“Hardin..” Amel yang semakin pusing. Gelanyar aneh namun nikmat ini. Ia memengang lengan Hardin. “Aku akan memuaskanmu.” Hardin menaikkan dress yang digunakan Amel. Kembali memasukkan jemarinya di sana. Tubuh Amel yang sedikit terserentak ke belakang. Hardin semakin mempercapat gerakan tangannya. Semakin basah hingga tubuh Amel kembali bergetar. “Kau suka?” Amel mengangguk pelan. ~~ Sebelum masuk ke dalam gedung Apartemennya, Amel berjongkok. Ia menatap tumbuhan di depannya. Menyentuhnya—bergerak maju untuk menghirupnya. “Itu bukan bunga,” ujar Hardin yang ikut berjongkok. Amel menutup mata. “Aku mual.” “Muntahkan saja.” Hardin mengusap tengkuk Amel. HUEK! Hardin harus merelakan jaketnya terkena muntahan Amel. “Muntah di sini.” Ia mengarahkan Amel pada tanah samping tanaman. Ia melepaskan jaketnya, melemparnya ke dalam mobil. Setelah itu meraih tisu. “Aku sangat sedih….” Amel mendongak. “Kenapa?” Hardin mengusap bibir Amel pelan. Amel sudah berkaca-kaca, tak lama menangi
Read more