Home / Romansa / Cinta Seorang Pengasuh / Chapter 241 - Chapter 250

All Chapters of Cinta Seorang Pengasuh : Chapter 241 - Chapter 250

262 Chapters

Sebuah Petunjuk

Beberapa hari sebelumnya …. Malam itu, Cakra terlihat berjalan keluar dari kediamannya yang megah. Pria itu mengenakan celana jeans dan jaket kulit hitam dan berjalan cepat menghampiri mobil sport hitam yang sudah terparkir di depan. Ia sudah menyentuh kenop pintu saat tahu-tahu muncul sinar lampu disusul raungan mobil dari arah lain. Sebuah mobil sport hitam lainnya melesat cepat ke arah Cakra. “He—hei ….” Cakra terlihat gugup saat mobil itu terus melaju hingga tiba-tiba mengerem mendadak hingga bannya berdecit tepat di dekat mobil Cakra. Terlambat sedetik saja sudah pasti mobil keduanya bertabrakan. Tak selang sedetik, pintu mobil terbuka dan Cakra terheran-heran melihat sosok pria itu. “Mark?” Alis Cakra mengerut dalam. “Mengapa kau tiba-tiba datang ke sini?” Air wajah Mark terlihat cemas dan penampilan pria itu jelas tampak berantakan seolah ia baru saja pergi dari perkelahian. “Ayana pergi,” sergah Mark tanpa berbasa-basi. “Dia tiba-tiba pergi dan aku tidak bisa
last updateLast Updated : 2023-12-08
Read more

Lolos Dari Genggaman

Begitu turun dari landasan pacu, ketiganya langsung melajukan mobil menuju alamat yang diberikan Jordy. Pria itu sudah menunggu di depan lobby saat mobil ketiganya berhenti. Mark yang pertama keluar dari sana, disusul Cakra dan Andreas. “Di mana Ayana?” Mark langsung bertanya seraya menghampiri pria itu. Air muka Jordy terlihat ragu sebelum menjawab. “Sepertinya, dia melarikan diri, Tuan Muda,” jawabnya, “Kami belum melihatnya keluar sejak tadi, padahal hampir semua karyawan sudah pulang. Dan, saat salah satu anak buah kami memastikan beberapa saat lalu, dia … dia tidak ditemukan di mana pun.” Mendengar itu, Mark memejamkan mata dengan lekat sementara Cakra dan Andreas mengernyitkan kening dengan heran. “Bagaimana bisa?” Cakra bertanya, “Bukankah Paman sudah mengerahkan orang-orang lainnya?” Jordy mengangguk. “Saya sudah menaruh anak buah di tiap pintu keluar, Tuan Muda, tapi tidak ada satu pun dari kami yang melihatnya keluar, sementara kantor hampir kosong pada jam ini,” jaw
last updateLast Updated : 2023-12-09
Read more

Firasat

Saat membuka mata, Ayana menemukan dirinya sudah terbaring di atas ranjang yang empuk. Detik berikutnya, ia langsung membelalakkan mata dan beranjak terbangun. Tidak ada siapa pun di kamar itu dan tubuh Ayana bergidik ngeri membayangkan sekarang ia terbaring di atas ranjang HRD itu. Beruntung, seluruh pakaiannya masih lengkap. Hal pertama yang terbesit dalam pikiran Ayana adalah mencari ponselnya. Ia langsung bangkit dan mengecek tasnya. Nihil. Gadis itu mencari-cari di atas nakas dan ranjang, tetapi tidak dapat menemukan benda pipih itu. Padahal, hanya itu perangkat yang dapat ia andalkan. “Apakah kau mencari ini?” Satu suara tiba-tiba terdengar. Ayana menoleh dan berjengit kaget saat tahu-tahu Evan sudah berada di dalam kamar itu. Dan, mata Ayana membelalak melihat ponselnya berada dalam genggaman pria itu. “Ka—kau ….” Ayana terbata-bata, “Kemarikan ponselku!” sergahnya. Bukannya memberikan, Evan justru melangkah maju seraya memainkan ponsel tersebut. “Aku mengambilnya un
last updateLast Updated : 2023-12-10
Read more

Menghajar Habis-Habisan

Mark langsung menarik kerah baju Evan dengan tangan kekarnya, kemudian melayangkan satu pukulan telak pada rahang pria itu. Mark bukan seorang petinju, tetapi kekuatan tangannya sangat besar hingga bunyi kepalan tangan yang menghantam rahang seketika membuat Cakra dan Andreas bergidik. “Bajingan!” umpat Mark, kembali meninju wajah pria itu. Berulang kali dan tanpa henti hingga wajah Evan mulai mengeluarkan darah segar. Evan tidak diberikan kesempatan untuk melawan sedikit pun. Tahu-tahu pria itu sudah terkulai di lantai dengan wajah babak belur. “Argh,” Evan mengerang menahan sakit. Sebagian besar wajahnya terasa berdenyut dan ia bisa merasakan cairan yang mengalir dari sudut bibirnya hingga Evan mendesis saat melihat benar bibirnya berdarah. “Ck, siapa kau!?” Pria itu mendongakkan kepala.Namun, bibirnya langsung bungkam kembali melihat wajah tegas Mark yang menatapnya dengan dingin. Iris hitam Mark terlihat lebih gelap dan penuh aura membunuh. Tak menjawab, rahang Mark tampak
last updateLast Updated : 2023-12-10
Read more

Kembali Bersatu

Ayana tidak tahu ke mana Mark akan membawanya. Namun, mobil yang mereka tuju kini memasuki area pesisir pantai yang sepi. Alih-alih pasir, pantai itu didominasi oleh pecahan bebatuan di pinggiran. Mark menghentikan mobil mereka. Tanpa mengatakan apa-apa, pria itu melepas sabuk pengamannya dan beranjak keluar. Ayana terlihat bingung, tetapi kemudian menyusulnya keluar. Mark memilih tempat itu bukan tanpa alasan. Emosi dalam dadanya masih meledak-ledak tiap mengingat wajah Evan. Kini, emosi itu berhasil meredam saat semilir angin menerpa otot-otot wajah Mark yang kaku. Debur ombak memecah bebatuan ikut mengurangi berbagai macam suara yang memenuhi pikiran pria itu. Ayana mengikuti langkah Mark menelusuri bebatuan hingga pria itu berhenti dan menatap jauh ke arah laut. “Mengapa kamu pergi?” Itu adalah perkataan pertama yang lolos dari bibir Mark. Pertanyaan itu juga yang memenuhi kepala Mark berhari-hari ke belakang. Ayana tidak langsung menjawab. Ia menelan saliva dengan berat d
last updateLast Updated : 2023-12-11
Read more

Membereskan Satu Per Satu

“Terima kasih. Tanpa bantuan kalian, aku mungkin tidak akan bisa bersama Ayana sekarang.” Mark berucap pada kedua sahabatnya, Cakra dan Andreas. Ketiganya kini sudah berkumpul di dekat landasan terbang. Tak jauh dari mereka, terparkir jet pribadi milik Adimas yang siap untuk lepas landas. “Jangan sungkan, Bro,” jawab Andreas. Senyum menawan merekah di wajahnya yang terlihat lelah. “Kak Andreas baik-baik saja?” Ayana bertanya dengan prihatin. Tiba-tiba kerutan-kerutan muncul di wajahnya yang tampak amat mengantuk itu. “Jelas tidak,” jawab Cakra, “Kami belum tidur semenjak tiga puluh enam jam yang lalu.” Pria tampan itu juga terlihat lelah. Namun, tidak separah Mark. Wajahnya masih terlihat cukup segar. Sebagai anak dari seorang mantan intelejen, Cakra sudah cukup sering terjun dalam operasi seperti ini dan terbiasa dengan keadaan di lapangan yang menuntutnya untuk tetap terjaga. Ayana menatap ke arah ketiga pria itu dengan tidak percaya sekaligus menyesal. “Maaf, aku benar-bena
last updateLast Updated : 2023-12-11
Read more

Aku Tahu Semuanya

Chika hendak meninggalkan kampus itu secepat yang ia bisa. Bahkan dia sudah meneror sopirnya dan memintanya untuk datang menjemput lebih awal. Namun, Cakra justru menghalangi dan berkata ada sesuatu yang harus dia bicarakan. Kini, dengan cemas Chika mengikuti pria itu berjalan menuju suatu tempat. Lingkungan itu masih bagian dari kampus, hanya lebih sepi dan jarang didatangi mahasiswa. “Aku tidak punya banyak waktu. Cepat katakan,” tukas Chika, terdengar sedikit kasar untuk menutupi kegugupannya. “Mengapa buru-buru?” Cakra bertanya. Suara pria itu terdengar tenang, tetapi wajahnya seakan menginterogasi Chika. “Apakah ada sesuatu yang harus kau bereskan?” Jantung Chika berdegup semakin cepat mendengarnya. Mungkinkah … pria itu mengetahui sesuatu tentang campur tangannya pada masalah Ayana?“Bukan urusanmu,” tutur Chika. Menyembunyikan kegugupannya, gadis itu cepat-cepat membalikkan badan dan hendak pergi dari sana. “Lebih baik kamu berbicara denganku daripada kelak Mark yang men
last updateLast Updated : 2023-12-12
Read more

Menjadi Miskin

“Abang Mark dan Kak Aya sudah pulang, Ma? Papa mana?” Agnes bertanya begitu memasuki kediamannya. Gadis itu baru saja kembali dari kegiatan magangnya di kantor dan menemukan kediaman mereka dalam keadaan sepi. Bella sendiri tengah menyibukkan diri di dapur. “Papa masih di jalan, Mark dan Ayana bilang mereka tidak akan pulang malam ini. Mereka akan menginap di kontrakan Ayana.” Bella menjelaskan. Tangannya penuh oleh tepung terigu dan terlihat kokoh saat menguleni adonan kue. Agnes duduk di hadapan sang ibu dan mengernyitkan alis heran. “Menginap di mana, Ma? Kontrakan Kak Ayana? Mengapa?” tanya gadis itu dengan tidak mengerti. Ia tidak akan heran jika Mark memilih sebuah hotel atau penginapan. Namun, kontrakan adalah tempat yang berbeda. Akan tetapi, Bella mengangguk membenarkan. Bibirnya setengah tersenyum karena keduanya mengingatkan pada dirinya dan Jade dahulu.“Sepertinya, Mark benar-benar penasaran dengan cara hidup Ayana,” tutur Bella. ******Ayana sudah berusaha menola
last updateLast Updated : 2023-12-20
Read more

Berkumpul Kembali

“Bagaimana kondisinya, Dok?” Mark bertanya dengan suara serius. Pergerakkan pria itu selalu tidak terduga. Setelah mengusulkan ide gila untuk menginap di kontrakan kecil Ayana, kini pria itu langsung mengajak Ayana kepada dokter spesialis kandungan begitu mereka tiba di kota mereka. Ya, Mark tidak langsung mengajak Ayana ke rumah, melainkan bertolak menuju rumah sakit. Kini, Ayana terlihat cemas di sisinya. Harus Ayana akui, ia sedikit lalai mengurus kandungannya saat berpisah dengan Mark. Terlebih, jika pria itu tahu, dia bisa menjadi lebih marah daripada dokternya sendiri. Kini, jantungnya berdegup cepat menunggu hasil pemeriksaan itu dibacakan. “Sejauh ini, perkembangan janinnya berjalan normal. Detak jantungnya normal, begitu pula air ketubannya cukup,” ucap dokter wanita itu. Ayana mengembuskan napas panjang penuh kelegaan. “Yang penting, ibunya tidak makan sembarangan selama periode kehamilan. Jangan lupa terus konsumsi vitamin penambah darahnya.” Dia mengingatkan. Mark
last updateLast Updated : 2023-12-21
Read more

Membuat Onar

Saat membuka mata, Mark menemukan dirinya sudah berada di kamarnya sendiri. Ia menarik napas panjang dan bisa mencium aroma khas kamarnya. Ia menoleh dan bibirnya refleks tersenyum mendapati Ayana berada tepat di sisinya. Masih tertidur lelap. Wajahnya terlihat polos tanpa riasan apa pun, tetapi berhasil membuat Mark tersenyum lebih lebar. Tangannya lantas terulur untuk menyingkirkan anak rambut yang jatuh menutupi wajahnya. Hal itu sontak membuat Ayana membuka mata dan gadis itu ikut tersenyum dalam kantuknya saat menatap sang suami. “Jangan dipandangi terus, nanti bosan,” komentar Ayana sembari terkekeh. Mark menggelengkan kepala. Iris hitamnya menatap gadis itu dengan intens. “Tidak akan bosan,” jawabnya, kemudian mengusap pipi Ayana. Merasakan halusnya kulit gadis itu di tangannya. “Kenapa, Mark?” Ayana bertanya saat tahu-tahu Mark terlihat sendu. Sudut bibir pria itu tertarik membentuk senyum tipis yang getir. “Aku hanya tidak menyangka kamu benar-benar ada di sini,” tutu
last updateLast Updated : 2023-12-23
Read more
PREV
1
...
222324252627
DMCA.com Protection Status