Semua Bab Terperangkap Gairah sang Mantan: Bab 71 - Bab 80

541 Bab

Chapter 71

Karina sudah sampai di sebuah Kafe. Ia berjalan pelan memasuki kafe. Di sana ia melihat Aruna yang sudah duduk di bangku. Ia mendekat kemudian duduk di depan Aruna. “Hai Karina pelakor?” Aruna melambaikan tangannya. “Sa-saya bisa menjelaskan. Saya dan tuan Saka—” “Kalian berselingkuh. Kalian menjalin hubungan di belakangku. Dan kalian melakukannya sudah berbulan-bulan.” Aruna mengetuk jarinya di atas meja. “Tinggalkan Saka. Aku tidak ingin ada orang lain yang tahu.” “Saya akan berusaha pergi.” Karina berkata sejujurnya. Ia sudah berusaha membatalkan kontrak mereka. Namun hasilnya nihil. Aruna tertawa remeh. “Maksudmu Saka yang mengejarmu?” Aruna semakin tertawa kencang. “Aku tidak menyangka selera Saka sangat rendah. Dia tidak bisa melepaskan wanita rendahan sepertimu?” Aruna bertopang dagu. “Apa mungkin kau yang terlalu percaya diri.” “Saya sudah berusaha lepas. Tapi Tuan Saka memang mengontrol hidup saya. Hidup saya berada di tangan tuan Saka.” Braaak “APAPUN ITU AKU INGIN K
Baca selengkapnya

Chapter 72

Saka merogoh saku celananya. Mencoba menghubungi Karina namun sama sekali tidak diangkat. “Ke mana dia? Beraninya mengabaikanku.” Mulai marah karena Karina yang tidak kunjung menjawab teleponnya. “Ke mana Karina?” tanya Saka pada Ronald. “Bos di sini baru jam 3 pagi. Kenapa anda menelepon saya sepagi ini.” Ronald terdengar kesal. “Cari Karina. Aku ingin berbicara dengannya.” “Dia mungkin masih tidur. Saya akan mencarinya nanti. Sekalian memberitahunya agar menyusun ulang jadwal anda.” Ronald masih terkantuk. Ia hampir saja tertidur kembali jika tidak mendengar perintah Saka. “Sekarang!” “Baik,” pasrah Ronald. Saka mematikan ponselnya. Tak butuh waktu lama menunggu. Dua orang pria tadi sudah keluar. Mereka masuk ke dalam mobil kemudian langsung pergi. Saka bangkit—ia segera berjalan menuju ruangan Hendrick berada. “Akhirnya kamu datang juga.” Leona menyambut Saka dengan memeluknya. Ia juga mengecup kedua pipi Saka dengan penuh kasih sayang. “Apa kamu bertemu dengan kakakmu? Me
Baca selengkapnya

Chapter 73

“Bibi sehat. Sebelum ke kamar, tuan muda makan dulu saja. Pasti tuan muda lapar perjalan ke sini.” “Baiklah.” Saka melangkah mengikuti Bibi yang berjalan lebih dulu. Rumah orang tuanya ini sangatlah luas. Sekeliling rumah adalah pepohonan. Ada penjagaan yang begitu ketat, tidak akan ada yang bisa bebas masuk Mansion. “Apa Kak Xavier dan Steven pernah ke sini?” tanya Saka yang sudah duduk. Sedangkan Maid menyiapkan makanan di atas meja. Ada berbagai menu yang di masak. Entahlah—tapi memang seperti cara makan keluarganya. Ada banyak menu yang dihidangkan hanya untuk sekali makan. “Jarang sekali. Mereka ke sini saat Tuan dan Nyonya yang minta. Jika tidak—mereka tidak akan pernah ke sini.” Maid itu berhenti. “Tuan dan Nyonya terlihat sangat kesepian. Tuan Xavier dan Steven jarang sekali ke sini. Padahal Nyonya dan Tuan sangat senang saat mereka ke sini. Apalagi bisa bertemu dengan cucu mereka.” Saka mengangguk pelan. Sedari dulu beginilah keadaannya. Ia merogoh ponselnya. Sebuah pe
Baca selengkapnya

Chapter 74

“Tuan Saka mencarimu. Dia bisa sangat marah jika tahu kau di rumah sakit. Kau pasti dipukul Aruna.” Ronald berkacak pinggang. Menatap tubuh Karina dengan teliti. “Dia kuat juga. Dia mematahkan kakimu, menamparmu.. apalagi? Mungkin ada yang tidak terlihat.” Karina menggeleng. “Tidak sampai patah. Aku baik-baik saja.” “Matamu baik-baik saja!” kesal Ronald. Jelas sekali jika dia melihat sendiri parahnya keadaan Karina. “Aku mohon jangan katakan pada Saka. Aku tidak ingin dia marah.” “Tuan Saka saat ini berada di Amerika. Dia menyuruhku mencarimu, Untuk memastikanmu baik-baik saja. Meskipun kau melarangku. Aku akan memberitahukan pada Tuan Saka jika kau berada di rumah sakit karena terluka.” Karina semakin menggeleng keras. “Jangan!” “Awh.” Karina meringis pelan karena bibirnya yang sobek terasa nyeri. “Jangan pokoknya! Aku tidak ingin membuat mereka bertengkar. Jangan mengatakan jika aku terluka karena Aruna.” Ronald mengambil duduk bangku samping Karina. “Aku lelah, Karina. Jangan
Baca selengkapnya

Chapter 75

Tak beberapa lama Ronald kembali. Pria itu tidak kembali dengan tangan kosong. Ada sebuah paper bag yang dibawanya. “Aku menemukan ponselmu rusak di sekitar kafe. Aku baru saja membeli ponsel ini untuk kau gunakan. Harganya memang tidak semahal milikmu, tapi setidaknya bisa kau gunakan untuk sementara.” Ronald membuka sebuah ponsel baru. “Aku sudah memindahkan kartunya. Kau bisa langsung menggunakannya.” “Terima kasih Ronald. Aku akan mengganti uangmu.” “Harus Karina!” Karina menyipitkan mata. “Bercanda!” Ronald menunjukkan dua jari peacenya. Karina membuka sebuah pesan yang baru saja dikirim. “Aku mengawasimu. Jika kau tidak meninggalkan Saka, aku bisa melakukan hal yang lebih para dari ini. Welcome to the hell. Aku tidak akan segan membuatmu hidup di Neraka.” “Siapa yang mengirimmu pesan?” Ronald menadadak ingin tahu. Apalagi melihat pesan yang lumayan panjang. “Tidak.” Karina segera menutup ponselnya. “Hanya dari operator. Jika tidak ada hal lain lagi, kau bisa pergi Ronald
Baca selengkapnya

Chapter 76

Karina mendongak sebentar. Menatap Saka yang memejamkan mata akibat remasan tangannya. Karina menurunkan satu kain yang menghalangi. Kemudian melakukan tugasnya. Ia tidak canggung lagi, meskipun ada perasaan sedikit malu. Tapi Karina sungguh handal. Ia semakin bersemangat saat melihat Saka. “Masukkan mulutmu.” Saka menggenggam rambut Karina dari belakang. Karina bergerak atas kendalinya. “Bagus Karina… teruskaan yaaa.. seperti itu..” Hingga puncak itu segera datang. Saka menarik pinggang Karina, membalikkannya. Langsung menyentak miliknya ke dalam milik Karina. Bergerak dengan cepat tanpa ampun. Tubuh Karina terguncang. Karina tidak bisa menahan des@hannya. “Aaa…. Aaa…” Karina berpegang pada kepala ranjang. Sedangkan Saka terus menghujamnya dari belakang. “Saka akuuu…” Karina memejamkan mata. Hujaman Saka kian kencang. Beberapa kali Saka menampar pantatnya hingga memerah. “Sebentar lagi, Babe…” Saka mencengkram pinggang Karina. Salah satu tangannya menampar lagi pantat Karina. H
Baca selengkapnya

Chapter 77

Karina berjalan di sebuah lorong gelap. Di sisi kiri dan kanannya adalah sebuah sel. Jumlahnya tidak terhitung. Dari tempatnya berdiri sampai ujung yang tidak diketahui panjangnya. Karina menoleh ke samping. Mengamati apa yang terjadi di dalam sel tersebut. Beberapa pria yang berpakaian orange tengah makan. Mereka menyeramkan dengan tato disekujur tubuh. “Aku di mana?” Karina menggigil. Ia terus berjalan. Sampai pada sebuah sel bernomor 0310. Karina mengamati seorang pria yang tengah menggenggam sebuah tali. “Papa,” lirihnya. “PAPA!” Karina berlari. Papa memasang tali itu di langit-langit. “PAPA JANGAN PA. PAPA KARINA ADA DI SINI!” Karina terus berteriak. Papa sama sekali tidak mendengarkan perkataannya. Papa mengambil kursi. Papa menaiki kursi tersebut. “PAPA!” Akhirnya Papa menatapnya juga. Karina mundur—wajah Papa berubah menyeramkan. Kedua bola mata berwarna merah menyala. “Selamat tinggal anakku.” Setelah memasukkan kepala ke dalam tali. Papa menedang kursi yang menopang t
Baca selengkapnya

Chapter 78

“Tidak.” Saka menarik Karina ke dalam pelukannya. “Aku tidak akan meninggalkanmu, Karina. Aku mencintaimu. Aku terlambat mengatakannya, tapi sedari dulu aku selalu mencintaimu.” ~~ Karina egois. Layaknya selingkuhan yang ingin menjadi istri sah. Karina mendadak menginginkan Saka menjadi miliknya. Pagi ini—ia terbangun lebih dahulu. Membersihkan diri dan berpakaian terbaik. Perkataan Saka tadi malam menjadi sebuah sedikit harapan untuk hidupnya. “Aku yakin Saka akan menepati ucapannya.” Karina menggoreng nasi. Ia juga sudah menyiapkan secangkir kopi. “Kau membuat apa?” Saka memeluk Karina dari belakang. Karina tersenyum. Ia membalikkan bada dan langsung merangkul leher Saka tanpa diminta. “Aku membuat sarapan untuk kita.” Saka mengusap helaian rambut Karina. “Kau terlihat lebih ceria. Apa yang membuatmu begitu bahagia?” “Pernyataan kamu tadi malam.” Karina bisa tersenyum sepanjang hari. “Aku sangat senang.” Saka mengusap pinggang Karina. “Bersabarlah agar kita bisa terus bersam
Baca selengkapnya

Chapter 79

“Tidak masalah. Aku sudah biasa.” Karina hendak bergerak—namun dicegah oleh Saka lagi. “Biar aku saja.” Akhirnya Saka bertindak. Ia menggulung kemejanya sampai sebatas siku. Kemudian dengan sedikit ragu mencabut rumput-rumput liar itu. Ia menatap jijik pada tangannya yang ikut kotor. “Apa kamu baik-baik saja?” Saka menoleh. “Hm, ya. Tidak masalah.” Saka kembali mencabuti rumput hingga bersih sementara Karina yang berbicara dengan Ayahnya. “Pa, Karina datang bersama Saka. Dulu Papa bilang pengen ketemu sama Saka.” Saka menepuk tangannya agar tanah yang menempel di tangannya turun. “Benarkah?” ia mengernyit. Setaunya, orang tua Karina tidak menyukainya. Karina mengangguk. “Dulu Papa jarang di rumah. Tapi Papa tahu kok kamu pacarku. Mama yang bilang. Mama emang gak suka sama kamu. Tapi Papa suka sama kamu, karena kamu pintar. Papa pengen ketemu langsung sama kamu, tapi emang gak sempet.” Saka tersenyum. Ia kira dulu kedua orang tua Karina tidak menyukainya. Dulu Saka tidak bisa me
Baca selengkapnya

Chapter 80

“Aku pergi.” Karina membuka pintu mobil dan keluar. Saka melanjutkan perjalanannya. Tidak membutuhkan waktu lama. Akhirnya sampai juga di kantor. Ia melangkah pelan memasuki perusahaan. Ada beberapa pegawai yang menyapanya. Saka tersenyum terkadang juga membalasnya. Seperti saat ini. “Selamat siang, Pak.” Saka tersenyum. “Selamat siang juga.” Para pegawai wanita itu takjub karena baru pertama kali bosnya membalas sapaannya. Saka juga tersenyum! kekaguman itu terus berlanjut. Saka tersenyum ramah dengan pegawai yang melewatinya. “Selamat siang pak.” “Selamat istirahat siang kalian,” balas Saka sebelum memasuki lift. “Waah, Pak Saka membalasku.” Wanita itu menggeleng takjub. “Hatiku berdebar hanya mendengar suara Pak Saka.” “Yaampun, pria misterius memang beda. Sekalinya ngomong bikin meleleh hati.” “Ingat woy. Udah punya istri! Mau jadi pelakor?!” “Iya-iya.” Ya begitulah kira-kira para pegawai yang sibuk membicarakan perubahan Saka. Sedangkan Saka hanya merasa moodnya bagus
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
55
DMCA.com Protection Status