Efa berjalan keluar rumah Aksa. Bahunya tampak menunduk, lesu, dan gontai. Padahal, dia masih mau menunggu Andreas sedikit lama. Tapi, sang mama memintanya cepat pulang.“Ngapain kamu di rumah cowok lewat waktu Azhar begini?!” omel Nisha di depan Mariya. Kalau dia ngga memarahi anak sulungnya itu, yang ada dia yang dimarahi balik sama Mariya nantinya.“Bentar lagi, ya, Ma,” pinta Efa. Ngga pernah dia memohon seperti ini. “Efa juga perginya sama Bianca dan Almira, kok.” Beruntung kedua sahabatnya itu memang ikut, jadi Efa ngga perlu berbohong dengan Nisha.“Mama bilang pulang artinya pulang, Shareefa Al-Attar!” Ternyata Nisha juga bisa sangar, lho kalau marah.Seraya berdecak pelan, Efa menuruti kemauan ibunya itu. “Ya, deh, Ma. Efa pulang.”“Sekarang!”“Iya, Ma,” sahut Efa pelan nan lesu. Sampai berada di depan pintu rumah Aksa, ia masih menundukkan kepala.“Lesu amat!” Suara laki-laki berseru seolah menuduh namun dalam nada ceria.Sontak Efa menegakkan kepala. Tapi yang ia lihat, laki
Terakhir Diperbarui : 2023-08-22 Baca selengkapnya