Semua Bab Terperangkap Gairah sang Mantan: Bab 101 - Bab 110

541 Bab

Chpater 101

“Karina kau harus pergi! Tidak ada gunanya kau terus bertahan di sini. Kau cantik, kau bisa mendapatkan yang lebih baik dari Saka! Come on Karina! Jangan biarkan dirimu diinjak-injak terus!” Itulah perkataan Adel beberapa jam yang lalu. Adel yang ingin Karina menjauhi Saka saja. Karena sesungguhnya Adel juga tidak ingin melihat Karina menjadi selingkuhan pria yang sudah beristri. Karina sudah berada di rumah Adel. Rumah yang sangat bagus untuk ukuran sendiri. Tingkat dua dengan lebar yang lumayan luas. “Untuk sementara tinggalah di sini. Di saat kau sedih jangan sendirian.” Adel masuk ke dalam kamar lebih dulu. “Adel..” panggil Karina. “Ya?” “Terima kasih.” Baru kali ini Karina merasa benar-benar memiliki teman. Adel tidak menghinanya, tidak menjauhinya, tidak menjudge-nya. Karina tidak yakin apakah Susan atau Amel bersikap seperti ini jika tahu keadaannya yang sebenarnya. Atau malah bisa saja bersikap sebaliknya. Selama ini ia merasakan sendiri bagaimana mereka memperlakukann
Baca selengkapnya

Chapter 102

“Kenapa kau terlihat kesal?” Aruna datang membawa nampan yang berisi dengan kopi. Ia menaruhnya di atas meja yang tidak jauh dari tempat tidur. Ya mereka memang sudah tinggal satu rumah dan satu kamar. Namun percayalah Saka tidak berbuat macam-macam. Tapi berbuat macam-macam juga tidak masalah, Aruna istrinya sendiri. Tapi tidak, ada sesuatu yang harus Saka lakukan. “Hanya pekerjaan.” Saka memasang dasinya sendiri. Terlihat kesusahan sehingga membuat Aruna berinisiatif membantu. Ia sengaja mengikis jarak lebih dekat. Ia juga bisa mencium aroma menyegarkan dari Saka. “Aku akan membantumu.” Aruna mengambil dasi Saka, mencoba membuat simpul dasi yang rapi. Belum selesai—ia mendongak. Menatap wajah Saka dari dekat. Aruna tersenyum—inilah impiannya. “Apa kau sudah selesai?” tanya Saka menyadarkan Aruna dari lamunannya. “Wait. Aku akan menyelesaikannya.” Aruna dengan gugup memasangkan dasi. Namun ia payah. Sesungguhnya ia sudah lupa caranya. Namun ia tetap mencoba, alhasil sudah berme
Baca selengkapnya

Chapter 103

Sesampainya di kantor. Saka berjalan tanpa tersenyum sedikitpun. Ia juga tidak membalas sapaan dari pegawainya. Tenaganya sudah terkuras di rumah. Ia lelah berpura-pura baik di rumah. Ia sampai di lantai ruangannya berada. Di sana sudah ada Ronald yang duduk di bangku. “Ronald,” panggilnya. “Ya, Sir?” “Lacak keberadaan Karina!” “Tapi—” “Mau membantah?” sahut Saka lagi. Semakin galak! Semakin kejam! Lihat saja tatapannya seolah ingin mengajak orang berduel di ring tinju. “Tapi bos, Karina—” “Apa?!” potong Saka cepat. “Aku harus menemuinya secepatnya.” “Karina menginap di rumah Adel.” “Bagaimana kau tahu?” “Adel memberitahuku.” Saka mengernyit. “Untuk apa dia tidur di sana? Apa penthouse pemberianku kurang nyaman ditinggali?” “Mungkin bos,” balas Ronald memanasi Saka. “Mungkin kurang mewah. Anda bisa membeli rumah untuk Karina. Yang lebih besar, lebih mahal, yang ada kolam renangnya juga. Waaah pasti Karina akan sangat senang.” “Benarkah?” Saka mengernyit. “Apa mungkin dia
Baca selengkapnya

CHAPTER 104

Ronald menunjuk mobil berwarna hitam. “Bersama Tuan Saka.” Adel menghela nafas. Ia bersindekap menatap sinis pada mobil seharga milyaran itu. Di dalam mobil, Saka sibuk mengintrogasi Karina. Tentang alasan kenapa Karina tidak menjawab panggilannya sama sekali. “Jawab aku Karina. Kenapa kau tidak mematikan ponselmu? Kenapa kau menghindariku dan menginap di rumah wanita itu?” “Namanya Adel, bukan wanita itu.” Karina mengoreksi. “Aku sengaja mematikan ponselku. Aku hanya ingin menenangkan diri.” “Setidaknya beritahu aku. Tidakkah kau tahu aku menghawatirkanmu?” Saka memegang bahu Karina. Karina meremas roknya sebelum mengajukan pertanyaan. “Kapan kamu akan menceraikan Aruna?” “Kenapa kau selalu membahasnya? Kau tidak percaya padaku?” Saka menangkup wajah Karina. “Aku menyuruhmu menunggu dan bukan menekanku, Karina.” “Tapi aku butuh kepastian. Aku ingin kamu menceraikan Aruna.” “Karina jangan menekanku.” Saka beralih mencengkram dagu Karina. “Aku paling benci ditekan oleh orang.
Baca selengkapnya

Chapter 105

Pagi harinya—karina berdandan seperti biasa. Riasan tipis di make up. Menggunakan dress berwarna pink membuat penampilannya begitu menyegarkan. Anggap saja sebagai Karina yang mencoba bangkit. “Aku akan memasak nasi goreng.” Karina masih bergulat dengan masakannya hingga tidak sadar ada orang yang masuk. Saka mendekati Karina sambil tersenyum. Perlahan dari belakang, melingkarkan tangannya di perut Karina. “Kau masak apa?” bisik Saka. Ia juga mengecup pelan pipi Karina dari samping. “Sangat wangi,” pujinya. Karina terdiam sebentar. Saka yang kemarin dengan Saka yang sekarang sangat berbeda. Saka sekarang ceria—sorot matanya memancarkan kehangatan. Berbeda dengan kemarin. Apakah seburuk itu akibat membuat Saka marah? “Kenapa melamun?” tanya Saka lembut. “Kau sedang memikirkan apa?” Karina menggeleng. “Tunggu sebentar. Aku akan mengangkat nasi goreng ini dulu.” Saka mengangguk. Memilih menyingkir dan duduk di kursi. Menangkat cangkir yang berisi kopi. Ia meminumnya perlahan. Cair
Baca selengkapnya

CHAPTER 106

“Sakaa…” Karina ingin menangis. Pandangannya teralih ketika seorang wanita datang. Ketukan sepatunya terdengar sekali di telinganya. Aruna berjalan mendekatinya. Begitu sampai di dekat, Saka berdiri. Memeluk pinggang Aruna dari samping. “Bagaimana kau ingin alasan lagi?” tanya Saka. “Berhentilah menggoda suami orang.” Aruna menatap nyalang Karina. “Kau itu perusak rumah tangga orang. Dasar jal@ng sialan!” umpatnya menggebu-gebu. Karina menggeleng. “Saka jangan tinggalkan aku.” “KAU TIDAK PUNYA MALU?!” teriak Aruna begitu menggelagar di ruangan. Bahkan orang di luar pun akan mendengar perkataannya. “TINGGALKAN SUAMIKU SEBELUM AKU MELAPORKANMU KE POLISI!” Karina masih berharap Saka membelanya. Namun Saka hanya terdiam. Tidak ada pembelaan untuk Karina sama sekali. Pria itu masih merangkul istrinya dengan mesra. “Saka…” lirih Karina. “Aku bisa melakukan apapun tapi jangan tinggalkan aku. Kau membuat aku bergantung padamu. Lalu kau bersikap seperti ini.” Aruna melotot. Semakin mara
Baca selengkapnya

CHAPTER 107

Karina duduk di samping Adel. Di ruang makan yang luas ini—hanya terisi oleh empat orang saja. Pak Bagas, Bu Ara, Adel dan Karina sendiri. “Hm.” Pak Bagas mengangguk. “Papa takut nanti Karina ngelakuin hal yang enggak-enggak.” Bu Ara menatap Karina. “Tinggal di sini aja dulu, Nemenin Adel supaya betah di rumah dan enggak keluyuran terus.” Karina hanya tersenyum. “Bukan keluyuran, Ma. Adel itu pergi menjelajah dunia.” Ia menoleh menatap Karina. “Makan yang banyak Karina,” ucapnya. Karina mengangguk. “Sama aja keluyuran. Disuruh kerja di perusahaan gak mau. Maunya ke sana ke sini, gonta-ganti kantor. Adel kamu harus fokus sama perusahaan,” ujar Bu Ara. Adel menghela nafas. “Siapa suruh dulu mau kerja di perusahaan sendiri gak boleh, malah disuruh coba kerja dulu di perusahaan lain. Kan keterusan sampai sekarang.” Pak Bagas menunjuk Adel dengan garpunya. “Kamu pinter ngeles.” Karina sedikit tersenyum. Melihat bagaimana kehangatan keluarga Adel. Karina merasa sedikit iri. Mungkin
Baca selengkapnya

Chapter 108

“Tidak Karina. Kau harus mendengarkanku.” Adel memegang kedua bahu Karina. “Ini kali pertama aku punya teman yang sampai datang ke rumah asliku. Selama ini aku tidak pernah mendapatkan teman yang benar-benar tulus. Hanya kau yang betah berteman denganku, padahal aku sering mengataimu. Maaf tapi aku mulutku tidak bisa direm.” Karina sedikit tertawa. “Tidak masalah. Aku juga senang berteman denganmu. Ini juga pertama kalinya aku mendapatkan teman yang benar-benar tulus.”Adel jadi terharu. Ia memeluk Karina. “Jaga dirimu.” Karina mengangguk. “Pasti.” ~~Hari begitu cepat. Keesokan harinya Karina dan Adel bertemu dengan Bagas untuk membahas bagaimana caranya pergi. Karina sungguh tidak enak merepotkan keluarga Adel. “Adel pergi lebih dulu. Karina akan menyusul naik mobil Papa ke Bandara. Mobil Papa yang putih gak bisa dilacak. Papa udah pesan tiket Bandara atas nama Adel.” Bagas menatap Karina. “Setelah pengecekan identitas. Kalian tukar pakaian di toilet. Adel keluar, Karina masuk
Baca selengkapnya

Chapter 109

Karina sempat berhenti sejenak. Di sana juga ramai oleh orang-orang pemerintah desa. Sepertinya sedang mengukur lahan yang entah akan digunakan apa.Karina berjalan pelan. Beberapa mereka menatapnya—Karina hanya mengulas senyum sambil terus berjalan. “Ponakannya mbak Endang yang dari kota itu ya?” tanya seorang bapak-bapak. Karina berhenti sejenak. “Iya, Pak.” Ada satu pria yang sedari tadi menatap Karina. Pria itu mendekat. “Sudah lapor belum?” “Lapor apa ya pak?” Karina menjadi bingung. “Kalau ada yang baru datang dari kota. Harus lapor ke saya. Nanti saya akan memeriksa identitas kamu.”“Cah iki iso ae akale.” *Anak ini bisa saja akalnya. Bukan hanya bapak tadi yang tertawa melihat tingkah pria itu. Tapi seluruh pegawai desa yang ada di sana. “Ndang sat-set, Bal. Selak digondol wong liyo.” *Ayo sat-set, Bal. Nanti diambil orang lain.Karina mengernyit. Ia tidak tahu arti pembicaraan orang-orang. “Oh kalau begitu nanti saya akan ke kantor buat lapor.” “Tidak usah. Saya akan k
Baca selengkapnya

Chapter 110

“Baiklah. Aku akan pulang.” Iqbal berdiri. “Salam untuk Budhe kamu.” “Hati-hati.” Karina mengantar Iqbal sampai di depan. Iqbal sudah naik ke atas motor. Menatap Karina sebentar sambil tersenyum kemudian pergi. Karina menghela nafas—ada beberapa orang yang berada di luar rumah. Mereka mencuri-curi pandang ke arah Karina dan Iqbal. Memang beginilah realita kehidupan di desa. Masyarakat yang ingin tahu urusan orang lain. Berbeda sekali di kota, saat Karina tinggal di Apartemen. Tidak ada yang peduli. Ibaratnya urusanmu ya urusanmu. Urusanku ya urusanku. ~~Seharusnya Karina tidak usah memberitahu budhe tentang Iqbal yang datang ke rumah. Apalagi memberitahukan tentang acara sedekah bumi tersebut. Kata budhe, Iqbal akan menjemput untuk datang bersama. Tapi Karina mendengar dengan telinganya sendiri tidak ada kata-kata menjemput. Lalu yang Budhe terus menduga sesuai dengan keinginannya sendiri. Alhasil, pagi ini Karina pergi ke Pasar untuk membeli baju baru. “Ini bagus. Dicoba dulu.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
910111213
...
55
DMCA.com Protection Status