Home / CEO / Terperangkap Gairah sang Mantan / Chapter 171 - Chapter 180

All Chapters of Terperangkap Gairah sang Mantan: Chapter 171 - Chapter 180

541 Chapters

CHAPTER 171

“WHOOAAAH!” seru semuanya saat Nicole sudah memotong kue. Dilanjut dengan saling mengangkat minuman. Kemudian bersulang ria. “Are you ready for tonight?” seru MC. “Please welcome Dj Rich Richiy!” Pertunjukkan mulai. Dj di depan mulai menekan sebuah alat hingga bunyi musik terdengar. Musik yang mengalun dengan keras. Semua orang berbondong mendekati arena panggung. Mengangkat kedua tangan dan menggerakkan badan mengikuti alunan musik. Sedang kedua temannya yang sudah pergi berjoged ria. Amel malah terdampar duduk di depan bar. Dengan minuman yang masih setengah. “Hai pretty.” Amel merasakan deru nafas seseorang mengenai tengkuk lehernya. Kemudian suara berat itu—ia mengenalnya. Di susul dengan aroma parfum seseorang yang sangat ia kenal. “Kenapa di sini?” Hardin mengambil duduk di samping Amel. “Kau tidak memberitahuku jika datang hm?” Hardin mengusap helaian rambut Amel. Amel mengangkat kepalanya. “Hardin? Kau di sini?” “Hm.” Hardin mendekat. Mendaratkan tangannya di pinggang
Read more

CHAPTER 172

“Hardin..” Amel yang semakin pusing. Gelanyar aneh namun nikmat ini. Ia memengang lengan Hardin. “Aku akan memuaskanmu.” Hardin menaikkan dress yang digunakan Amel. Kembali memasukkan jemarinya di sana. Tubuh Amel yang sedikit terserentak ke belakang. Hardin semakin mempercapat gerakan tangannya. Semakin basah hingga tubuh Amel kembali bergetar. “Kau suka?” Amel mengangguk pelan. ~~ Sebelum masuk ke dalam gedung Apartemennya, Amel berjongkok. Ia menatap tumbuhan di depannya. Menyentuhnya—bergerak maju untuk menghirupnya. “Itu bukan bunga,” ujar Hardin yang ikut berjongkok. Amel menutup mata. “Aku mual.” “Muntahkan saja.” Hardin mengusap tengkuk Amel. HUEK! Hardin harus merelakan jaketnya terkena muntahan Amel. “Muntah di sini.” Ia mengarahkan Amel pada tanah samping tanaman. Ia melepaskan jaketnya, melemparnya ke dalam mobil. Setelah itu meraih tisu. “Aku sangat sedih….” Amel mendongak. “Kenapa?” Hardin mengusap bibir Amel pelan. Amel sudah berkaca-kaca, tak lama menangi
Read more

CHAPTER 173

“Amel makan dulu. Jangan main hp terus.” Jenifer memperingati putrinya. Ia menambah nasi ke atas piring Amel. “Makan yang banyak. Jangan sampai kurus.” Amel menatap makanannya dengan tidak nafsu. Namun demi menghargai orang tuanya, ia menghabiskan makanan yang sudah dibuat susah payah oleh ibunya. “Amel harus ke kampus.” Setelah makan, Amel buru-buru pergi. Ia harus pergi mencari Hardin. Ke manapun. Ia harus bertemu dengan pria itu. Amel tidak tahu bagaimana keadaan Hardin. Ia takut jika hardin melakukan hal buruk. Ini menjadi keempat kalinya Amel datang ke rumah. Ia berharap ada satu saja teman Hardin yang ada di sini. Setidaknya ia bisa bertanya. Menghadapi kenyataan pahit sudah hampir satu jam ia duduk di depan. Namun tidak ada orang yang datang. Amel mencangklong tasnya kembali. Ia hendak kembali. Brum brum. Ia berheti saat motor memasuki halaman. Itu adalah Gerald. Pria itu baru saja membuka helm. Keningnya mengerut—pertanda sedikit terkejut dengan kehadiran Amel di sini.
Read more

Chapter 174

Amel menangis sambil tertawa. “Amin paling serius.” Jenifer memeluk Amel. Kemudian Steven juga ikut memeluk kedua perempuan itu. “Amel ingin pulang.” “Biar Dad yang mengantar kamu.” Amel menggeleng. “Amel ingin mencari udara segar sendiri. Jadi Amel ingin menyetir sendiri.” “Baiklah.” Steven merogoh kunci mobilnya. “Hati-hati. Kalau ada apa-apa langsung hubungi, Dad.” Amel pergi. Steven dan Jenifer masih duduk di tepi ranjang. Jenifer menghela nafas lelah. “Aku hanya merasa sedih karena tidak bisa memisahkan antara urusan bisnis dengan urusan keluarga. Apakah mereka akan terus memaksa anak dan cucu mereka menikah dengan orang yang tidak dicintai? Apakah perjodohan ini akan terus berlanjut sampai nanti?” keluh kesah Jenifer terluap. “Kita tidak bisa mengubah kebiasaan orang tuaku. Yang terpenting anak-anak kita tidak merasakannya. Olivia sudah menikah dengan pria pilihannya sendiri. Sekarang tinggal Amel.” Jenifer memejamkan mata. “Hatinya pasti sakit sekali. Hardin adalah pri
Read more

Chapter 175

2 tahun berlalu. Seorang perempuan memasuki sebuah perusahaan. Sebuah perusahaan yang menangani perencanaan dan pembangunan sebuah bangunan. Di sanalah para arsitek berkumpul. Amel sudah memasuki semester akhir. Waktunya untuk magang. Alasan ia memilih perusahaan ini adalah tidak ada hubungannya dengan perusahaan keluarganya. Kebanyakan perusahaan yang ada adalah anak perusahaan Delux ataupun DN. Ya begitulah Amel menghindar dari apapun yang bersangkutan keluarganya. “Anak magang?” tanya seorang perempuan yang menyambut Amel. Amel mengangguk. “Saya Amel.” “Jangan terlalu kaku. Panggil aku Ela.” “Oke.” Amel tersenyum. “Ikut denganku.” Ela berjalan. Di sekeliling ada banyak meja kerja yang berisi pegawai. Sepertinya petugas administrasi. Lalu ada sebuah meja yang kosong. “Di sini tempatmu bekerja. Dan kau akan membantu seseorang.” Sampai di sebuah ruangan. Di sana adalah ruangan seorang Arsitek. Ruangan yang sangat rapi dengan desain yang unik. Bagaimana tidak, arsitek memang m
Read more

Chapter 176

“Lepaskan aku.” Amel mengibaskan tangannya yang dipegang Hardin. “Bukan urusanmu.” Sebelum Amel mencapai pintu. Hardin lebih dulu menutup pintu dan menghadangnya. “Kau masih marah denganku?” “Sudah kubilang aku tidak ada urusan denganmu.” Amel yang kesal setengah mati karena Hardin yang menghalangi jalannya. “Pergi.” Hardin berdecih. “Kau lupa aku pimpinan di sini.” Ia melangkah mendekati Amel. Hanya beberapa langkah saja, ia sudah bisa memojokkan tubuh Amel ke dinding. Salah satu tangannya berpegang pada dinding. “Sudah cukup menghindar. Aku tidak ingin kau kabur dariku.” Amel mendongak. “Siapa yang bilang aku menghindar? Aku kabur darimu?” Amel tersenyum remeh. “Aku sangat sibuk, untuk apa aku menghindar. Sekarang biarkan aku pergi.” Hardin dengan lancang meraih dagu Amel hingga mendongak menatapnya. Terpaksa Amel mendongak—ia juga tidak bisa menampar pria ini. Kedua tangannya membawa berkas yang cukup banyak. “Apa yang kau inginkan?” “Kau.” Hardin mendekat—mengikis jarak di
Read more

Chapter 177

“Kamu bisa belajar.” Amel bertopang dagu. “Lalu kenapa kak Daniel tidak masuk ke DN? Uncle Saka pasti akan senang. Lagipula Kak Daniel bisa beradaptasi dengan mudah di sana. Kak Daniel pintar, berbakat dan juga—” Amel menatap Daniel. “Pokoknya baguslah.” “Sekarang kamu pintar memutar balikkan omongan orang.” Percakapan mereka terputus akibat pelayan yang datang membawakan pesanan mereka. Ada lima macam makanan jepang yang dipesan oleh mereka. Semuanya kesukaan Amel. Daniel yang hanya menurut saja, yang terpenting Amel senang. Amel diam-diam merogoh tasnya. Ada sesuatu di dalam sana. Sebuah kotak yang berisikan hadiah untuk kakak tercintanya. “Selamat ulang tahun kak Daniel.” Daniel berhenti. Amel bertepuk tangan sekali untuk memanggil para pelayan. Hanya dengan kode tersebut—para pelayan keluar. Membawa sebuah kue tart yang sudah tertancap lilin hidup. “Happy birthday!” Amel bertepuk tangan. “Waaah…” Daniel tidak bisa berkata-kata lagi. Kue itu sudah berada di tengah meja merek
Read more

Chapter 178

Tubuh Amel kaku. Mendengar kalimat dan suara Hardin, tubuhnya melemah. Kedua tangannya mengepal di bawah sana. Pelukan hangat dari cinta pertamanya ini membuatnya lemah. Apalagi aroma parfum dari pria yang pernah ia rindukan setiap malam ini menguar begitu saja. “I really miss you.” Hardin melepaskan pelukannya. Ia tersenyum—mengusap kedua pipi Amel pelan. Ia mendekat—memiringkan kepalanya. Mengikis jarak di antara mereka berdua. Kedua bibir mereka hampir bersentuhan. Namun—kreet! “Oh!” kaget seorang perempuan. Di tangannya terdapat sebuah kardus. Hampir saja kardus yang dibawahnya jatuh saat melihat bos dan temannya hampir berciuman. Seketika Amel mendorong Hardin. “Puas membuatku kacau?” Amel menatap Ela yang sangat terkejut. Bibir Ela terbuka lebar. Jika Amel tidak cepat-cepat menangkap kardus yang dibawa oleh Ela, pasti sudah terjatuh. “Hati-hati.” Amel menaruh kardus itu ke samping. Kemudian menyeret Ela keluar dari ruangan. “Amel!” pekik Ela saat mereka sudah berada di ru
Read more

Chapter 179

“Jangan terlalu mabuk.” Caitlin menunjuk panggung di depan. “Dj tamu baru saja datang. Lalu salah satu dari kita harus tetap terjaga. Kita tidak akan pulang dengan selamat jika semuanya mabuk.” “Kau!” tunjuk mereka bertiga pada Caitlin. “Sudah kuduga.” Memutar bola matanya malas. Saat Dj sudah mulai memainkan alat musik yang seperti piring itu. Mereka berempat mendekati lantai dance floor. Di sana alunan musik mulai terdengar dengan keras. Amel memejamkan mata. Tubuhnya bergerak dengan irama musik. Kedua tangannya terangkat ke atas. Sambil bersenandung tidak jelas, kepalanya bergerak ke kanan ke kiri. Ia tidak akan pernah sadar jika dari atas ada satu orang pria yang mengawasinya dengan raut menajam. Pria yang memakai setelah kemeja tanpa jas. Pria yang menggulung lengan kemejanya sampai sebatas siku. “Ada yang menarik?” Hardin menoleh. Sahabatnya, Gerald. Sekarang Gerald bekerja di perusahaan orang tuanya. Begitulah kira-kira garis nasib yang sudah ditentukan untuk anak yang
Read more

Chapter 180

“Apa yang kau lakukan?” heran Caitlin. “Kau sudah sadar tapi mau mabuk lagi?” “Lagi pula ada kau yang menjagaku.” Amel kembali meneguk minuman berakhohol itu kembali. “Hentikan,” ujar Caitlin. “Kau bisa memberitahuku apa yang terjadi. Jangan memendamnya sendiri.” Amel mengepalkan kedua tangannya. Ketika ia mendongak—kedua matanya bertatapan dengan pria itu. Hardin! Ya pria itu berada di atas. Dengan santainya berdiri dengan kedua tangan yang masuk ke dalam saku. Pria itu tidak berhenti memperhatikannya. “Ada siapa?” ketika Caitlin mengikuti arah pandang Amel. Ia tidak dapat menemukan sesuatu, karena Hardin yang sudah melangkah pergi. “Kau ini kenapa?” Caitlin yang semakin keheranan. Alhasil ia lebih mendekat. Mengecek suhu tubuh Amel yang terbilang normal. “Nanti saat aku waras akan kuceritakan.” Amel kembali minum! Beberapa jam kemudian….. Caitlin menghela nafas. Tiga wanita yang sedang terbaring di sofa dengan posisi tidak menentu. Amel berbaring memunggunginya, posisinya se
Read more
PREV
1
...
1617181920
...
55
DMCA.com Protection Status