Home / Romansa / Terperangkap Gairah sang Mantan / Chapter 161 - Chapter 170

All Chapters of Terperangkap Gairah sang Mantan: Chapter 161 - Chapter 170

541 Chapters

CHAPTER 161

“Di kamarmu.” Annie menunjuk kamar dengan dagunya. “Kamarku?” Amel menunjuk dirinya sendiri. “Bukan kamar kita berdua? Aku mendapat kamar sendiri?” Annie meringis pelan mendekati Amel. “Aku satu kamar dengan Joseph dan kau satu kamar dengan Hardin.” Pppffft! Amel hampir menyemburkan minuman di dalam mulutnya. “Kau bercanda?” “Tidak.” Annie menggeleng. “Bantu aku, Amel. Untuk memperlancar hubunganku dengan Joseph. Kau harus sekamar dengan Hardin. Aku yakin dia tidak akan berani macam-macam denganmu.” Amel menatap kesal Annie. “Fuck you bitch!” Annie tertawa. Mendorong Amel ke sebuah kamar yang sudah ditunjuknya tadi. “Masuk saja.” “Aku akan membunuhmu, An—” Amel tidak bisa menyelesaikan ucapannya karena Annie yang sudah mendorongnya masuk ke dalam. Ia menghela nafas sambil mengacak rambutnya frustasi. Lagi-lagi ia melotot. Kekesalannya sudah bertambah. “Permisi, Sir—” Amel berbalik memunggungi Hardin yang melepas pakaian di hadapannya. “Kau harus sadar jika ada orang lain di s
last updateLast Updated : 2023-08-02
Read more

CHAPTER 162

Aneh sekali—Amel langsung tertidur begitu saja setelah mabuk. Namun beberapa jam kemudian, ia malah terbangun. Kepalanya sungguh berat. Selain pusing—ia juga merasa sangat mual. Alhasil ia berlari ke kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya di sana. Huek huek! Amel menata pantulan dirinya di depan cermin. Tidak ada yang berubah pada wajahnya. Hanya berantakan saja. Setelah berkumur dan membersihkan bibirnya. Ia keluar—namun ia tidak menjumpai keberadaan laki-laki yang ditendangnya tadi. “Apa dia marah denganku?” Amel duduk di tepi ranjang. “Seharusnya di sini. Tapi memang lebih baik dia tidak di sini. Tapi—” Amel menggigit kuku jarinya. “Bagaimana jika dia tidur di luar. Dia yang punya Villa masa tidur di luar?” Amel perlahan keluar. Tidak ada orang-orang lagi. Mungkin semuanya sudah tidur. Ada suara-suara aneh yang terdengar dari kamar depan. Kamar Nicole dan Gerald. Suara desahan khas orang bercinta. “Dunia serasa milik mereka berdua,” gumam Amel. “Ke mana aku harus mencari Har
last updateLast Updated : 2023-08-03
Read more

CHAPTER 163

“Kenapa?” Daniel sempat terdiam. “Aku perlu alasan yang jelas.” Amel merapikan obat-obatan yang berserakan di meja. “Jika tidak bisa menjawab aku tidak akan menurut.” “Hardin bukan pria yang baik.” “Sudah aku bilang. Katakan alasan yang jelas.” “Untuk saat ini aku tidak bisa menjelaskannnya. Tapi aku mohon menjauh darinya.” Daniel menyentuh kedua bahu Amel. “Dengarkan perkataanku.” Amel mengangguk pelan. “Jadi kemarin kamu berbohong dan pergi bersama Hardin?” tanya Daniel. “Dengan teman yang lain juga,” balas Amel cepat. Ia hanya tidak ingin dituduh tidak jelas. “Oh. Lalu kenapa kamu tidak bilang saja yang sebenarnya?” “Jika aku berkata jujur. Apa Kak Daniel mengijinkanku?” Amel berdecak pelan. “Tidak akan. Bahkan Kak Daniel bisa menyusul dan menjemputku pulang.” “Bukan seperti itu Amel—” Daniel menatap ponselnya yang berbunyi. Dari Sekretarisnya. Seharusnya ia ada rapat dengan para bawahannya. Namun dengan adanya kejadian ini, ia memundurkan agenda beberapa menit. “Tunggu
last updateLast Updated : 2023-08-03
Read more

CHAPTER 164

Waktu yang berputar dengan cepat. Amel berada di dalam mobil yang sama dengan Hardin. Padahal kemarin baru saja jalan-jalan dengan Daniel. Sebenarnya tidak ada yang spesial. Hanya nonton, setelah itu makan lalu pulang. Entahlah—Amel hanya merasa sedikit bosan. “Suka lagu apa?” tanya Hardin. “Taylor Swift.” Lagu Taylor Swift berjudul Cruel Summer itu berputar. Amel yang menggerakkan kepalanya menikmati alunan musik. “This is my favorite song.” “I know.” Hardin tersenyum. “Bagaimana kau tahu?” “Hanya menebak.” Hardin mengedikkan bahu. “Dasar,” cibir Amel. “Bagaimana denganmu? Lagu apa yang kau suka?” “The beathles.” Amel mengangguk paham. “Sudah jelas.” “Apanya yang jelas?” “Dari genre musik yang kau bawakan.” Amel tidak bisa berhenti tersenyum saat bersama Hardin. Entahlah—pria itu membawa suasana menjadi lebih baik. “Benarkah? Kau pandai menebak orang ternyata.” Amel memutar bola matanya malas. “Kau terlalu berlebihan.” Mengangkat tangannya dan memukul bahu Hardin pelan.
last updateLast Updated : 2023-08-04
Read more

CHAPTER 165

“Kami The Givers. Hari ini kami akan menampilkan 2 lagu terbaru kami.” Hardin mulai berbicara.Berdiri di atas panggung. Rambut ikal yang beberapa kali tersapu oleh hembusan angin. Juga—sorot lampu yang mulai menyala. Hardin bukan lagi terlihat sebagai laki-laki biasa.Laki-laki itu adalah seorang superstar. Sedangkan Amel berdiri di bawah bersama pengunjung lain. Berdiri di antara banyaknya wanita yang menjerit melihat ketampanan seorang Hardin.“Hardin semakin hot saja. Aku sudah memfollownya sejak dua tahun lalu.”“Mereka bertiga sangat mempesona. Tapi Hardin memang yang paling bersinar di mataku.”Amel tersenyum mendengar pujian-pujian yang dilontarkan oleh perempuan di sekitarnya. Ia merogoh ponselnya—ia akan merekam penampilan Hardin malam ini.Di awali dengan genjrengan gitar kemudian drum yang paling ditunggu adalah suara Hardin. “Waaah,” tanpa sadar Amel bergumam kagum.“Kau sangat bersemangat,” bisik Nicole.“Mereka luar biasa.” Amel mengangguk. “Mereka seperti coldplay. Col
last updateLast Updated : 2023-08-04
Read more

CHAPTER 166

Perasaan ini akhirnya ia rasakan. Sangat senang sampai tidak bisa tidur. Bibirnya tidak bisa berhenti melengkungkan senyum. Sedangkan dadanya terus berdebar. “Sudah sampai rumah?” Amel menuliskan pesan tersebut pada Hardin. Belum terbaca. Amel sadar pria itu pasti masih dalam perjalanan. TING! Amel bangkit. Ia keluar tanpa memeriksa lebih dulu siapa. Tidak ada orang—hanya sebuah makanan pesanan yang diletakkan di depan pintu. Siapa pengirimnya kalau bukan Daniel. “Ke mana dia? Apa belum pulang?” Amel menatap pintu Apartemen Daniel. Ia kembali ke dalam. Membuka kotak perlahan. Isinya adalah rendang, nasi dan ayam goreng. “Dari mana dia memesan makanan Indonesia?” heran Amel. “Aku masih kenyang.” Amel mengambil makanan itu satu persatu kemudian ditaruhnya ke dalam kulkas. “Besok aku akan memakannya.” Ting! Amel merogoh ponselnya. Dari Daniel. [Jangan lupa makan] [Oke] Amel melihat pesannya sudah dibaca oleh Hardin. Sudah menunggu sambil berdiri—namun Hardin tidak kunjung mem
last updateLast Updated : 2023-08-05
Read more

CHAPTER 167

“Tidak.” Hardin mendekat. “Kau sangat cantik.” “Thank you, sir.” Amel mendongak. “Bisa berangkat sekarang?” “Yes.” Hardin membukakan pintu. Amel yang sudah duduk. Hardin terlihat sangat baik menggunakan pakaian formal. Apalagi rambut pria itu di sisir dengan rapi. Lebih tampan, mungkin. “Akan ada sedikit wartawan, apa kau baik-baik saja?” “Ya, aku tidak keberatan. Asal jangan ada wawancara saja.” Amel tertawa pelan. Karena setiap kali Delux atau DN ulang tahun, ia sangat menghindari kamera. Bahkan para jurnalis tidak mendapatkan gambarnya sama sekali. Sampai sekarang, tidak ada berita yang berhasil memunculkan anak kedua Steven. “Sejujurnya aku juga tidak suka.” Hardin menoleh. “Jadi ayo hindari wartawan bersama-sama.” “Tentu.” Amel mengangguk. Setelah menempuh perjalanan hampir 30 menit. Akhirnya mereka sampai juga. Di depan gedung nampak sangat-sangat ramai. Ada begitu banyak wartawan. Mungkin sekitar 20 atau 30 an. Ada semacam red karpet dan ruang untuk wawancara. “Apa ba
last updateLast Updated : 2023-08-05
Read more

CHAPTER 168

“Kita berteman Dad!” sahut Amel. “Kita berteman kan Hardin?” ia mendongak. menunjukkan raut melasnya. “Ya kita berteman,” ucap Hardin sangat pelan. Jenifer bersindekap. “Mom tidak percaya.” “Mom.” Amel menunjuk dirinya sendiri. “Mom memang tidak pernah percaya pada putri Mom ini. Dari dulu Mom hanya percaya pada kak Olivia.” “Karena kakakmu lebih meyakinkan dari pada kamu.” Jenifer menatap Amel dari atas hingga bawah. “Kakakmu saja tidak pernah memakai pakaian seperti ini.” Melihat pakaian Amel ini saja sudah ngamuk-ngamuk. Bagaimana jika melihat pakaian Amel terakhir kali datang ke pesta bersama teman-temannya? Bisa dikeluarkan dari kk dan dicoret dari daftar warisan. Hardin melihat bagaimana akrab dan hangatnya keluarga Amel. Ia sedikit iri. Keluarga Amel yang lengkap dan terlihat bahagia. Ia tersenyum melihat Amel bersama keluarganya. “Kami akan di sini selama 1 bulan.” ‘Lama banget mau ngapain aja?’ batin Amel berteriak kencang. “Dad ada urusan selama di sini. Dalam 1 bul
last updateLast Updated : 2023-08-06
Read more

CHAPTER 169

“Jika dia memperlakukanmu berbeda. Dia tidak akan menyentuhmu, Amel.” “Cukup kak!” Amel setengah teriak. “Sudah cukup sampai di sini. Aku tidak ingin berdebat dan bertengkar denganmu. Jadi aku mohon sampai di sini.” Amel melangkah menuju pintu keluar. “Aku akan memesankan makanan. Jangan lupa minum obat setelah makan,” ujarnya sebelum membuka pintu dan keluar. ~~ Keesokan harinya. Amel terbangun dari tidurnya. Ia menatap cermin. Wajahnya sangat kusut. Terdapat kantung hitam di bawah mata. Semalaman menangis setelah bertengkar dengan Daniel. Daniel ia anggap sebagai kakaknya. Ia memang sempat mempunyai rasa suka pada laki-laki itu, namun rasa suka itu menghilang begitu saja. Berganti dengan perasaan biasa saja. Ia menyayangi Daniel layaknya kakaknya sendiri. “Aku menangis semalaman.” Amel mengusap wajahnya. Ting ting! Amel berjalan ke pintu. Membukanya perlahan. “Surprise!” Jenifer dengan ceria. Ia membawa kue kesukaan putrinya. Namun ia menjadi terdiam saat melihat Amel yang
last updateLast Updated : 2023-08-06
Read more

CHAPTER 170

“Sorry kalau orang tuaku terlalu berlebihan. Padahal hubungan kita—” “Hubungan kita apa? Kau kira aku tidak serius selama ini?” Hardin menangkup wajah Amel. “Jika aku tidak serius aku tidak akan datang ke sini, Amel. Aku bahkan sudah berjanji pada orang tuamu akan berusaha menjagamu.” “Apa kau masih tidak yakin denganku?” Amel mengangguk. “Kau populer. Banyak perempuan yang mengejarmu. Kau bisa saja memilih mereka tanpa melewati banyak rintangan. Keluargaku memiliki banyak aturan tentang hubungan.” “Aku tidak masalah. Yang terpenting aku menyukaimu. Aku ingin bersamamu.” Hardin mengambil tangan Amel. Digenggamnya dengan nyaman. “Itu artinya?” Hardin mengernyit. “Artinya aku menyukaimu.” “Artinya—” Amel mengerucutkan bibirnya. “Do you wanna be my boyfriend Hardin?” bukankah seharusnya Hardin yang mengatakannya, bukan Amel? Tapi Hardin yang sangat lama membuat Amel tidak sabar. “Of course.” Tuh kan! Masih tidak mengerti juga. “Seharusnya kau yang mengajakku berkencan Hardin.”
last updateLast Updated : 2023-08-07
Read more
PREV
1
...
1516171819
...
55
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status