Semua Bab Terperangkap Gairah sang Mantan: Bab 111 - Bab 120

541 Bab

Chapter 111

“Aku bingung. Banyak sekali jajanan.” Karina mengamati terlebih dahulu stand yang berjajar rapi itu. “Gorengan aja deh.” “Ayo.” Iqbal menarik lengan Karina. Tangan pria itu menggenggam pergelangan tangan Karina. “Mau apa lagi?” tanya Iqbal lagi saat mereka sudah membeli gorengan. Karina menjadi tidak enak karena Iqbal yang membayar. “Minum.” Karina menunjuk stand yang menjual es jeruk. “Di sana aja.” “Oke.” Lagi-lagi Iqbal yang membeli. Bahkan pria itu membawakan jajanan yang sudah dibeli. “Makasih.” Karina menoleh ke samping. “Sama-sama.” Mereka kini berjalan beriringan menuju panggung acara. “Ini pertama kalinya kamu datang ke acara seperti ini?” Iqbal membuka percakapan. Karina mengangguk. “Pertama kali ke acara yang benar-benar tradisional. Dulu sempat datang ke acara festival. Mirip seperti ini—bukan wayang tapi band.” “Oh di kota memang kebanyakan seperti itu.” Mereka duduk sedikit jauh dari panggung untuk menghindari kerumunan. “Kalau kamu?” tanya Karina. “Kamu sering
Baca selengkapnya

Chapter 112

“Minggu besok aku akan menjemput kamu. Kita pergi ke tempat wisata yang aku maksud.” “Benarkah? Kamu sudah tidak sibuk?” tanya Karina. Ia langsung menghentikan putaran drama yang ditontonnya. “Hm. Sepertinya kamu menunggu ya?” “Enggak!” Karina menggeleng keras. Padahal sih iya—ia menunggu Iqbal mengajaknya. Jujur saja ia bosan di rumah dengan rutinitas yang sama. Bersih-bersih dan masak. “Iya kamu nunggu banget.” Iqbal malah semakin gencar menggodanya. “Ah gak jadi aja deh.” Karina mencebikkan bibirnya. “Bercanda. Harus jadi. Pokoknya aku jemput kamu, kita harus pergi. Titik!” “Iyaaa…” jawab Karina sengaja memanjangkan kata iya. “Sekarang aku mau lanjut kerja. Kamu lanjut nontonnya.” “Iya boss.” Karina tertawa pelan. ~~ Hari minggu telah tiba! Karina bersiap akan pergi. Mengenakan rok selutut dengan atasan kaos panjang. Menatap pantulan dirinya di depan cermin—sebuah make up tipis membalut wajahnya. Semua nampak sempurna. “Ke mana dia akan mengajakku?” Karina tersenyum. “K
Baca selengkapnya

Chapter 113

Karina menyugar rambutnya yang terkena angin. Benar kata Iqbal, Sunset di sini sangat bagus. Matahari yang hampir terbenam tersebut membuat warna yang indah. Karina tersenyum—ia sampai tidak sadar jika Iqbal memotretnya beberapa kali dari samping. “Kamu suka?” tanya Iqbal. “Suka.” Karina tersenyum. “Terima kasih sudah mengajakku ke sini.” Mereka saling berpandang. Menyelami perasaan masing-masing. Jemari Iqbal terulur mengusap helaian rambut Karina yang sedikit berantakan. Kemudian mengusap pipi Karina dengan ibu jarinya. Karina hanya terhanyut—ia menikmat sentuhan jemari Iqbal di wajahnya. “Karina…” panggil Iqbal. “Aku—” menggeleng pelan. “Kamu sangat cantik.” Iqbal mendekat. Mengikis jarak di antara mereka. Iqbal memiringkan kepalanya dan menyatukan bibir mereka. Tidak menerima penolakan—Iqbal memangut lembut bibir Karina. Jelas sekali Karina juga menikmati. Ia memejamkan mata. Membalas setiap ciuman yang dilayangkan oleh pria muda itu. Kedua tangannya melingkar di leher Iqbal
Baca selengkapnya

Chapter 114

Budhe berdiri. “Kamu harus ingat. Pria baik tidak datang berulang kali.” Karina menghela nafas dalam. Perkataan Budhe semakin membuat pikirannya gelisah. TING Ponsel Karina menyala. Sebuah pesan baru saja masuk. [Udah tidur?] tentu saja pesan dari Iqbal. Karina ponselnya. Milih telungkup sambil membalas pesan dari Iqbal. [Belum. Tapi ngantuk.] Tak lama, langsung mendapat balasan. [Langsung tidur aja ya. Jangan begadang. Besok aja nonton dramanya] Iqbal yang paling pengertian tentang hobi Karina yang tidak bermanfaat yaitu menonton drama sampai pagi. Karina tersenyum pelan. [Siap pak bos] “Ini apa?” gumam Karina. Sebuah notifikasi baru saja datang. [Paket internet 100 Gb telah aktif. Untuk terus berlangganan bisa ketik *37977#] “Aku gak beli kuota.” TING! [Udah masuk kan kuotanya? Pakai buat nonton drama besok. Jangan sekarang! Sekarang harus tidur!] “Yaampun.” Karina tidak bisa menahan senyumnya. Menurutnya yang dilakukan Iqbal lucu namun juga romantis. Meskipun sederhan
Baca selengkapnya

Chapter 115

Malam mingguan Karina dan Iqbal adalah dengan pergi jalan-jalan ke Alun-alun kota. Membutuhkan waktu hampir 40 menit dari desa. Duduk di sebuah bangku yang disediakan. Di bawah lampu yang tidak begitu terang. “Bagaimana hari kamu?” Iqbal mengusap puncak kepala Karina. Karina tersenyum. “Sedikit membosankan. Tapi menyenangkan. Seperti biasa—berkat kamu yang membelikanku banyak kuota, aku menonton banyak drama.” Iqbal tertawa pelan. “Di rumah menonton drama lebih baik daripada keluar tidak jelas. Aku lebih suka kamu di rumah, daripada keluar.” “Maksud kamu?” Iqbal mengedikkan bahu. “Aku tidak suka dengan wanita yang banyak bicara. Apalagi suka bergosip seperti tetangga. Bukannya membatasi pergaulan kamu—tapi aku hanya tidak suka jika kamu bergaul dengan ibu-ibu penggosip seperti tetangga kamu.” “Jangan kawatir. Aku gak pernah bergaul dengan mereka. Aku sendiri malas berinteraksi dengan orang lain,” balas Karina. Ia sibuk membuka kotak martabak yang sudah dibeli. Menyuapkannya ke d
Baca selengkapnya

Chapter 116

Iqbal sudah berjalan memutar, memasuki mobil dan duduk di kursi penumpang. “Mau pulang atau makan?” “Tadi udah makan. Aku masih kenyang,” balas Karina. “Pulang aja ya.” “Oke.” Karina menoleh. Memperhatikan Iqbal yang sedang fokus menyetir. Ada hal yang masih mengganjal. Karina takut Iqbal akan marah mengetahui hal fatal tentang dirinya. Apalagi Iqbal yang sedari dulu hidup di desa. Tentunya dalam segi gaya hidup, mereka jauh berbeda. Karina hidup bebas sedangkan Iqbal yang hidup dengan segala aturan. “Kenapa kamu ngelihat aku kayak gitu?” tanya Iqbal sambil melirik sebentar Karina. “Iqbal kamu bisa minggirin dulu mobilnya? Aku mau bilang sesuatu.” Karina menunjuk pinggir jalan. Menuruti keinginan Karina. Iqbal menepikan mobilnya di bawah sebuah pohon. Di sana sepi—hanya ada satu atau dua kendaraan yang lewat. Mungkin karena sudah larut malam juga. “Mau bilang apa hm?” Iqbal mengusap helaian rambut Karina. “Tentang tadi. Rasanya aku egois kalau kamu gak tahu tentang aku.” Karin
Baca selengkapnya

Chapter 117

“Gak usah deh Budhe. Kayaknya nanti baikan.” Karina langsung meminum obat pemberian Budhe. Ia mengusap wajahnya yang berantakan dengan tisu. “Karina harus berdandan lagi.” “Yaudah budhe keluar.” Endang keluar dan memberikan Karina ruang sendiri. Karina menghela nafas dalam. Bukan hanya mual—ia juga merasa sedikit pusing. Jika tidak membaik setelah meminum obat ini, ia memang harus pergi ke dokter. Selama berada di rumah Iqbal, keluarga Iqbal menyambut Karina dengan hangat. Ibu Iqbal yang lembut dalam bertutur kata. Sedangkan Ayah Iqbal yang tegas dan sedikit menakutkan namun baik. Adik Iqbal yang masih bersekolah di SMA sangat cantik dan ramah. “Tante senang ada perempuan yang dibawa ke rumah sama Iqbal.” Ratih, ibu Iqbal. “Ibu harap kamu bisa memaklumi sikap Iqba yang kadang-kadang suka jahil.” “Itu sih bisa diatur, bund.” “Hussh nyaut aja kerjaan kamu,” balas Ratna pada sang putra. “Pernikahan kalian lebih cepat lebih baik,” ucap Indra, ayah Iqbal. “Bagaimana dengan orang tua
Baca selengkapnya

Chapter 118

“Yasudah.” Iqbal mengusap puncak kepala Karina pelan. Ia melepas sabuk pengamannya. Mendekat—mencium kedua pipi Karina bergantian. Karina menatap Iqbal—ia tidak menahan dirinya untuk tidak mendekat. Kemudian mencuri ciuman singkat di bibir calon suaminya itu. “Hati-hati,” ucapnya pelan. Kemudian segera turun dari mobil. Iqbal tersenyum. Karina tidak pernah gagal membuatnya berbunga-bunga. Perutnya terasa diisi penuh oleh kupu-kupu. Hal yang tidak pernah ia dapatkan dari wanita selain Karina. Ya, hanya Karina yang mampu membuat Iqbal dimabuk cinta. ~~ Karina terduduk di lantai kamar mandi dengan lemas. Semua harapan masa depannya yang cerah bersama Iqbal harus luntur. Tes peck sebanyak 10 menunjukkan hal yang sama. Dua garis merah! Karina merasa dunianya hancur. Di saat ia membuka lembaran hidup baru dan memutuskan untuk pergi dari masa lalu untuk selamanya. Justru hadir janin yang membuatnya kembali masuk ke dalam kegelapan. “Kenapa aku ceroboh sekali.” Karina tidak berhenti me
Baca selengkapnya

Chapter 119

Karina menangis sesenggukan. Iqbal menarik Karina ke dalam pelukannya. “Kenapa kamu menyembunyikannya dariku? Aku bisa menemani kamu periksa. Aku tahu betapa takutnya kamu sampai tidak berani periksa ke dokter.” Karina semakin menangis di dalam pelukan Iqbal. Bagaimana bisa Iqbal bisa sebaik ini. Terbuat dari apa hati pria itu. “Jangan takut. Ada aku. Aku yang akan mengatasi semuanya,” bisik Iqbal semakin mengeratkan pelukannya. Iqbal melepas pelukannya. Menangkup wajah Karina menggunakan telapak tangannya. “Jangan beritahu siapapun. Biar jadi rahasia kita. Kamu mengerti?” Karina mengangguk pelan. “Iqbal tapi—” “Tidak-tidak. Jangan menolakku. Aku hanya ingin menikah dengan kamu.” Iqbal mengusap pipi Karina dengan ibu jarinya. “Stay with me, Karina. Aku butuh kamu terus di sampingku.” Iqbal mengantar Karina. Setelah kejadian tadi—mereka sama-sama diam. Iqbal yang menjadi diam. Karina yang tidak ingin membuka pembicaraan. Sepanjang perjalanan hanya diisi kesunyian. “Ingat apa kat
Baca selengkapnya

Chapter 120

Karina kembali menangis. “Bahkan disaat masa terpurukku. Tidak ada orang yang menemaniku. Aku hanya punya diriku sendiri.” Karina berbaring—tidak mempedulikan selang infus di tangannya. Ceklek Tak lama Karina terpejam. Seorang pria datang. Iqbal datang dengan membawa sebungkus makanan kesukaan Karina yaitu martabak manis rasa cokelat dan kacang. Ia melangkah mendekat. Menaruh martabak itu ke atas nakas. “Karina,” panggilnya sangat pelan. Ia mengusap bahu Karina pelan. Iqbal memutar—ia menghadap wajah Karina yang sedang terpejam. Jejak air mata Karina masih terlihat. “Berapa lama kamu menangis?” Iqbal mengambil tisu. Mengusapnya perlahan di pipi Karina. “Maaf aku baru datang.” Mendekat—mengecup kedua pipi Karina bergantian. Karina bergerak—ia merasa ada orang yang mengusik tidurnya. Ia membuka mata. “Iqbal,” lirihnya. Iqbal tersenyum. “Tidur lagi aja.” Ia mengusap lembut puncak kepala Karina. Karina terdiam sesaat. “Pengen peluk…” ucapnya dengan manja. Iqbal lebih mendekatkan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1011121314
...
55
DMCA.com Protection Status