Semua Bab Cinta Seorang Pengasuh : Bab 211 - Bab 220

262 Bab

Kecewa

Ayana tidak menyangka jika kata-kata itu berhasil meluncur dari bibirnya. Tanpa menangis ataupun terdengar goyah. Padahal, jantungnya sudah seperti tersayat saat mengatakannya. Sementara itu, manik hitam Mark seolah meredup seketika. Entah mengapa, ia merasa jantungnya seperti diremas kuat-kuat hingga ia kesulitan bernapas. Detik demi detik berlalu, keduanya hanya terjebak dalam keheningan yang canggung. Ayana menelan saliva dengan gugup. “Aku harus pergi,” katanya, kemudian beranjak pergi. Melewati Mark begitu saja. Kelima jari Mark refleks mengepal dengan geram. Kata-kata Ayana menusuk jantungnya seperti panah dan kini kakinya terasa amat berat untuk digerakkan. Akhirnya, Mark berpaling dan berniat mengejar Ayana, tetapi seseorang sudah berdiri dan menghalangi jalannya. “Chika,” gumam Mark dengan suara rendah. Nadanya hampir terdengar geram. Chika bergantian menatap ke arah punggung Ayana yang sudah jauh dan Mark dengan penasaran. “Apakah ada masalah?” tanyanya, bersikap s
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-18
Baca selengkapnya

Berbahaya

Gila! Kepala Ayana pusing dan napasnya tersengal begitu mobil mereka berhenti di halaman depan kediaman keduanya. Tangan Ayana refleks menyentuh dadanya sebelah kiri. Jantungnya berdegup dengan ketukan amat cepat. Ayana mengira dia akan mati di perjalanan tadi. “Turun.” Mark memerintah dengan dingin. “A—apa?” Ayana bertanya dengan alis mengerut. Mark baru saja membawanya dalam kecepatan paling tinggi dalam hidup Ayana dan tiba-tiba pria itu menyuruhnya keluar tanpa menyediakan waktu untuk mengendalikan diri.Tanpa kata, Mark menekan tombol yang secara otomatis membuka pintu di sisi Ayana. “Turun dari mobilku,” ucap Mark lagi. Pria itu sudah kembali pada sikap arogannya. Tanpa membantah, Ayana beranjak turun dari mobil sport itu. Begitu ia melangkah mundur, Mark menutup pintunya, bermanuver dengan sengit untuk memutar, kemudian meluncur pergi menuju gerbang. Ayana mendengkus dan bergidik di tempatnya berdiri. Mark saat marah benar-benar menyeramkan. Ia hendak beranjak masuk, t
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-18
Baca selengkapnya

Empat Orang Bermasalah

Tak hanya berisikan anggota yang cukup elit, tetapi kelompok Mark pun amat sesuai dengan gosip hangat yang tengah beredar di kampus belakangan ini. Sayangnya, tak ada satu pun dari mereka yang berani untuk membantah. "Batas tugas dikumpulkan akhir minggu ini. Sekian, silakan apabila ada yang hendak ditanyakan," tutur dosen itu, kemudian kembali duduk di kursinya. Daripada pertanyaan, Ayana lebih mengharapkan perubahan. Ia telah mendengar nama-nama satu kelompoknya dan hanya bisa memasang wajah pias. Seakan tak cukup buruk berada di kelompok yang sama dengan suaminya, kini ia pun terjebak dengan wanita yang tergila-gila dengan suaminya. Ayana tak bisa mengharapkan apa pun selain nilai dan poinnya yang tidak menurun pada materi ini. Begitu kuliah selesai, keempatnya berkumpul di koridor dekat pintu ruang kuliah mereka. Berbeda dengan kelompok lain yang langsung membaur dan saling merangkul, kelompok Mark amat sunyi dan canggung. Setelah berkumpul pun keempatnya hanya terdiam. Wajah
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-18
Baca selengkapnya

Terjebak

Tepat setelah mendengar seruan Cakra, Mark menarik tangan Ayana dan mengajaknya berlari keluar. Hal itu terjadi dengan cepat. Cakra pun sudah menarik tangan Chika dan bergegas pergi. “Kejar mereka!!!” sergah pria itu dengan geram. Cakra dan Mark berlari ke arah yang berbeda. Mereka tak sempat menghampiri mobil mereka di parkiran dan memutuskann untuk terus berlari. Pria berbadan preman dan teman-temannya itu lantas menyebar. Berusaha mengejar Mark dan Cakra. “Sebenarnya, apa yang Cakra lakukan?” tanya Ayana. Suaranya terputus-putus karena berlari. “Sepertinya, dia dan Andreas membuat masalah,” jawab Mark, “Yang pasti, mereka terlihat sangat marah.”Mark dan Ayana sudah berlari cukup jauh. Ayana terlihat sedikit kewalahan, tetapi tangan kokoh Mark menjaganya untuk tetap berlari. “Me—mereka masih mengejar!” seru Ayana setelah menoleh ke belakang dan menemukan tiga orang pria masih berlari di belakang mereka. “Ayo lebih cepat!” sergah Mark, berusaha mempercepat langkahnya. Namun
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-19
Baca selengkapnya

Satu Yang Hilang

Hujan semakin deras membasahi bumi. Seluruh tubuh keduanya sudah basah kuyup dan deru hujan terdengar semakin kencang. Namun, Mark seolah tidak bisa mendengarnya. Bagi Mark, bunyi denyut jantungnya masih jauh lebih nyaring. Tatapan pria itu lekat tertuju pada Ayana, menunggu detik-detik jawaban gadis itu. Mark tahu ia sudah gila. Bahkan ia sendiri tak dapat memahami dirinya. Ia hanya menginginkan Ayana. Rasanya pikirannya sudah frustrasi karena terus menjaga jarak dengan gadis itu. Tenggorokan Ayana bergerak naik turun dengan gugup. “Aku …” Dia berkata dengan terbata-bata. “Aku ….” Suara Ayana terhenti. Kata-kata selanjutnya sudah berada di ujung lidah, tetapi Ayana tak dapat melepaskannya. Lidahnya seolah menjadi kelu seketika. Akhirnya, kesabaran Mark habis. Jika Ayana tak bisa membuktikan dengan kata-kata, ia sendiri yang akan membuktikan dengan tindakan. Tanpa aba-aba, Mark mendekatkan wajahnya pada wajah gadis itu. Mengarahkan bibirnya pada bibir Ayana. Namun, tepat sebe
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-19
Baca selengkapnya

Rencana Mark

Ayana jarang melihat Mark dua hari belakangan. Lebih tepatnya, setelah mereka bertengkar di bawah derai hujan hari itu. Mark tetap pulang ke rumah, tetapi amat larut hingga Ayana tak bisa menemuinya. Pada pagi hari pun, Mark masih mendekam di kamar saat Ayana berangkat ke kampus. Hal itu membuat hubungan mereka menjadi sangat dingin. Awalnya, Ayana ingin menghampiri pria itu lebih dahulu dan meminta maaf. Tampaknya, Ayana menjadi pihak yang bersalah kali ini. Namun, tiap kali melihat Chika mencoba mendekati Mark, Ayana kembali merasa sakit hati dan membatalkan niatnya. Hari ini, setelah perkuliahan selesai, Ayana memasuki mobilnya seperti biasa. Dia duduk di sisi kursi kemudi dan menjerit saat tahu-tahu mendapati Mark berada di dalam. Alih-alih Pak Rudi, justru Mark yang duduk di balik kursi kemudi. “Me—mengapa kau berada di sini?” tanya Ayana dengan napas tersengal karena kaget. Mark menatap ke arah gadis itu dengan sorot datar. “Ini mobilku,” katanya, “Apakah aneh jika aku
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-19
Baca selengkapnya

Gembok Cinta Sejati

Ayana bisa melihatnya dengan jelas. Sebelumnya, ia telah bersumpah tak akan luluh dengan apa yang Mark lakukan, tetapi hatinya langsung menghangat mendengar penuturan pria itu. Mark selalu berhasil melemahkan Ayana. Bibir gadis itu terukir membentuk senyum hangat. “Apakah kau mengajakku hanya untuk menunjukkan ini?” tanyanya. “Tidak,” jawab Mark. Dia beranjak ke sisi Ayana, kemudian meraih tangan kanan gadis itu.“Coba lihat,” katanya. Tangan Ayana seketika menegang dan dia menatap ke arah pria itu dengan waspada.“A—apa yang akan kau lakukan?” tanyanya. Mulai panik. Entah mengapa, ia merasa curiga dan panik terhadap segala perlakuan yang Mark tunjukkan. Sambil masih menahan tangan itu, Mark merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah gelang. “Apa itu?” tanya Ayana. “Jangan khawatir,” ucap Mark, “Ini hanyalah barang murah.” Jawaban itu membuat Ayana mendelik jengkel dan Mark mulai memasangnya pada tangan kanan Ayana. “Walaupun benda murah, jangan sampai kau menghilangkannya,”
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-20
Baca selengkapnya

TENSION

Ayana tidak tahu jika Mark bisa menjadi berbahaya seperti sekarang. Secara naluriah, gadis itu mengambil langkah mundur secara teratur. Lehernya terlihat kaku. “Ja—jangan coba-coba menggodaku, Mark,” Ayana memperingatkan, “Itu tidak akan berhasil.” “Benarkah?” tanya pria itu. Mark justru menunjukkan seringai miring seakan menantang. Pria itu terus berjalan maju. “Kalau begitu, kamu mau mencobanya?” ucap pria itu dengan seduktif. DukJantung Ayana seakan berhenti dan punggungnya menegak secara otomatis saat ia menabrak dinding. Tanda pelarian Ayana berakhir di sini. “Kita lihat apakah aku bisa menggoda dan menaklukanmu atau tidak,” ucap Mark. Dengan tegas pria itu menumpukan tangannya pada dinding dekat telinga Ayana. Seakan menjaga agar gadis itu tak ke mana-mana. Tatapan pria itu terlihat begitu gelap dan sensual hingga benak Ayana diselimuti kewaspadaan dan ketakutan. Perlahan, Mark mendekatkan wajahnya pada wajah Ayana. Memberikan target tepat bibir ranum gadis itu. “Ma—Ma
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-22
Baca selengkapnya

Tak Bisa Menahan

Jantung Ayana terasa hampir meledak saat tahu-tahu Mark menarik tubuhnya. Kini, tak ada jarak apa pun di antara keduanya dan Ayana bisa merasakan tubuh mereka yang bersentuhan. “A—aku hanya ingin menyuruhmu pindah ke tempat tidur,” tutur gadis itu. Wajahnya sudah semerah kepiting rebus. Salah satu alis Mark terangkat mendengarnya. “Begitu?” Dia bertanya, kemudian mendorong tubuh Ayana. Gadis itu mengira Mark akan melepaskannya begitu saja. Alih-alih, pria itu justru ikut berdiri dan langsung menggendong tubuh Ayana di depan. “A—apa yang kau lakukan!” Ayana memprotes dengan panik saat Mark membawanya menuju tempat tidur. “Kamu sudah mengizinkanku untuk tidur di ranjang, bukan? Ayo tidur bersama,” ucap Mark. Sekujur tubuh Ayana merinding bukan main mendengarnya. Gadis itu langsung menggelengkan kepala dengan salah tingkah dan mencoba memberontak. “Bukan seperti itu maksudku, Mark!” sergahnya, “Maksudku, kita tidak … tidak ….” Ucapan Ayana terhenti. Bibirnya terasa kelu untuk m
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-23
Baca selengkapnya

Berbunga-bunga

Perasaan Ayana terasa damai saat ia bangun di pagi hari. Selimut tebal masih menyelimuti tubuhnya, terasa hangat dan lembut di kulitnya. Saat dia berangsur sadar, Ayana teringat akan apa yang mereka lakukan tadi malam dan hal itu langsung membuat Ayana membelalakkan mata. Napasnya langsung tercekat mendapati tubuhnya tidak terbalut oleh kain apa pun. Hanya selimut putih yang menjaganya tetap hangat. Tidak ada siapa pun di ruangan itu. Ayana memejamkan mata dan berteriak di dalam selimut. Menyesali sekaligus tidak percaya dengan apa yang ia lakukan malam tadi. Hingga tiba-tiba ponselnya berdering. Jantung Ayana seakan ikut bergetar saat melihat nama Mark muncul di layar. Dengan ragu, Ayana menjawabnya. "Halo—""Kamu sudah bangun?" jawab Mark. Suaranya terdengar berat dan terengah. "Sudah, kamu di mana?" tanya gadis itu. Menyadari ketidakhadiran Mark di dalam kamar. "Aku sedang berolahraga di bawah," katanya, "Kamu tidak kunjung bangun, jadi aku memilih berolahraga. Di samping a
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-23
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2021222324
...
27
DMCA.com Protection Status