Karena kalau sampai dia berani menceraikanku artinya dia siap kehilangan semua yang saat ini dia miliki, termasuk seluruh fasilitas yang dia berikan padamu!" "Apa hakmu berani mengatur hidup Alex? Dialah pemilik perusahaan dan seluruh kekayaan kalian. Jangan merasa kau paling berkuasa hanya karena berstatus istri sah Alex. Lex kamu jangan diam s
Read more

Rencana Ke Psikiater

Sementara di tempat lain, Mayra sudah mulai bekerja di perusahaan Revan. Dia merubah identitasnya menjadi Bunga. Dia memulai aktivitas dan berbaur dengan teman-teman seperti biasanya. Saat hendak ke kantin dia mendengar beberapa karyawan sedang membicarakan Revan."Pestanya tadi malam meriah banget ya," ucap karyawan lain memulai percakapan."Ya jelaslah, semuanya horang kaya pasti pestanya mewah," timpal karyawan lain.Mayra terus menyimak percakapan karyawan itu demi mendapatkan informasi."Dengar-dengar istrinya Pak Revan lagi hamil ya, wahh topcer banget tuh Pak Revan sekali tembak udah isi lagi." Terdengar gelak tawa para karyawan. Telinga Mayra panas mendengar kebahagiaan Revan."Iya si Anjani itu beruntung banget ya dapat Pak Revan. Katanya dulu Pak Revan dijebak pakai obat perangsang lalu meniduri Anjani, atau jangan-jangan itu cuma alibi Anjani saja buat nutupin kalau dia sendiri yang menjebak Pak Revan?" ucap karyawan lain berargumen."Huss jangan menggiring opini, kita ngga
Read more

Pergi USG

"Sayang, kamu kok tiba-tiba datang? Ini lho Papa sama aku rencananya mau ngajak kamu ke psikiater. Mau ya?" tanya Revan lembut."Nggak ah aku kan nggak sakit jiwa. Kalian ada-ada aja deh!" ujar Anjani sambil berlalu ke dapur.Revan dan Agung saling berpandangan. Sepertinya akan sedikit sulit membujuk Anjani karena dia pandai menyembunyikan sesuatu.***Seminggu setelah pesta pernikahan, Revan mengajak Anjani untuk memeriksakan kandungan ke dokter."Dek, nanti siang kita ke Dokter buat USG yuk. Aku ingin tahu perkembangan anak kita.""Ayo, Mas aku juga ingin melihat Dedek," jawab Anjani saat mengantar Revan ke depan.Siang harinya, Anjani meluncur ke perusahaan Revan dengan diantar sopir. Dia langsung menuju ke ruangan Revan begitu sampai di perusahaan."Selamat siang Bu," sapa beberapa karyawan yang berpapasan dengan Anjani."Siang juga," jawab Anjani. Senyumnya
Read more

Empat Bulanan

Mila menghela nafasnya, siap tidak siap dia harus menceritakan lagi masa lalu yang sudah dia kubur."Sebenarnya kamu punya saudara kembar, Nak! Kami memberinya nama Afandi."DegggAnjani tersentak dengan satu rahasia lagi yang baru diutarakan mamanya."Apa? Lalu dia sekarang di mana, Ma?" tanya Anjani. Dia benar-benar tidak mengira jika ternyata dia masih punya saudara kembar."Kami belum bisa menemukannya, Nak. Entah apakah dia masih hidup atau tidak. Papamu masih terus mengerahkan orang untuk mencarinya. Mereka terlalu kejam memisahkan Mama dengan anak-anak Mama," jawab Nurma sendu."Ma, kenapa mereka jahat sama kita, Ma? Apa salah kita sama mereka? Anjani nggak bisa membayangkan bagaimana nasib Afandi di luar sana, Ma!" ucap Anjani seraya meneteskan air mata. Revan sendiri juga cukup kaget dengan kabar yang baru dia dengar. Revan mengelus punggung Anjani seraya menenangkannya.
Read more

Nasib Valdi

Dia segera ke luar dari tempat acara berlangsung. Di saat bersamaan Valdi juga berpamitan karena ada urusan mendadak. "Terima kasih atas kehadirannya ya Val," tutur Anjani."Sama-sama Anjani, semoga anak kalian menjadi anak yang sholeh sholeha. Aku pamit dulu." Setelah Valdi pergi dari situ, Arya mengutarakan kejanggalannya pada Agung."Pa, kenapa aku merasa teman Anjani itu tadi mirip sama Papa ya?" "Iya, Papa juga merasa begitu Ar. Apa jangan-jangan dia kembaran Anjani?" gumam Agung berspekulasi."Arya akan segera menyelidikinya, Pa."Saat mereka sedang melanjutkan acara, tiba-tiba ada seorang warga mengabarkan jika tamu yang baru saja pulang dari kediaman Agung mengalami kecelakaan di jalan depan kompleks. Dengan sigap Arya dan Revan menyusul mereka.Tanpa mereka sadari, Anjani tiba-tiba merasakan sakit di tubuhnya."Ma, kenapa tiba-tiba rasanya sakit sekali Ma?" keluh Anjani kesakitan.Nurma yang panik segera menyuruh Agung untuk menelepon dokter. Untung saja para tamu sudah mu
Read more

Bahagia dan Kesedihan

"Benar, Pa. Kasihan Valdi, aku tidak sanggup melihat Valdi tergolek tak berdaya," sambung Revan menimpali."Baiklah, Mama dan Papa akan cek golongan darah sekarang!" jawab Agung cepat."Terima kasih Ma, Pa!" ucap Revan dan Arya."Terima kasih Tuan sudah bersedia menolong anak kami!" ucap Seno."Sama-sama Tuan!" Mereka berdua segera melakukan cek golongan darah bersama suster. Tak berapa lama mereka ke luar dari ruangan."Bagaimana hasilnya, Pa?" tanya Revan penuh harap."Golongan darah Papa cocok dengan Valdi, Van.""Alkhamdulillah," ucap mereka serempak.Akhirnya Agung segera melakukan transfusi darah. Diam-diam, Agung juga sekalian meminta perawat untuk melakukan tes DNA dengan Valdi. Setelah selesai melakukan donor darah, mereka langsung pamit pada orang tua Valdi karena tidak bisa meninggalkan Anjani terlalu lama begitu juga Revan dan Arya.***
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
19
DMCA.com Protection Status