Tepat saat melihat pria itu, jantung Wati berdegup cepat dan kakinya refleks hendak mengambil langkah seribu menghindarinya, tetapi Mark bertindak tegas dan justru menyediakan tempat duduk. Meski demikian, jelas Wati tidak langsung menurutinya. Ia hanya membeku di tempatnya, bahkan tidak berani memandang ke arah menantunya. “Duduklah, Bu. Atau, Ibu lebih suka jika Ayana duduk bersama kita?” Mark bertanya lagi, terdengar setengah mengancam. Wati langsung menggelengkan kepala. Wanita itu lantas cepat-cepat duduk di hadapan Mark. Tatapan pria itu masih terlihat tegas, tetapi tidak ada kebencian di sana. “Aku tidak akan membahas uang itu,” tuturnya, “Aku juga membenci Ibu karena Ibu mengambil semua uang itu. Aku hampir membenci Ibu karena Ibu membuatku hampir kehilangan Ayana. Aku tidak akan pernah memaafkannya,” ucap Mark dengan pandangan menatap lurus ke arah Wati. Mendengar itu, Wati menegang di tempatnya, tetapi air mata mulai berkumpul di pelupuk mata. Hatinya terasa berat melih
Last Updated : 2023-12-26 Read more