Home / Romansa / Cinta Seorang Pengasuh / Chapter 231 - Chapter 240

All Chapters of Cinta Seorang Pengasuh : Chapter 231 - Chapter 240

262 Chapters

Masa Lalu Wati

Peringatan Chika terus menghantui Wati. Berulang kali Wati menimbang-nimbang hingga kepalanya terasa begitu pening dan berat. Ia tak ingin memisahkan putrinya dan menghancurkan hidup Ayana, tetapi di sisi lain dia pun tak ingin putranya terancam. Wati tak menyangka ia akan dihadapkan pada pilihan sulit seperti sekarang. Wanita itu sedang memikirkan bagaimana cara mengambil jalan tengah saat tahu-tahu pintu kamarnya terbuka. Bahu Wati berjengit kaget dan refleks menoleh ke arah pintu. Ayana sudah berdiri di sana. “Kamu tidak berangkat kuliah?” tanya Wati dengan alis mengernyit. “Ibu bersiap-siaplah. Kita akan pergi,” ucap Ayana. Pandangannya selalu terlihat dingin dan berjarak saat berhadapan dengan sang ibu. Seakan mereka adalah orang asing. Wati tak bisa menyalahkan putrinya. Dengan Ayana seorang diri merawat sang ayah, ia tak akan heran jika gadis itu menimbun kebencian kepadanya. “Mau ke mana?” tanya Wati. Ayana yang sudah bersiap meninggalkan kamar Wati kini menghentikan
last updateLast Updated : 2023-12-01
Read more

Penjual Minuman Di Kelab Malam

Meski pernah ditinggalkan, dibuang, direndahkan, dan ditampar sang ibu, Ayana tak benar-benar membenci Wati. Sebelas tahun wanita itu meninggalkan Ayana, tetapi dua belas tahun juga wanita itu merawat Ayana. Oleh sebab itu, Ayana tak benar-benar bertindak durhaka kepada sang ibu. Ayana bahkan mencoba membuat ibunya ingat dengan mengajaknya ke makam sang ayah, tetapi Wati justru menunjukkan sikap tidak terduga. Kini, Ayana tidak bisa menemukannya di mana pun. “Masih tidak bisa dihubungi?” Mark bertanya. Wajah tampannya kini terlihat cemas dan gusar. Ayana menggelengkan kepala. Ia tampak gelisah dan mencoba menghubungi untuk kepuluhan kalinya. “Bagaimana, Mark? Bagaimana jika Ibu menghilang lagi?” tanya Ayana. Khawatir Wati salah paham dengan keputusannya mengajaknya ke makam. Mark menggelengkan kepala dan merangkul bahu sang istri, mencoba menenangkan gadis itu. “Jangan panik,” tuturnya, “Kita pasti akan menemukannya.” Saat itu, Bik Dini melintas seraya membawa pakaian yang su
last updateLast Updated : 2023-12-02
Read more

Seorang Pahlawan

Mark mungkin jarang berbicara hingga dikenal sebagai pria pendiam di fakultasnya. Namun, dengan latar belakang keluarga yang sudah diketahui, Mark selalu menjadi sosok yang disegani di kampusnya, ditambah pria itu selalu meraih nilai-nilai bagus pada tiap mata kuliah. Oleh sebab itu, seisi kelas menghormati dan segan terhadapnya. Jika sebelumnya mereka tidak mendengarkan bahkan mencoba mempermainkan Ayana, kini mereka tak dapat membantah perintah Mark dan satu per satu dari mereka mulai menaruh foto itu di meja Mark. Setelah semua terkumpul, Mark berjalan mendekati Cakra dan Andreas yang masih mematung di tempat duduk mereka. Belum pernah mereka melihat Mark sekeren ini sebelumnya. “Cakra, bisa kau tukar tempat duduk dengan Ayana?” tanya pria itu, meminta izin. Mendengar itu, Cakra mengangguk tanpa berkedip dan langsung meraih tasnya. Akan tetapi, Ayana cepat-cepat menggelengkan kepala dan menjauh dari rangkulan Mark. Air mata yang semula berkumpul di pelupuk mata gadis itu kini
last updateLast Updated : 2023-12-02
Read more

Jalan Keluar

Mark merasa ditipu. Ia seperti ditikam dari belakang saat menerima kenyataan itu. Sejak awal, dia yang mengizinkan Wati untuk tinggal di sana dengan harapan hubungan mereka bisa membaik. Di luar dugaan, keadaan justru semakin memburuk. Begitu tiba di depan perusahaan ayahnya, Mark bergegas masuk dengan langkah panjang dan cepat. Ia begitu terburu-buru hingga tak menyadari Ayana yang melihatnya. “Mark—” Ayana memanggil dan berniat menghampiri, tetapi ia mengurungkan niatnya saat melihat wajah serius Mark. Pria itu tak menoleh ke kanan dan kiri, terus menatap lurus hingga menghilang di balik pintu lift yang tertutup. Tampaknya, hal yang benar-benar buruk baru saja terjadi. “Ada apa, Mark?” Adimas bertanya begitu sang putra memasuki ruang kerjanya. Belum pernah Adimas melihat putranya secemas ini. Air mukanya terlihat panik dan gelisah. “Uangnya tidak ada, Pa,” ucap pria itu, “Ibu Ayana … dia membawa semua uang itu dan menghilang.” Hening. Kini giliran Adimas yang membungkam.
last updateLast Updated : 2023-12-03
Read more

Tanpa Jejak

Mark membeku di tempatnya. Air mata sudah membasahi pipi pria itu, tetapi Mark tak terisak sedikit pun. Ia terhenyak. Bahkan untuk menelan saliva pun rasanya begitu sulit dan berat. Jantungnya seperti disayat besi panas saat menyadari ia baru saja kehilangan Ayana. Kehilangan hal paling berharga yang Mark miliki. Satu tembok pertahanan dalam dirinya seakan hancur berantakan, bersamaan dengan tangannya yang bergerak turun dengan lunglai. Kertas itu jatuh bersamaan dengan lembaran kertas merah yang kini berceceran di sekitarnya. Tanpa berkata-kata, pria itu mengusap air mata di wajahnya, kemudian bergegas keluar kamar. Ia menuruni tangga dengan langkah terburu-buru. “Ada apa, Tuan Muda?” Bik Dini bertanya dengan tertegun saat melihat mata Mark memerah. Namun, Mark tidak menjawabnya dan terus melenggang pergi. Tak sampai satu menit, Bik Dini sudah mendengar raungan mobil sport pria itu yang meluncur secepat kilat. Tangan dan rahang Mark terlihat kokoh saat ia melajukan mobil itu
last updateLast Updated : 2023-12-03
Read more

Hancur

Terhitung sudah berlalu tiga hari semenjak Ayana menghilang. Selama tiga hari itu pula Mark hidup dengan berantakan. Bagaikan tidak memiliki rumah, ia terus berkendara ke sana kemari dan tidak pernah kembali. Ia sudah mengutus orang untuk mencari Ayana, tetapi Mark merasa tak bisa tenang jika belum melihatnya secara langsung hingga pria itu ikut terjun untuk mencari. Akan tetapi, nihil. Tak peduli seberapa jauh ia berkendara, berapa puluh jam ia berada di jalanan, ia tak kunjung menemukan Ayana. Gadis itu benar-benar lenyap. Jauh ke tempat yang tidak Mark ketahui. Hingga setelah berlalu tiga hari, Mark berhenti mencari. "Evelyn, apakah kau memakai sepatuku—" Ucapan Celine yang baru memasuki kediamannya langsung terhenti saat ia melihat sosok yang tidak asing. Matanya langsung membelalak dengan berbinar dan ia sudah siap untuk menyapa abangnya itu, tetapi dia terhenti saat melihat keadaan Mark. Kakak laki-lakinya yang selalu ketat dalam menjaga kerapian itu kini terlihat beran
last updateLast Updated : 2023-12-04
Read more

Chika Ikut Bergerak

Setelah meluapkan kejujurannya, Mark menyambar ponselnya di meja, kemudian beranjak pergi meninggalkan sang ayah. Dia sempat berpapasan dengan keempat anggota keluarganya yang lain dan mereka pun tercekat mendapati mata Mark memerah. “Abang ….” Karina bersuara pelan. Akan tetapi, Mark tidak menjawab dan terus berjalan cepat menuruni tangga. Ia hendak langsung memasuki mobilnya yang terparkir di garasi. Namun, langkah pria itu terhenti saat berhadapan dengan wanita yang baru saja tiba. Keduanya berhenti dan sama-sama terkejut. “Chika ….” Mark bergumam pelan. Awalnya, Mark enggan bicara dengan gadis itu. Ia enggan berbicara dengan siapa pun sekarang. Namun, gadis itu sudah jauh-jauh datang ke kediamannya. Hingga kurang dari sepuluh menit, keduanya sudah duduk di taman perumahan itu. Keduanya duduk bersisian dengan jarak yang cukup jauh. Tidak ada yang bersuara di antara keduanya, membuat suasana menjadi semakin hening. “Sudah lebih dari lima hari kamu tidak datang di kampus. D
last updateLast Updated : 2023-12-05
Read more

Hidup Ayana

Sambil membawa sebuah tas di bahunya, Ayana berjalan menyusuri area pemukiman yang cukup padat penduduk.Ia tidak mengenali daerah ini sedikit pun. Namun, Ayana telah cukup berani untuk menelusurinya seorang diri. Gadis itu baru saja turun setelah menaiki kapal selama beberapa hari. Kini, tempat pertama yang ia datangi adalah sebuah toko yang menyediakan jual beli ponsel. “Apakah ada yang bisa dibantu?” tanya seorang wanita yang berjaga. “Toko kami menyediakan ponsel paling lengkap di kota ini.” Ayana melihat-lihat etalase di depannya sejenak, kemudian menjawab, “Aku ingin menjual ponselku,” jawabnya. Dengan ragu, Ayana meletakkan ponselnya di atas etalase dan wanita itu seketika tertegun melihatnya, kemudian meraih ponsel Ayana dengan sorot tidak percaya. “Ini ….” Sebelumnya, ia memang mengatakan tokonya menyediakan ponsel terbaru dan paling lengkap. Namun, milik Ayana jauh lebih unggul dari yang terbaik di tokonya. Ia langsung memandang ke arah Ayana dan meniti penampilan gad
last updateLast Updated : 2023-12-07
Read more

Direndahkan

Di satu sisi, Ayana tidak bisa membiarkan kemampuannya disia-siakan untuk menjadi seorang cleaning service. Di sisi lain, hidup menuntut Ayana untuk mendapatkan pekerjaan secepatnya. Setelah menimbang-nimbang, akhirnya gadis itu menjawab, “Maaf, Pak, coba saya pikir-pikir dahulu,” katanya. Dengan sopan, Ayana menganggukkan kepala dan pamit meninggalkan ruangan itu. Sambil berjalan, ia menimbang-nimbang. Jika memang tak ada pekerjaan lain yang bisa ia lakukan, maka Ayana terpaksa akan menerima pekerjaan itu. Gadis itu lanjut membawa kakinya pada lowongan lainnya. Subuh tadi, Ayana telah mengumpulkan setidaknya sembilan lowongan yang akan ia datangi. Namun, hingga lowongan ketujuh yang Ayana coba, semuanya memberikan jawaban yang sama. Mereka menolak karena kondisi Ayana yang hamil. Padahal, Ayana benar-benar membutuhkan pekerjaan itu pada situasi ini, tetapi takdir justru berkata lain. Kakinya sudah terasa pegal karena berpindah dari kantor satu ke kantor yang lain, tetapi ia m
last updateLast Updated : 2023-12-07
Read more

AYANA

Dengan terpaksa, Ayana mengeluarkan tisu kering dari tasnya dan mulai berlutut untuk mengusap sepatu pantofel pria itu yang kotor karena terkena cairan cokelat dari kopi itu. Perasaan Ayana tak enak saat melakukannya, tetapi ia tak memiliki pilihan lain hingga terpaksa melakukannya. Begitu selesai, pria itu tersenyum tipis seakan puas. “Bagus,” katanya, “Karyawan baru sepertimu harus menurut dan tunduk agar bisa mendapatkan posisi bagus di perusahaan ini.” Dia menyentuh dagu Ayana dengan nakal dan langsung beranjak pergi. Gadis itu mengepalkan tangan. Ingin sekali Ayana melayangkan pukulan padanya, tetapi apa daya hidupnya ke depan tergantung pada pekerjaannya sekarang. Mencoba melupakan kejadian itu, akhirnya Ayana lanjut berjalan menuju ruang HRD. Ia harus datang pagi, tetapi Ayana menunggu selama kurang lebih satu jam sampai pria itu datang. “Kamu sudah datang,” ucap Evan. Ayana langsung berdiri dari tempat duduknya dan mengangguk. “Selamat pagi, Pak. Saya datang pagi sepe
last updateLast Updated : 2023-12-08
Read more
PREV
1
...
222324252627
DMCA.com Protection Status