Semua Bab Terperangkap Gairah sang Mantan: Bab 151 - Bab 160

541 Bab

Chapter 151

“Dan?” “Dia sangat kawatir saat aku terjatuh di kolam. Dia bilang dia menyukaiku. Katanya—belum tahap cinta. Tapi aku yakin dia sebenarnya sudah mecintaiku. Tapi dia hanya gengsi saja.” Jenifer tersenyum dengan sangant bahagia. “Ini semua berkatkamu. Jika kau tidak mendorongku. Dia tidak akan sadar perasaannya yang sesungguhnya terhadapku.” Karina tersenyum. “Maaf, aku membuatmu dalam bahaya.” “Tidak masalah karena sebanding dengan apa yang aku dapatkan.” Karina mengangguk. “Aku ikut bahagia.” “Tapi aku tidak tahu kenapa kau melakukannya. Kenapa kau berusaha menyadarkan Steven. Kau hanya adik iparnya—kau terlalu memperdulikan kehidupan rumah tangganya.” Jenifer menatap Karina. “Jenifer aku—” “Aku tahu kau orangnya. Kau orang yang selalu ada di hati Steven selama ini.” “Jenifer—” “Aku tahu Karina.” Jenifer tersenyum. “Aku tidak ingin tahu bagaimana kalian bisa berhubungan. Tapi aku tidak masalah—karena kau tidak mencintai Steven balik. Dan yang terpenting sekarang Steven sudah
Baca selengkapnya

Chapter 152

12 jam yang lalu. Terdengar sebuah teriakan yang sangat menggema dari sebuah kamar bernuansa hitam dan putih. “MOM DAD! AKU DITERIMA DI UNIVERSITAS SYDNEY!” Perempuan berusia hampir 18 tahun itu melompat dengan kegirangan. “AAAAAA AKHIRNYA!!!” Amelia Putri. Putri dari pasangan Jenifer dan Steven. Mempunya nama yang sangat lokal karena si ibu yang terlanjur mecintai Indonesia. Amelia, bisa dipanggil Amel jika Akrab. Gadis ceria yang mempunyai sepasang lesung di kedua pipi. “Akhirnya aku terbebas. Aku bisa keluar untuk main dengan bebas. Tidak ada jam malam.” Amel begitu girang membayangkan kehidupannya nanti di Australia bisa bebas. “Aku akan menikmati hidupku di sana.” Amel begitu semangat menuruni tangga. Di ruang tamu kedua orang tuanya tengah bersantai sambil menonton TV. “MOM DAD!” lagi-lagi teriakan yang sangat menggelegar. “Bukan anakku,” ujar Jenifer. “Bukan anakku juga,” balas Steven. “Kenapa dia begitu powerfull?” heran Jenifer. “Aku sudah menduganya ketika dia kelu
Baca selengkapnya

Chapter 153

Jujur saja Amel mengagumi ketampanan sepupunya itu. Namun Daniel yang berusia hampir 27 tahun tidak masuk dalam kriteria idamannya. Menjalin hubungan dengan pria dewasa tidak akan mengasikkan. Banyak aturan, kekangan dan pastinya penuh dengan otoritas. “Aku sudah menyiapkan Apartemen yang akan kamu tinggali. Letaknya persis di samping Apartemenku.” “What the hell.” Amel melebarkan matanya. “Kak! Permisi! Apa tidak salah?” Daniel melirik Amel. “Kenapa? Apa kamu mau tinggal di Asrama? Aku dengar masih dibuka pendaftaran Asrama.” Amel tidak bisa membendung kekesalannya. Ia memutar tubuhnya menjadi berhadapan dengan Daniel. “Kak, bagaimana kalau berpura-pura saja. Jadi Kak Daniel bisa bilang pada Mom kalau Kak Daniel menjagaku. Tapi aku akan menjalani kehidupanku di sini sesuai dengan keinginannku.” “Tidak akan.” “Kaaaak….” Amel memelas. “Aku tidak ingin terus di awasi.” Daniel tersenyum tipis. Lucu juga—terkahir kali ia bertemu dengan bocah ini 8 tahun lalu. Amel tumbuh dengan bai
Baca selengkapnya

Chapter 154

“Dingin,” balas Amel membuat Karina tertawa. “Untuk malam ini menginap dulu di sini. Besok kak Daniel akan mengantar kamu Universitas dan tempat tinggal kamu.” Karina mengajak Amel ke sebuah kamar. Di sana di dominasi warna pink. Karina pikir anak perempuan pasti akan menyukai warna pink. Tapi sesungguhnya—Amel sangat tidak suka warna pink. “Bagaimana? Kamu suka?” Jika saja yang menyiapkan kamar ini adalah Mommynya sendiri. Pasti dia akan menjawab tidak. “Suka. Bagus Aunty.” “Yasudah kamu istirahat dulu di sini.” Karina baru saja ingin pergi. “Oh ya apa kamu lapar?” “Sebenarnya tadi sudah makan sebelum ke sini. Tapi Amel— Amel masih lapar.” Sambil meringis tanpa bersalah. “Tidak masalah. Nanti kita makan bersama setelah Uncle Saka pulang.” Karina pergi. Amel bersandar terlebih dahulu di pintu. “I hate pink!” ujarnya. “Untuk semalam saja, tahan Amel.” ~~ “Amel ngambil jurusan apa?” tanya Saka. “Arsitektur, Uncle.” Amel makan dengan lahap tanpa rasa canggung. Untuk apa canggu
Baca selengkapnya

Chapter 155

“Jadi ini adalah Apartemen kamu.” Daniel menunjuk Apartemennya yang hanya berjarak beberapa pintu. “Itu Apartemenku.” Amel memutar bola matanya malas. “Iya kemarin kak Daniel sudah mengatakannya.” Daniel sedikit menurunkan badannya. “Agar mudah mengawasimu.” Tak! Menyentil pelan dahi Amel. “Belajar yang benar, bocah!” Amel mencebikkan bibirnya. “Aku bukan bocah.” “Oke kamu memang sudah besar.” Daniel memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. “Tunggu aku pulang, aku akan mengantarmu berkeliling ke Universitas.” “Tidak perlu,” sargah Amel dengan cepat. “Aku akan ke sana sendiri. Aku ingin belajar mandiri mulai sekarang.” Daniel berpikir sebentar. “Oke. Kalau ada apa-apa hubungi aku.” Amel mengangguk. “Sudah sana. Pergilah bekerja.” “Kamu mengusirku?” Daniel menggeleng pelan. “Teganya setelah diantar malah mengusir.” Daniel membalikkan badan. Lalu berjalan ke arah lift berada. “Apa dia marah?” lirih Amel. “Aku hanya bercanda!” teriak Amel saat Daniel sudah melangkah masuk ke dal
Baca selengkapnya

Chapter 156

Siapa yang tidak suka dengan bos seperti Daniel. Selain tampan dan seksi. Daniel juga kaya, dari keluarga yang bukan main-main dan yang terpenting pria baik-baik. Namun seharusnya Lara tahu bahwa menarik pria baik-baik bukan dengan menggodanya dengan tubuh. “Iya, Sir. Saya akan membeli baju yang lebih hangat.” Lara mengambil tumpukan dokumen itu. 3 kancing teratas kemeja yang digunakannya sengaja dibiarkan terbuka. Menampilkan sebagian dadanya yang menggoda. “Apa anda ingin makan siang di luar?” tanya Lara. “Aku akan makan di kantor saja. Kamu bisa keluar.” Daniel menyandarkan tubuhnya ke kursi. Ia memejamkan mata. Merasa lebih pusing akhir-akhir ini. Entahlah mungkin karena pekerjaan yang sangat banyak. Benar kata Mama, mungkin ia akan mulai mencari istri saja. ~~ Tidak membutuhkan waktu lama untuk Amel menemukan teman baru. Dengan kepribadiannya yang ceria, ia sudah mempunyai dua teman yang sama satu jurusan. Setelah bertemu di kampus. Mereka memutuskan untuk makan ramen di s
Baca selengkapnya

Chapter 157

1 bulan terlewati. Amel menjalin kehidupan kampusnya dengan lancar. Ia jarang sekali bertemu dengan Daniel. Katanya, pria itu sedang sibuk riwa-riwi bepergian bertemu dengan klien. Namun perhatian Daniel tidak putus. Tunggu! Apa bisa disebut perhatian? Daniel yang selalu menanyakan kegiatan Amel. Memastikan Amel makan tepat waktu. Daniel yang sering memesankan makanan untuk Amel. Seperti saat ini. [Kamu sedang apa?]-dari Daniel [Aku hanya mengerjakan tugas.] [Selesai jam berapa?] [Jam 2 mungkin. Tugasku sangat banyak. Bagaimana denganmu kak?] [Aku sekarang di London. Ingin kubawakan sesuatu?] “Sebenarnya aku ingin cokelat di dekat Supermarket samping Mansions kakek.” Tapi Amel buru-buru menghapusnya. Ia tidak mau merepotkan Daniel untuk menuruti keinginannya. [Tidak. Pulanglah dengan selamat] TING TING “Aku tidak memesan apapun,” lirih Amel. Pesan dari Daniel lagi-lagi masuk. [Aku sudah memesan makan malam untukmu. Kamu bisa kelaparan mengejarkan tugas sampai malam.] Amel
Baca selengkapnya

CHAPTER 158

Daniel memandang Amel yang tengah memunggunginya. Dress yang seperti kekecilan. Punggung Amel terbuka, hanya ada sebuah tali tipis yang kini tertutupi oleh rambut perempuan itu. Ketika Amel berbalik menghadapnya. Ia bisa menatap penampilan Amel lebih jelas. Dress yang hanya sebatas setengah paha. Dengan potongan rendah, hampir menunjukkan belahan dada Amel. “Mau ke mana dengan pakaian seperti itu?” Daniel menghela nafas. Ia keluar untuk membawakan Amel makan malam. Nasi goreng yang ia buat sendiri. “Ak-aku akan menghadiri acara penyambutan mahasiswa baru.” Amel merasa tidak nyaman dengan tatapan tajam Daniel. “Aku akan pulang sebelum jam 12.” “Dengan siapa?” “Dengan teman-temanku.” Daniel mendekat. “Sekarang di mana mereka?” “Mereka sudah di sana.” Amel sedikit meringis saat tali kecil di bahunya terjatuh. Ia menggigit bibirnya saat Daniel tidak sengaja melihat itu. Saat Daniel mengalihkan pandangan, ia segera membetulkan tali di bahunya. “Ganti pakaianmu dulu.” Daniel menata
Baca selengkapnya

CHAPTER 159

Hardin mengangguk. Amel berdecih pelan. Ia menyingkirkan tangan Hardin yang berada di pipinya. “Kau tidak akan bisa menyentuhku sembarangan!” mendorong dada Hardin. Amel berjalan menjauh. Ia akan mencari temannya terlebih dahulu. Hardin yang baru kali ini mendapat penolakan. Ia tersenyum miring. Jujur saja tubuh Amel sangat menggoda di matanya. Maka dari itu ia langsung saja mengatakan keinginannya dengan cepat. “Caitlin! Annie!” Amel melambaikan tangan. Kedua temannya itu sedang duduk dengan dua pria. “Aku akan pergi.” Amel berpamitan. Ia melirik meja yang berisi beberapa botol dan entah alat permainan apa. “Kenapa buru-buru?” Annie menarik Amel agar duduk di sampingnya. “Jarang-jarang kita bisa bergaul dengan The Givers. Jangan pulang dulu oke?” “Kenalkan ini temanku. Namanya Amelia, kalian bisa memanggilnya Amel,” jelas Caitlin. “Hai, aku Amel.” Amel tersenyum. “Aku Gerald. Nice to meet you, Amel,” ujar pria berambut sedikit keperakan itu. Posisinya sebagai gitaris. “Aku
Baca selengkapnya

CHAPTER 160

Annie merangkul lengan Amel. Bahkan mengikuti ke manapun Amel pergi. Ke toilet—Annie menunggu Amel di depan bilik pintu. “Amel temani aku bertemu dengan mereka.” Annie menunduk. Menyatukan kedua tangannya. “Dengan Caitlin saja.” “Caitlin pulang kampung. Kakaknya menikah.” Amel yang berpura-pura sibuk tidak mendengar Annie. Ia membasuh wajahnya dengan air. Mengambil beberapa lembar tisu untuk mengusap wajahnya. “Amel bantu aku, kali ini saja. Aku benar-benar tidak berani.” Annie menghentakkan kakinya ke bawah. “Kemarin kau berani sekali.” Amel mencebikkan bibirnya. “Kemarina kalian terlihat sangat akrab kenapa sekarang menjadi takut. Lagipula aku tidak suka ‘mereka’.” “Kemarin karena aku mabuk. Aku lebih santai berhadapan dengan mereka. Berbeda dengan sekarang. Aku dalam keadaan sadar tidak cukup berani berhadapan dengan mereka.” ‘Mereka’ yang dimaksud oleh Annie dan Amel adalah The Givers. Kemarin dompet Annie ketinggalan dan katanya ada pada mereka. Annie yang sudah gugup den
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1415161718
...
55
DMCA.com Protection Status