Home / Romansa / Cinta Seorang Pengasuh / Chapter 251 - Chapter 260

All Chapters of Cinta Seorang Pengasuh : Chapter 251 - Chapter 260

262 Chapters

Rahasia Wati

Tepat saat melihat pria itu, jantung Wati berdegup cepat dan kakinya refleks hendak mengambil langkah seribu menghindarinya, tetapi Mark bertindak tegas dan justru menyediakan tempat duduk. Meski demikian, jelas Wati tidak langsung menurutinya. Ia hanya membeku di tempatnya, bahkan tidak berani memandang ke arah menantunya. “Duduklah, Bu. Atau, Ibu lebih suka jika Ayana duduk bersama kita?” Mark bertanya lagi, terdengar setengah mengancam. Wati langsung menggelengkan kepala. Wanita itu lantas cepat-cepat duduk di hadapan Mark. Tatapan pria itu masih terlihat tegas, tetapi tidak ada kebencian di sana. “Aku tidak akan membahas uang itu,” tuturnya, “Aku juga membenci Ibu karena Ibu mengambil semua uang itu. Aku hampir membenci Ibu karena Ibu membuatku hampir kehilangan Ayana. Aku tidak akan pernah memaafkannya,” ucap Mark dengan pandangan menatap lurus ke arah Wati. Mendengar itu, Wati menegang di tempatnya, tetapi air mata mulai berkumpul di pelupuk mata. Hatinya terasa berat melih
last updateLast Updated : 2023-12-26
Read more

Iblis Sebenarnya

Jantung Mark langsung bertalu-talu dan rasa geram memenuhi dadanya saat Mark mengetahui pelakunya tidak lain adalah Chika. Jika bisa, Mark ingin langsung mendatangi wanita itu dan menyeretnya kepada hukuman. Namun, ia tidak bisa melakukannya. Mark sadar bahwa Cakra, sahabatnya sendiri, menyimpan rasa pada gadis itu.Bagaimanapun, tempat duduk mereka bersisian dan Mark sering melihat Cakra menatap ke arah bangku Ayana dan Chika. Mula-mula, Mark curiga Cakra mungkin tertarik pada Ayana. Namun, tidak. Pria itu tertarik kepada Chika. Hal itu terbukti dengan penuturan Andreas yang beberapa kali memergoki Cakra tengah berbicara dengan Chika. Karena itu, Mark berusaha meredam gemuruh di dadanya yang mendesak untuk mendatangi Chika dan memilih menemui Cakra. Kini, raut wajah pria itu menjadi canggung sekaligus pucat mendengar tembakan langsung Mark. “Aku … aku tidak mengerti apa yang kau katakan, Mark,” kilah Cakra seraya memalingkan wajah ke arah lain. “Andreas juga sudah mengetahuin
last updateLast Updated : 2024-01-09
Read more

Perbuatan Chika Terbongkar

Seperti deja vu. Saat Chika berjalan memasuki ruang kelas, poster bergambar dirinya sudah tertempel di beberapa sudut. Tak hanya itu, seluruh temannya yang berada di dalam ruang kelas pun memegang poster itu dan berbisik-bisik. Begitu menyadari kedatangan Chika, bisik-bisik dan omongan itu seketika berhenti. Perhatian semua orang terpusat pada gadis itu. “Dia sangat berani untuk tetap datang kuliah,” ucap salah seorang mahasiswi. “Kalau aku jadi dirinya, aku pasti sudah terbang keluar negeri.” “Di mana rasa malunya?” “Mana mungkin dia memiliki rasa malu? Dia bahkan tega mengancam seorang ibu-ibu!” Tangan Chika mengepal erat. Tanpa sadar, matanya sudah berkaca-kaca. Jadi ini yang dirasakan Ayana. Berdiri seorang diri menghadapi tatapan tidak ramah dari orang-orang yang mengolok-olok dirinya. Pandangan Chika turun pada gambar dirinya yang tengah bersenang-senang di sebuah bar. Ia terlihat sangat kotor dan jahat dalam foto tersebut. Bahkan Chika sendiri tak menyangka jika itu
last updateLast Updated : 2024-01-10
Read more

Menanggung Dosa

Chika menyeret langkahnya keluar kelas. Pada akhirnya, ia berhasil bertahan selama kelas hari itu. Bahkan, Ayana duduk tepat di sisinya. Gadis itu tidak menunjukkan aura permusuhan, tetapi juga tidak mengucapkan sepatah kata pun. Sekarang, air mata Chika sudah sepenuhnya mengering, tetapi ingatan itu masih membekas dalam ingatannya. Sepanjang berjalan, pandangan Chika terus tertuju ke arah bawah. Ia berusaha mengabaikan komentar dan pembicaraan yang terang-terangan membahas dirinya.Hingga langkah perempuan itu berhenti saat melihat sepasang sepatu yang berdiri tepat di hadapannya. Perlahan, Chika mendongak. Ia sudah cemas akan menerima bullyan lagi, tetapi alisnya mengernyit saat ia justru menemukan wajah Cakra. Pria itu menatap lurus ke arahnya. Dia membuka bibirnya dan siap untuk mengatakan sesuatu, tetapi Chika lebih dahulu menyela. “Aku tahu,” ucapnya, “Aku tahu apa yang akan kamu ucapkan. Kamu akan memberiku peringatan akan pembalasan Mark dan memintaku untuk tidak menyaki
last updateLast Updated : 2024-01-10
Read more

Langkah Selanjutnya

“Sepertinya dia kecewa kepada Ibu dan memutuskan untuk pergi. Sejak itu, Ibu tidak pernah berhasil menemukan Sandi,” tutur Wati, mengakhiri ceritanya. Air mata sudah mengering di pipinya, tetapi matanya masih memerah bekas menangis dan napasnya sesenggukan. Beberapa saat lalu, Ayana berhasil mendesak Wati untuk menceritakan awal mula hilangnya Sandi. Meski terasa berat, Wati berhasil menceritakannya dan kini ketiganya membungkam. “Ini foto terakhir yang Ibu ambil sewaktu dia kelulusan,” tutur Wati, menyerahkan sebuah foto ke arah Ayana. Gadis itu menerimanya dan napasnya tercekat melihat Sandi. Saat mereka berpisah dahulu, adiknya itu masih kecil, bahkan jauh lebih pendek daripada Ayana. Namun, sosok Sandi di foto itu telah bertumbuh pesat. Kini dia tinggi, terlihat tampan dan sangat mirip dengan ayahnya. Wajah Ayana diliputi kecemasan membayangkan adiknya mengadu nasib di dunia luar. Seorang diri. “Bagaimana dengan informasi yang diberikan Chika? Apakah dia berbohong?” Mark be
last updateLast Updated : 2024-01-12
Read more

SANDI

Tak jauh dari pusat kota, terlihat sebuah proyek yang tengah dibangun. Para pria yang mengenakan rompi keselamatan kerja berlalu-lalang, terus tekun bekerja di bawah terik matahari. Pasir, debu, dan semen beterbangan di udara, tetapi semua orang seakan terbiasa dengan itu. “Sandi! Bawakan lima sak semen ke sini!” titah seorang pria paruh baya yang menjadi mandor di proyek tersebut. Sandi, yang semula tampak sibuk menata besi-besi itu lantas berdiri tegak.“Baik, Pak!” jawabnya.Dia pekerja paling muda di sana. Kulit pemuda itu kecokelatan karena terus terpapar sinar matahari. Keringat yang mengalir di pelipisnya tampak kotor oleh pasir dan debu, tetapi ia tidak menghiraukannya. Sandi menyusun lima sak semen dan mengangkat semuanya langsung di punggung, kemudian berjalan menuju tempat yang diminta. Ia hampir sampai saat tanpa sengaja kakinya menginjak batu. Batu itu tergulir dan membuat Sandi kehilangan keseimbangan hingga jatuh bersama lima sak semen di punggungnya. BUK Suara it
last updateLast Updated : 2024-01-13
Read more

Pertemuan Yang Dinantikan

Sejak insiden itu, hubungan Chika dan Ayana menjadi kian renggang. Keduanya masih duduk bersisian, tetapi amat jarang bertukar sapa. Kini, tepat setelah mata kuliah selesai, tiba-tiba wanita itu menghampiri Ayana yang tengah bersama Mark. Melihat kedatangan Chika sukses membuat Mark menjadi waspada. Pria itu dengan sigap pasang badan di hadapan Ayana. “Apa yang ingin kau lakukan?” Mark bertanya, menatap lurus ke arah Chika. Perempuan itu tersenyum getir, sadar jika ia benar-benar telah bersikap buruk hingga dicap sebagai orang yang mampu membahayakan Ayana. Bahkan setelah lewat beberapa hari, kewaspadaan Mark terhadap dirinya sama sekali tidak berkurang. Chika menggelengkan kepala. “Aku ingin bicara dengan Ayana,” ucapnya, terdengar segan. Mark dan Ayana seketika bertukar tatapan dengan heran. Pria itu terlihat enggan untuk mengizinkan, tetapi Ayana memberi isyarat hingga akhirnya Mark sedikit menyingkir, membiarkan Ayana berhadapan langsung dengan wanita berambut pendek itu.
last updateLast Updated : 2024-01-21
Read more

Sandi Menyadari Kejanggalan

Wajah Ayana menjadi kecut. Dengan gugup, Ayana melirik ke arah Mark, kemudian mengangguk membenarkan pertanyaan Sandi. Pemuda itu tidak dapat menyembunyikan keterkejutannya. Ia memandang Ayana dan suaminya bergantian, masih tidak menyangka jika kakak perempuannya itu benar-benar sudah bersuami. “Ayana banyak bercerita tentangmu,” ucap Mark, menunjukkan senyum ramah, “Bagaimana kalau kita berbincang di rumah?” Sebelum pergi, Ayana kembali menghampiri Chika dan Cakra yang menghampiri mereka. Ia tersenyum ke arah perempuan itu. “Terima kasih,” ucapnya, “Aku bisa bertemu kembali dengan Adikku berkat bantuanmu,” lanjut Ayana. Chika sedikit tertegun. Ia tak menyangka jika Ayana akan berterima kasih secara langsung. Ia sendiri selalu merasa gengsi untuk mengatakannya. Akhirnya, Chika mengangguk. “Kuharap itu balasan yang sepadan untuk kesalahanku,” ucapnya. Mark mengajak Chika dan Cakra untuk turut bersama mereka ke kediamannya, tetapi keduanya menolak. Hingga Sandi menemukan keaneh
last updateLast Updated : 2024-01-27
Read more

Keluarga Yang Utuh

“Bapak lihat Mark?” Ayana bertanya kepada satpam yang berjaga di kediaman mereka. Sesuai kesepakatan, pagi itu mereka akan pergi ke pemakaman ayah Ayana. Namun, saat Ayana bangun pagi ini, ia justru tidak dapat menemukan suaminya itu di mana pun. “Tuan Mark pergi dengan mobilnya pagi-pagi sekali, Nyonya,” jawab satpam itu. Alis Ayana mengernyit dalam. Tak biasanya Mark pergi tanpa meninggalkan kabar apa pun. Gadis itu kembali berjalan ke dalam rumah sembari mengecek ponselnya, tetapi tidak ada pesan apa pun dari Mark. Ke mana perginya pria itu? “Ada apa, Kak?” Suara Sandi terdengar. Pria itu baru saja turun dari lantai dua. Tadi malam, Ayana memaksa Sandi untuk menginap sesuai rencana mereka. Kini, justru Mark yang tidak tahu keberadaannya. Ayana menggelengkan kepala. “Bukan apa-apa,” jawabnya, “Kita harus sarapan sebelum pergi,” ajak gadis itu. Keduanya berjalan menuju dapur dan Sandi kembali menyadari keanehan saat mereka hanya menyantap sarapan berdua. “Di mana kakak ipa
last updateLast Updated : 2024-01-27
Read more

Pria Sejati

“... apa?” Cakra bertanya. Pria itu berkedip satu kali dan menatap tak percaya ke arah Chika. Perempuan itu tersenyum saat pandangannya jatuh ke bawah, terlihat malu sekaligus pahit. “Aku sudah memikirkannya. Aku benar-benar akan melanjutkan kuliah di luar negeri,” ucap Chika, “Aku tahu ini mungkin tidak penting untukmu, tapi aku merasa harus memberitahunya.” Setelah beberapa kali meminta, ayahnya akhirnya mengizinkan Chika untuk melanjutkan studinya di luar negeri. Ia dan Cakra tidak pernah dekat sebelumnya. Mereka hanya sering bicara saat Chika mulai mencari Sandi. Namun, entah mengapa, saat pertama Chika mendapat izin, satu-satunya yang terlintas dalam benak perempuan itu adalah memberitahu Cakra. Kini, ia merasa malu sekaligus menyesal. Chika tahu ia pasti terlihat aneh, tahu-tahu memberi kabar seperti itu seolah dirinya penting. Di luar dugaan, wajah Cakra terlihat tawar dan sedikit kecewa. “Mengapa? Bukankah Ayana sudah memaafkanmu berkat Sandi kemarin?” tanya pria itu.
last updateLast Updated : 2024-01-27
Read more
PREV
1
...
222324252627
DMCA.com Protection Status