Home / CEO / My Rich Ex-Boyfriend's Obsession / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of My Rich Ex-Boyfriend's Obsession: Chapter 31 - Chapter 40

142 Chapters

Bab 31: Kebodohan Jacob

Seperti apa yang dijanjikan, Leonardo benar-benar memberikan handpone kepada Rosea untuk menghubungi Jacob sekadar untuk memberinya kabar.Kebaikan yang diberikan Leonardo sebenarnya tidak cukup membuat Rosea puas, pria itu memberi syarat jika Rosea dapat menghubungi Jacob asalkan panggilan suaranya harus diperbesar sehingga Leonardo bisa mendengarkan apa yang tengah dibicarakan.Ini sangat menyebalkan namun tidak ada pilihan lain daripada sama sekali tidak memberi Jacob kabar. Rosea harus memutar otak agar permintaan tolongnya kepada Jacob tetap tersampaikan.Rosea mundur sedikit menjauh begitu sudah mendapatkan handponenya, ini adalah kesempatan untuk dia meminta bantuan Jacob selagi Leonardo memberinya kelonggaran.“Kamu bicaralah di sini,” pinta Leonardo yang tengah duduk tenang di sebuah bangku kayu, sementara ketiga pengawalannya berdiri di belakang dengan siaga.“Duduk di sini Sea,” panggil Leonardo lagi sambil menepuk-nepuk bagian bangku kosong di sisinya.“Aku ingin menanyaka
Read more

Bab 32: Ledekan

“Kucing bibinya Jacob pasti sangat lucu hingga bisa diambil orang,” ledek Leonardo dengan senyuman gelinya.“Berhentilah membicarakannya,” jawab Rosea dengan wajah memanas merona malu.“Aku hanya kasihan jika kucing bibinya Jacob tidak akan pernah kembali lagi karena sudah dimiliki pemilik lamanya,” jelas Leonardo menyiratkan sesuatu.Bibir Rosea mencebik seketika.Sepanjang jalan Rosea membuang muka, melihat jalanan yang dilewatinya, Rosea kesal karena sekaligus kecewa karena Jacob benar-benar tidak bisa di ajak bekerja sama.Pikiran Rosea sangat kacau, dia ingin pulang dan tidak lagi terkurung di tempat asing ini.Rosea bertanya-tanya kepada dirinya sendiri. Mengapa harus dia yang berada di posisi ini? Mengapa tidak wanita lain saja yang dicintai seorang Leonardo Abraham? Apa yang sebenarnya Leonardo lihat dari dirinya?Leonardo jelas sempurna, dia memiliki banyak hal yang tidak dimiliki kabanyakan pria, seharusnya pria itu mencintai wanita yang berada di level sama dengannya.Rosea
Read more

Bab 33: Rencana

Sepulang dari jalan-jalan, Leonardo kembali pergi untuk urusan pekerjaan, Leonardo membiarkan Rosea berkeliaran begitu saja dengan menyisakan dua pengawal yang berjaga.Rosea menghabiskan waktu kesendiriannya dengan berkeliling rumah sendirian, memahami setiap lokasi yang ada sambil menikmati setiap sudut rumah yang memiliki arsitektur klasik.Dari sekian banyak kemewahan yang disuguhkan hingga menyilaukan mata, anehnya di semua ruangan yang ada, Rosea tidak menemukan satupun akses untuk bisa berkomunikasi. Sekalipun ada televisi pintar, tidak ada sambungan internet yang terhubung.Rosea berdiri di sebuah lorong besar dengan pilar yang tinggi menjulang, wajahnya terangkat melihat dinding yang dihiasi beberapa bingkai potret photo keluarga Abraham dari generasi pertama hingga ke enam.Mereka terlihat seperti sekelompok keluarga penting dengan ciri khas mata yang berwarna biru sewarna dengan air laut.Kaki Rosea bergerak dalam beberapa langkah, melihat bingkai photo lebih dekat.Ada beb
Read more

Bab 34: Memohon

“Jangan membawa-bawa wanita itu di hadapanku, aku sangat membencinya."“Tidak Mikhaila, kamu harus belajar meluluhkan hati Leonardo dengan cara yang sama seperti Rosea lakukan. Bersikaplah lebih so polos seakan kamu tidak mempedulikan status apapun, jadilah ibu yang baik untuk Prince.”“Aku sudah berusaha menjadi ibu yang baik untuk Prince!”“Tapi kenyataannya tidak seperti yang kau bicarakan. Sampai detik ini Prince tidak pernah bergantung padamu, dia tidak menunjukan rasa keberatannya jika kamu pergi dari sisinya.”Mikhaila menghela napasnya dengan berat, dia tidak dapat membela diri dari serangkaian kenyataan yang diucapkan oleh ayahnya. Mikhaila menuangkan segelas anggur lagi dan menyesapnya.“Berkorbanlah sedikit lagi sebelum persidangan hak asuh Prince kembali berjalan. Ambilah hati Prince dan buat dia keterantungan padamu dan membenci Rosea. Satu-satunya kelemahan Leonardo hanya ada pada Prince.”“Beri saja aku waktu, aku akan berusaha,” jawab Mikhaila pelan.“Tidak ada waktu l
Read more

Bab 35: Melakukannya

Air mata yang berusaha dia tahan akhirnya lolos dari sudut matanya. Rosea kecewa, dia hanya ingin memperjuangkan hak kebebasannya, namun mengapa hidupnya seakan menjadi seperti milik Leonardo?Rosea benci melakukan hal intim dengan orang asing, dia hanya ingin melakukanya dengan seseorang yang dicintainya, dan Rosea sangat benci memiliki ikatan intim dengan seseorang yang sudah memiliki pasangan. “Apa kamu tahu apa yang sedang aku pikirkan sekarang Sea?” tanya Leonardo seraya membungkuk, menurunkan tali gaun tidur Rosea hingga melewati lengannya dan sisi dadanya terekspos. “Setiap kali aku mendengar kamu menolakku, setiap kali aku melihat kamu ingin lari dariku, aku sangat ingin memborgol kedua kakimu dan mengurung kamu seperti berada dalam sangkar, tidak mengizinkan kamu dilihat siapapun selain aku.”Ketakutan kian mencekik Rosea, begitu pula keberaniannya yang langsung hilang tanpa sisa.Setiap untai kata yang terucap dari mulut Leonardo seperti segumpal air yang menjadi peluru, le
Read more

Bab 36: Putus Asa

Bayangan seseorang menghalangi sinar matahari yang masuk ke dalam kamar, aroma masakan dan bunga tercium, membangunkan Rosea yang terlelap tidur.Perlahan Rosea membuka matanya, hal pertama yang dia lihat adalah Leonardo yang duduk di sisinya. Leonardo sudah berpakaian formal dengan wajah segar tidak menunjukan rasa lelahnya sedikitpun, pria itu tersenyum lebar mengusap wajah Rosea.Entah sejak kapan pria itu duduk disisinya sambil memperhatikan.“Selamat pagi,” sapa Leonardo menggenggam tangan mungil Rosea.Rosea tidak bersuara, hanya memandangi kegembiraan di mata Leonardo, beberapa kali pria itu membungkuk mengecup punggung tangan Rosea.“Aku harus menyambut tamuku sekarang, jika masih mengantuk kembalilah tidur, jika membutuhkan bantuan, panggil pelayan, kamu mengerti?”Rosea mengangguk masih tidak berkata-kata. Perasaannya bercampur aduk, lelah dan marah menjadi satu mengingat apa yang telah mereka lakukan sepanjang malam.“Baiklah, sampai bertemu jam makan siang,” ucap Leonardo
Read more

Bab 37: Permintaan

“Ada sesuatu yang Anda butuhkan?” tanya Adam tidak yakin.“Benar, aku butuh bantuanmu.”“Saya tidak bisa menolong Anda jika itu masalah pribadi.”“Tidak, kamu harus membantuku.”“Sepertinya Anda_”“Kamu tahu dan sadar sepenuhnya kan, apa yang dilakukan boss kamu adalah kejahatan besar?” tanya Rosea memotong ucapan Adam.Bibir Adam menekan kuat tidak bisa berkata-kata, pria itu mencoba memahami kemana arah Rosea akan berbicara.Mata Rosea memanas, tangisannya sepanjang pagi rupanya masih belum cukup membuat beban di hatinya berkurang, dan sekarang dia terdesak ingin menangis lagi.“Apakah karena loyalitas, kamu membenarkan kejahatan yang dibuat bossmu?” tanya Rosea lagi.“Anda tidak bisa membicarakan tentang loyalitas saya kepada pak Leonardo. Sebenarnya apa yang Anda butuhkan?” tanya Adam ragu.“Aku ingin keluar dari tempat terkutuk ini!”“Itu tidak bisa. Apapun alasan Anda, saya tidak bisa membantu.”Tangan Rosea terkepal kuat, kepalanya tertunduk melihat rerumputan dan bayangan tub
Read more

Bab 38: Prince

“Prince,” panggil Leonardo lagi dengan tubuh menegak, memperhatikan kegugupan putranya yang kini tertunduk.“Ada apa Ayah?”“Ayah mendapatkan telepon dari gurumu, dia mengatakan jika kamu sudah memukul wajah Albert sampai berdarah, apakah itu benar?”Prince kian tertunduk dengan kedua tangan yang meremas lututnya, anak itu menggeleng tanpa bisa berkata-kata. “Prince, kenapa diam?” tuntut Leonardo. “Kemarin malam saat kamu menangis, kamu gelisah karena masalah di sekolah kan?”Sekali lagi Prince menggeleng, tidak mampu menjawab dengan kata-kata, dia terlalu takut dengan Leonardo yang kini terlihat marah.“Jawab Prince!” desak Leonardo meninggikan nada suaranya.“Aku tidak bersalah,” jawab Prince gemetar menahan tangisan yang mendesak.“Ayah tidak bertanya apakah kamu salah atau tidak. Ayah bertanya apakah kamu memukul Albert? Kamu harus bertanggung jawab dan mengakui apa yang sebenarnya telah kamu perbuat,” desak Leonardo tidak puas dengan jawaban Prince.“Aku tidak bersalah!” kukuh P
Read more

Bab 39: Maaf

“Ayah marah padaku,” cicit Prince khawatir.“Ayah tidak marah padamu Prince. Tadi, ayah kamu pasti khawatir dan terkejut karena putranya yang baik menjadi kasar. Jika kamu mau menjelaskannya yang sebenarnya, ayah kamu pasti akan melindungi kamu dan memahami perasaan kamu.”“Be-benarkah?” tanya Prince gugup. Rosea mengangguk meyakinkan, tangannya terulur mengajak Prince pergi keluar, dengan ragu akhirnya Prince mau keluar kamar.Langkah Rosea terhenti begitu tahu Leonardo masih berada di tempatnya, pria itu tertunduk melihat Prince yang langsung bersembunyi di belakang Rosea.“Sepertinya kalian berdua butuh waktu bicara, aku pergi lebih dulu,” ujar Rosea dengan tatapan tajam, mengisyaratkan Leonardo agar berhati-hati dalam bicara.Dengan terpaksa Prince melepaskan genggaman tangannya dari Rosea, anak itu mundur dan bersandar pada dinding.Leonardo berdeham mencoba memecahkan keheningan yang sempat terjadi usai kepergian Rosea. “Ayah minta maaf karena sudah bicara terlalu keras padamu,
Read more

Bab 40: Kontrasepsi

“Katakan sekarang,” pinta Rosea. “Mungkin kamu sudah lupa akan sesuatu, sekarang aku harus memberitahu kamu lagi. Prince, dia anak yang spesial, saat dia berusia dua tahun, dia diagnose disleksia. Seiring berjalannya waktu aku baru menyadari jika ternyata Prince juga mengalami kesulitan membaca dan membedakan warna.”“Karena masalah itu, Prince mengalami hari-hari yang sulit di sekolah. Tekanan banyak orang membuat Prince kesulitan mengendalikan emosinya, dan ketika dia tidak mampu mengendalikan emosinya dia akan demam parah.”Rosea diam terpaku mendengar cerita singkat Leonardo.Melihat keterdiaman Rosea, Leonardo mendekat, mengambil alih hair dryer dari tangan Rosea dan membantu mengeringkan rambutnya.“Dulu, saat Mikhaila mengandung Prince, dia mendapatkan tawaran dari sebuah brand besar untuk menjadi brand ambassador global, karena takut kehamilannya mengganggu kariernya, Mikhaila beberapa kali mencoba menggugurkan Prince, pengaruh dari obat yang Mikhaila minum membuat Prince pre
Read more
PREV
123456
...
15
DMCA.com Protection Status