Semua Bab Terperangkap Gairah sang Mantan: Bab 91 - Bab 100

541 Bab

Chapter 91

Sudah seminggu berlalu. Di sebuah perkotaan yang ramai. Ada sepasang manusia yang memadu kasih di sebuah Apartemen. Mereka yang asik bergumul tanpa memedulikan apapun. Aruna menggoyangkan pinggulnya dengan senang hati. Pujaan hatinya rela menemuinya dari Indonesia ke New York hanya untuk menemuinya. “Bagaimana harimu selama seminggu ini di sini sayang?” tanya si pria usai percintaan panas mereka. “Begini-begini saja. Aku hanya menjadi model cadangan. Aku tidak tampil di fashion show. Haissh menyebalkan.” Aruna menaikkan selimut putih sampai di sebatas dadanya. Ia mendongak ke atas. “Bagaimana harimu?” “Tidak menyenangkan sama sekali. Aku selalu ingin melihatmu.” “Come on Amar.” Aruna memukul pelan dada Amar. “Kita bertemu hampir 10 tahun. Kau tidak pernah bosan denganku?” Ya Amar adalah kekasih Aruna. Mereka dulu bersahabat hingga menjadi kekasih. Hubungan mereka bahkan terus berlanjut meski Aruna telah menikah dengan Saka. Amar yang rela menjadi selingkuhan demi tetap bersama
Baca selengkapnya

Chapter 92

Sudah beberapa hari ini ia tidak bertemu dengan Karina. Saka terlalu sibuk mengurusi masalah perceraiannya. Biarlah—lagipula Karina pasti mengerti. Di suruh tinggal di rumahnya juga Karina tidak akan mau. Tok Tok “Tuan, nona Karina mencari anda.” Saka menoleh. Dari balik pintu itu adalah pembantunya. Pagi-pagi begini Karina datang ke rumahnya tanpa diminta. Saka beranjak dari duduknya—melangkah keluar dari ruang kerjanya. Ia berjalan pelan. Ia melihat Karina dari atas. Karina sangat cantik dengan balutan pakaian yang santai. Hanya menggunakan Kaos dan celana jeans longgar. “Lagi-lagi kamu berani datang ke kandang singa.” Karina menoleh. Ia tersenyum. “Aku kawatir kamu sakit. Kamu tidak ada kabar sama sekali. Aku memutuskan langsung ke sini untuk melihat keadaan kamu yang sebenarnya. Kamu baik-baik saja bukan?” karina menatap Saka dari bawah hingga atas. “Tidak ada yang hilang. Masih lengkap.” “Memangnya apa hm?” Saka menarik Karina ke dalam pelukannya. “Aku merindukanmu.” “Mer
Baca selengkapnya

Chapter 93

Karina akhirnya bisa tersenyum. “Makasih.” “Lucu sekali.” Saka mengusap puncak kepala Karina. “Ayo ikut denganku.” Menggandeng Karina. Berjalan ke arah belakang rumah. Di sana ada kolam yang cukup besar. “Temani aku berenang.” Saka sudah melepaskan kaos dan celananya di depan Karina. “Aku akan menunggu kamu di pinggir.” Saka menarik Karina yang hendak pergi. “Aku meminta kamu menemaniku, bukan menungguku.” Saka mengangkat kaos yang digunakan Karina dengan muda. Hingga tubuh bagian atas Karina hanya tertutup dengan bra. “Saka!” Karina menyilangkan tangannya di depan dada. “Bagaimana jika ada yang melihat.” Seperti biasa. Saka mengedikkan bahu sambil berkata. “Biarkan saja.” Ia menunduk. Dengan gerakan cepat—menurunkan jeans yang digunakan Karina. “SAKA!” pekik Karina panik. Sekarang tubuhnya hanya terbalut dengan dalaman berwarna merah menyala yang sangat kontras dengan kulit tubuhnya. “Aku tidak mau! Nanti ada orang yang lihat!” “Siapa yang lihat?” heran Saka. “Semua pembantuk
Baca selengkapnya

Chapter 94

Pagi ini Karina bangun lebih awal. Ia meninggalkan Saka yang masih tertidur—lantas turun ke bawah. Ada beberapa pelayan yang sedang sibuk menyiapkan sarapan. Karina mendekat—tercium harum masakan. “Hari ini masak apa?” tanya Karina. “Ada beberapa jenis roti yang kami buat pagi ini,” jawab Sri. “Apa aku boleh membuat kopi untuk Saka?” Sri mengangguk. “Tentu saja. Di sini.” Menunjuk sebuah mesin kopi yang ada di sana. Dengan bantan Sri, karina membuat Kopi sesuai selera Saka. Ia menatap puas pada kopi buatannya. Ia akan mengantarkannya ke atas. Mungkin Saka sudah bangun dan sedang membersihkan diri. “KARINA!” Suara mengintrupsinya agar berhenti. Karina berbalik—kakinya terasa lemas. Kejadian di mana Aruna memukulnya habis-habisan masih tercetak jelas di ingatannya. Karina sedikit gemetar memegang kopi di tangannya. “Wow kau masih berani ke sini.” Aruna berjalan mendekati Karina. Langkahnya begitu berani dengan sorot tajamnya yang siap membunuh Karina. “Apa pelajaran yang aku ber
Baca selengkapnya

Chapter 95

Saka malah tertawa. Berdecih remeh. “Anakku kau bilang?! Kau tidur dengan banyak pria tapi meminta pertanggung jawaban anak itu padaku? Datanglah pada selingkuhanmu!” “Usianya 6 minggu. Dia ada setelah kita ‘melakukannya’ di malam pesta perusahaan.” Aruna tersenyum miring. “Tentunya kau masih ingat di malam itu kita menghabiskan malam yang panas sampai pagi. Kau memasukiku dan menanam benihmu di rahimku tanpa menggunakan pengaman!” “OMONG KOSONG!!” Saka mencengkram leher Aruna. “Kau berani mengatakan omong kosong padaku. Aku akan memberimu pelajaran!” “Sa-ka..” Aruna berusaha melepaskan tangan Saka yang mencengkram lehernya. “Le-pas-kan aku!” nafas Aruna mulai terputus. “HENTIKAN SAKA!” teriak Karina. “Hentikan….” Lirih Karina. Tes! Air mata Karina turun tanpa bisa dicegah. Saka melepaskan cengkramannya pada Aruna. Ia menoleh pada Karina yang telah menangis. Saka mendekat—namun Karina semakin menjauh. “Karina jangan percaya dengan perkatannya. Dia berbohong.” Karina menggeleng.
Baca selengkapnya

Chapter 96

“Apa yang kau inginkan?” Saka menghela nafas dalam. Baru kali ia mau mengalah dan merendahkan diri pada seorang wanita. “Apa? Aku tidak dengar Saka!” Aruna berpura-pura bermain ponsel. “Sepertinya aku akan sibuk menghadiri sidang perceraian kita berdua.” “Jangan menguji kesabaranku Aruna!” sentak Saka tidak lagi menahan kemarahannya. “Apa maumu? Aku tidak ingin bercerai.” “Apa? Kau tidak ingin bercerai? Bukannya kau yang selalu ngotot ingin bercerai. Kau takut hartamu berkurang?” Aruna sangat kurang ajar. Jelas sekali jika nada bicaranya memang ingin merendahkan Saka. “Tutup mulutmu!” Saka mencengkram bahu Aruna. “Aku tidak akan menceraikanmu!” “Aku hanya ingin kau meninggalkan Karina!” teriak Aruna. “Aku ingin kau hidup denganku saja! Aku tidak ingin melihat kalian berdua!” “Aku memang bodoh. Aku bisa saja menceraikanmu dan mendapatkan harta. Tapi aku tidak bisa karena aku menyukaimu, Saka!” Aruna memejamkan mata. Bulir-bulir air matanya mulai turun. Dadanya bergumuruh begitu s
Baca selengkapnya

Chapter 97

“Aruna?” Saka mengulang ucapan Leona. Pertanyaan yang selalu ditanyakan oleh ibunya saat pertama kali bertemu dengannya. Maka yang di depannya memang ibunya, Leona. “Mom!” Saka membuka mata lebar. “Jadi kamu baru sadar jika ini Mom?” Leona mendekat. Memeluk Saka—mengusap pelan punggung Saka. “Mom langsung ke sini saat mendengar berita membahagiakan.” “Di mana Aruna?” tanya Leona lagi. Celingukan mencari keberadaan Aruna. “Dia masih tidur?” “Oh—” Saka harus mencari alasan ke mana perginya Aruna. “Dia di rumah orang tuanya. Dia menginap di sana.” “Kenapa kamu di sini?!” Leona memukul bahu Saka. “Kamu membiarkan istri kamu sendirian ke rumah orang tuanya?” Saka mengangguk. “Hm. Lagipula pekerjaanku menumpuk, Mom. Aku tidak bisa menemaninya.” “Yaampun Saka!” Leona menggeleng. “Mom sudah bilang pada kamu. Kamu harus sering menemani istri kamu. Apalagi saat seperti ini. Kamu harus siaga berada di sampingnya. Istri kamu hamil. Takut kenapa-kenapa.” “Tenang, Mom. Dia ke rumah orang tu
Baca selengkapnya

Chapter 98

Setelah itu barulah menghubungi Aruna. “Mom ada di rumahku. Dia menanyakan keberadaanmu. Aku memberitahunya jika kau pergi ke rumah orang tuamu.” “Baguslah kau bisa mencari alasan.” Saka mengernyit. Dari nada bicara Aruna. Wanita itu tidak sedang mengantuk. Tapi—bukankah seharusnya jam segini Aruna sudah tidur? “Kau belum tidur?” “Kenapa? Kau kawatir denganku?” Aruna berdecih pelan. “Saat jauh saja kau menghawatirkanku. Saat dekat kau selalu ingin membunuhku. Kau memang menyebalkan.” “Aruna pergilah tidur.” Saka berkacak pinggang. “Besok datanglah ke sini. Mulai besok kau akan tinggal di rumahku.” “Benarkah?” “Hm.” Sebelum menutup teleponnya. Saka mengucapkan sebuah kalimat yang menurut Aruna sangatlah manis. “Jaga kesehatanmu.” Ya, hanya seperti itu. Namun mampu membuat hati Aruna berdebar. ~~ “Cabut gugatan ceraiku!” perintah Saka pada pengacaranya. Setelah itu menutup ponselnya. Pagi ini ia harus membatalkan seluruh rencananya. Entahlah—Saka sendiri dilanda kebingungan ya
Baca selengkapnya

Chapter 99

[Dari 087388xx: Karina] Karina yang tadinya menonton tv. Kini menoleh akibat suara ponselnya yang berbunyi. [Siapa?] [Aku Adel] Karina mengernyit. “Adel? Dari mana dia mendapat nomorku. Kukira tidak ada yang tahu nomor ponselku.” [Dari mana kau mendapat nomorku?] [Dari Ronald.] Karina mengangguk mengerti. Belum sempat membalas, sebuah pesan kembali datang. [Ayo keluar. Aku sangat bosan di rumah. Aku ingin menonton film di bioskop.] Karina menimbang sebentar ajakan Adel. Ia juga bosan di rumah sendiri—menonton drama korea yang menurutnya juga membosankan. Untuk itu ia mengiyakan ajakan Adel. Memutuskan bertemu langsung di mall. Adel sudah membeli tiket dan popcorn ukuran yang paling besar. Pilihan Adel memang sangat luar biasa. Bangku yang dipilih sangat nyaman untuk menonton. Namun sayang—pilihan Adel adalah film horor. “Kau takut?” tanya Adel. Karina duduk dengan tidak yakin. Ia memakan popcornya perlahan. “Tidak terlalu.” “Wajahmu sangat takut bahkan sebelum film dimul
Baca selengkapnya

Chapter 100

“Aku… tertarik.” “Bagaimana kalau aku kenalkan pada sepupuku. Dia bekerja di tambang. Tapi dia duda punya anak satu. Tapi dia sungguh baik. Dia bercerai karena istrinya selingkuh. Kau tahu sendiri—anak tambang jarang pulang.” Adel yang seperti mempromosikan sepupunya. Karina tidak mendengarkan perkataan Adel karena ada pria yang berjalan lurus ke arahnya. Langkahnya begitu mantap menuju ke arahnya. “Karina apa yang kau lakukan di sini?” Saka menarik pergelangan tangan Karina. “Pergi dari sini Karina!” Saka menoleh ke belakang. Seperti memastikan sesuatu. Ia hanya melirik Adel yang berada di samping Karina sekilas. “Ikut aku.” Saka menarik Karina menjauh. Membawa Karina ke sebuah ruang lorong kosong. “Aku menyuruhmu untuk tetap berada di rumah, Karina. Apa yang kau lakukan berkeliaran di sini? Kau tidak mendengarkan perkataanku?” Saka beralih mencengkram dagu Karina. “Aku hanya jalan-jalan sebentar dengan Adel. Setelah ini aku akan pulang.” Jemari Karina menyentuh tangan Sak ayan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
55
DMCA.com Protection Status